Bab 20 : Kedua Kalinya

Pov Indira.

"Hai, Indi," sapa Ardi, yang kebetulan bertemu di kantin kantor.

"Hai, Di," Indi menyapa sopan.

"Lama gak ketemu ya Ndi, gimana kabar kamu?" Ardi bertanya.

"Baik, Di," Indi berjalan menuju tempat duduknya. Hari ini Indi makan di kantin, karena Arya dan Dimas sedang pergi melihat lokasi proyek. Indi tidak diperbolehkan untuk ikut, karena takut kejadian dulu terulang lagi.

"Tumben ke kantin Ndi?" tanya Ardi yang duduk satu meja dengan Indi.

"Iya, ini lagi pengen aja," Indi tidak mungkin jujur, kalau selama ini dia makan siang bareng Bossnya sendiri, alias pacarnya.

Lagi makan enak-enak, terdengar gunjingan tepat di belakang Indi.

"Itu Bu Indi, keren juga ya, kemaren gosipnya sama Pak Boss. Hari ini, makan bareng sama Pak Ardi," bisik-bisik di belakang Indi, yang terdengar jelas di telinga.

"Iya iihh, kita kalah saing sama Mahmud," terdengar tawa ejekan juga.

Telinga Indi serasa panas dan seperti di tusuk-tusuk. Membuat nafsu makan hilang.

"Gak usah didengerin Ndi," Ardi yang juga mendengarnya, langsung menenangkan Indi.

"Iya Di, santai kok gue," Indi mencoba untuk tersenyum. "Gue udahan dulu ya Di, kenyang," Indi beranjak dari kursinya dan meninggalkan kantin.

Sebelum kembali ke ruangannya, Indi berniat untuk ke toilet sebentar, yang terletak tidak jauh dari kantin. Baru mau masuk ke toilet, terdengar lagi dua perempuan sedang membicarakan dirinya.

"Lo tahu gak, kemarin si Priska disuruh mengundurkan diri gara-gara gosipin sekretarisnya Boss. Padahal Priska katanya emang pernah lihat si Boss sama sekretarisnya berduaan loh," kata perempuan 1.

"Ya mereka kan Boss sama sekretaris, pasti selalu berdua dong. Kamu juga gosipin dia, apa gak takut juga suruh mengundurkan diri," kata perempuan 2.

"Buat apa takut, gue gak salah apa-apa. Emang kenyataannya gitu kok," perempuan 1 mulai nyolot. "Dia bisa dapet jabatan itu, mungkin karena ngerayu Boss kali ya," perempuan 1 tertawa sinis.

Indi langsung lari menuju lift ke ruangannya. Dia masih mencoba tenang, walaupun hatinya benar-benar sakit, dan dia ingin memangis. Sampai di ruangannya, Indi berlari sambil mengusap air matanya. Dia menabrak seseorang.

"Kamu kenapa Ndi?" suara itu langsung membuat air mata yang dia tahan, tumpah seketika. Arya membawa Indi ke dalam ruangannya. Arya dan Dimas sudah kembali dari proyek. Arya hendak mencari Indi, karena Indi tidak ada di mejanya. Dan dia malah disuguhkan pemandangan yang membuat hatinya seperti dicubit.

Di dalam ruangan privat Arya.

Arya mendudukan Indi di atas kasur yang ada dalam ruangan itu. Indi masih menangis.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Arya lembut, sambil mengusap air mata yang menetes di pipi Indi.

Indi masih menangis dan belum bisa menjawab pertanyaan Arya. Arya mengerti dan memeluk Indi erat, mencoba menenangkan Indi.

Setelah beberapa menit, Indi mulai bisa menguasai diri. Dia ambil nafas dalam dan mengurai pelukannya dengan Arya.

"Makasih," kata Indi tersenyum tipis.

"Kamu kenapa hemm?" tanya Arya lagi sambil mengusap kepala Indi.

"Ar, apa hubungan kita ini salah?" tanya Indi membuat Arya menaikkan satu alisnya. "Kita atasan dan bawahan, tapi menjalin hubungan spesial. Apa itu salah?"

"Gak ada yang salah sayang, kita di sini masih tetap profesional. Tidak mencampuradukkan masalah pribadi kita. Di kantor, aku tetap atasan kamu, dan kamu harus hormati aku. Tapi, kalau di luar kantor, kamu kekasih aku. 'Gak ada yang salah kan," Arya mencoba memberi penjelasan atas pertanyaan Indi. Dia masih belum tahu kenapa Indi tiba-tiba menangis dan menanyakan hal itu.

"Dulu, waktu kamu kasih aku kerjaan ini, apa karena kamu udah suka sama aku? Jadi aku dapetin kerjaan ini, bukan karena prestasi aku," Indi menatap ke arah Arya.

"Dulu, waktu pertama kali ketemu kamu, aku benci sama kamu. Hehehe, karena aku tipe orang yang gak suka dikritik. Dan kamu yang dulu itu benar-benar udah bikin aku naik darah. Jadi aku terima kamu bukan karena aku suka kamu, tapi karena prestasi kamu. Kamu pantas mendapatkan kerjaan ini," Arya bicara dengan santai sambil memegang tangan Indi.

"So, kenapa kamu nangis, dan kenapa kamu nanya soal itu?" Arya menatap tajam ke arah Indi.

Indi yang ditatap seperti itu langsung menunduk. Walaupun Arya lebih muda dari Indi, tapi auranya terkadang lebih dominan.

Arya yang tidak sabar mendengar jawaban dari Indi, langsung mendongakan Indi dan mencium sekilas bibir Indi.

"Kalau gak mau ngomong, aku bakalan cium kamu sampai bibir kamu bengkak," Arya tersenyum miring.

Indi langsung refleks menutup mulutnya.

"Makanya ayo jawab pertanyaanku sayang," Arya mencium punggung tangan Indi yang menutupi mulutnya.

"Iisshh, sukanya cari kesempatan," Indi akhirnya membuka mulutnya. "Tadi aku denger karyawan-karyawan kamu ngomongin aku," Indi mengatakan yang sebenarnya. Tapi tidak detailnya.

"Siapa?" tanya Arya mode dingin.

"Gak tahu namanya, 'gak kenal," kata Indi.

"Ya udah, 'gak usah kamu pikirin. Kerja lagi sana!" Arya mengusir Indi.

"Siap, Pak Boss," Indi berdiri dan hormat pada Arya.

Arya hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum.

"Lucu banget si lo Ndi, kalau bukan di kantor udah gue terkam lo," Arya membatin.

Arya memanggil Dimas dan menceritakan apa yang terjadi sama Indi. Sudah dua kali ada kejadian seperti ini. Dan itu membuat Arya geram.

"Apa gue dan Indi kelihatan ngumbar kemesraan di depan karyawan lain Dim?" tanya Arya.

"Setahu gue sih, kalian berdua benar-benar profesional, gue aja kalau 'gak dikasih tahu kayanya cuma bisa nebak-nebak kaya mereka," kata Dimas.

"Apa ada yang 'gak sengaja lihat gue sama Indi dimana gitu," Arya bertanya-tanya.

"Kalau itu mungkin aja Ar," Dimas manggut-manggut setuju.

"Tapi, gue jarang loh jalan berdua gitu sama Indi. Seringnya di rumah," Arya berpikir lagi.

"Ngapain lo di rumah?" Dimas meledek.

"Main aja Dimas, sama Evan anaknya Indi," kata Arya menajamkan kata main.

"Ya siapa tahu, setelah Evan tidur, lo berduaan terus ... " Dimas tidak menyelesaikan kalimatnya karena dilempar bolpoin oleh Arya.

"Pikiran lo perlu dicuci," Arya menatap tajam Dimas.

"Gak papa kali Ar, udah dewasa juga. Dan lagi Indi ... " belum selesai bicara lagi, Dimas dilempar mouse oleh Arya.

"Hahaha, ampun Boss," Dimas langsung melarikan diri.

"Sialan Dimas, ngeracuni otak gue aja. Hahh," Arya mengelus dadanya dan menarik nafas dalam.

Tok..tok..tok. Ruangan Arya diketuk.

"Masuk," Arya mempersilahkan masuk.

"Pak, saya bawa dokumen yang harus Bapak tanda tangani," Indi masuk dan dipenglihatan Arya itu seperti slow motion.

Arya baru kali ini melihat Indi begitu cantik dan menawan. Dia langsung menggeleng kencang, dan membuang pikiran-pikiran 'gak jelas.

"Gara-gara Dimas gue jadi gini, sial lo Dim," Arya membatin geram.

"Pak, Bapak tidak apa-apa?" tanya Indi cemas.

"Hemm, 'gak apa Ndi," Arya cepat-cepat menandatangani dokumennya.

"Makasih Pak," Indi memberikan senyuman pada Arya, yang membuat Arya kaku di tempat.

Arya mengusap kasar wajahnya.

"Dimaaaas, awas lo ya," Arya mengepalkan tangannya.

Terpopuler

Comments

DARYATI SPd

DARYATI SPd

sabar indi

2022-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!