Bab 4 : Tekanan Batin

Meski sudah hampir satu bulan Indi bekerja di perusahaan Arya, tapi terkadang Indi merasa begitu tertekan dengan sifat Bossnya yang dingin itu. Seperti pagi ini, entah kenapa Bossnya mencari-cari kesalahan semua orang yang berhadapan dengannya. Tidak terkecuali Indi.

"Kenapa laporan yang kamu buat berantakan gini Indi. Kamu bekerja di sini sudah hampir satu bulan. Masih belum bisa menyesuaikan diri, hehh?" Arya bicara dengan nada dingin.

"Perbaiki lagi dan hari ini harus selesai," kata Arya menggerakan tangannya mengusir Indi.

"Boss kenapa?" tanya Dimas ragu.

"Kamu gak ada kerjaan?" kata Arya menatap dingin Dimas.

"Saya permisi," kata Dimas langsung keluar sebelum kena bom juga.

Pov Indi.

"Astaga, berat banget orang cari uang," Indi ngedumel sendiri sambil sesekali mengusap pipinya yang basah karena air mata.

Dimas yang melewati meja Indi, langsung menghampiri, karena melihat Indi menangis.

"Lo 'gak apa Ndi?" tanya Dimas, "Lo nangis?" Dimas memperhatikan Indi.

"'Gak apa Dim, masih sabar gue. Tapi, 'gak tahu kenapa nih, air matanya 'gak mau berhenti," kata Indi sambil mengetik laporan yang tadi salah.

"Ya ampun Ndi, istirahat aja dulu. Nanti baru lanjut lagi," kata Dimas.

Dimas menatap Indi merasa kasihan. Arya memang terkadang keterlaluan. Moodnya melebihi cewe yang sedang PMS.

"Gue ke pantry bentar Dim," pamit Indi pada Dimas.

Sepeninggalnya Indi, interkom di meja Indi berbunyi.

"Ke ruangan saya sekarang," suara Boss dingin, kaya kutub utara.

Dimas menjawabnya "Indi lagi ke pantry Boss, sebentar saya panggilkan," kata Dimas.

Tidak lama, Indi mengetuk pintu ruangan Arya dan masuk.

"Ada apa Pak?" tanya Indi.

"Bagaimana, laporannya sudah selesai?" tanya Arya.

"Masih saya kerjakan Pak," jawab Indi.

"Laporan belum selesai revisi, tapi masih bisa main-main ke pantry," singgung Arya.

"Saya hanya ... " belum selesai Indi bicara, sudah dipotong.

"Sudah sana, kerjakan lagi," kata Arya mengusir Indi lagi dari ruangannya. Indi langsung menunduk dan keluar. Dimas yang tadi ikut masuk, cuma geleng-geleng kepala.

"Lo keterlaluan bro, Indi juga butuh istirahat. Dan asal lo tahu, tadi gue lihat dia nangis, gara-gara lo bentak-bentak terus," kata Dimas mencoba memberitahu.

"Dia salah, jadi gue tegur," kata Arya membela diri.

"Tapi, gak usah pake bentak-bentak kan bisa," kata Dimas lagi.

Arya tetap fokus pada layar monitornya.

Indi mengerjakan laporannya dengan teliti dan cepat. Dia tidak mau sampai nanti lembur dan Evan sendirian di rumah. Hari sudah mulai malam. Jam pulang kantor sudah lewat satu jam yang lalu. Laporan yang diminta Boss telah selesai, Indi lalu beranjak dari tempat duduknya hendak ke ruangan Arya. Tapi, baru berdiri, kepalanya terasa pusing. Indi berpegangan pada mejanya.

"Kenapa gue?" Indi menggeleng cepat mengusir rasa pusingnya. Lalu, dia berjalan ke ruangan Arya.

"Ini Pak, laporannya," kata Indi sambil meletakkan map di meja.

Arya melihat laporan yang dikerjakan Indi dengan teliti.

"Oke, semuanya bagus. Besok, tolong atur jadwal saya ... " belum selesai ngomong, Arya kaget karena Indi jatuh pingsan.

"Indi," panggil Arya sambil memapah tubuhnya ke sofa panjang.

"Indi, bangun Ndi," Arya menepuk pelan pipi Indi agar terbangun.

Dimas masuk dan kaget melihat Indi.

"Kenapa Indi?" tanya Dimas.

"'Gak tahu, tiba-tiba pingsan," kata Arya sambil menghubungi dokter.

"Lo sih terlalu keras sama bawahan. Dia kayanya tadi gak makan siang loh," kata Dimas.

Arya mengusap wajahnya kasar.

Tak berapa lama, Dokter datang dan langsung memeriksa Indi.

"Gimana Dok?" tanya Arya.

"Sepertinya Bu Indi perutnya kosong dan ditambah stress, jadi pusing, lalu pingsan. Kalau terus berlanjut akan menyebabkan asam lambung naik. Saya resepkan obat, nanti supaya diminum ya Pak," kata Dokter, lalu menyerahkan selembar kertas.

"Terima kasih, Dok," Dimas menerima resep dari Dokter dan mengantarkan keluar.

"Gue tebus resepnya dulu ya," Dimas pamit menebus obat untuk Indi.

Arya hanya diam sambil melihat Indi yang masih memejamkan mata.

"Enngg.." Indi perlahan membuka mata. Lalu tiba-tiba dia langsung duduk. "Evan, jam berapa sekarang?" tanya Indi sambil melihat jam tangannya. "Ya ampun, gue telat pulang, Evan gimana," Indi langsung berdiri, tapi tubuhnya lemas dan terduduk lagi.

"Kamu pingsan dan baru bangun, jangan langsung pergi gitu aja," kata Arya yang dari tadi melihat tingkah Indi.

"Oh, terima kasih, Pak. Maaf ngerepotin, saya pulang dulu Pak," pamit Indi sambil melangkah perlahan.

"Tunggu Indi, saya antarkan kamu," kata Arya.

"Tidak usah Pak, saya bisa sendiri," Indi membereskan barangnya dan langsung masuk ke dalam lift.

Arya hanya menatap Indi dingin.

Pov Arya.

Arya sibuk dengan keyboardnya, saat Dimas masuk ke ruangannya.

"Dimana Indi?" tanya Dimas.

"Udah pulang," kata Arya masih tetap sibuk.

"Lo 'gak anterin dia?" tanya Dimas lagi.

"Dia 'gak mau," jawab Arya.

"Lo 'gak coba maksa dia? Lo emang bener-bener cowo yang 'gak peka. Dia 'kan lagi sakit. Kenapa lo biarin dia pulang sendiri. Ini juga udah malem," Dimas benar-benar tidak habis pikir dengan Arya.

"Gue udah nawarin dan dia 'gak mau," kata Arya membela diri.

"Terserah lo Ar, gue pulang dulu," Dimas meninggalkan Arya.

Arya menghela nafas dan menyeka wajahnya kasar.

"Hah, salah mulu gue," kata Arya pada diri sendiri.

Arya bersiap-siap pulang dan melihat obat Indi tergeletak di atas meja. Arya mengambil obat itu, lalu pulang.

Pov Indira.

"Maaf ya Nin, tante pulang kemaleman," kata Indi pada Nina, sesampainya di rumah.

"'Gak apa tante, Evan juga udah tidur," Nina membereskan meja makan, yang tadi dia gunakan untuk makan malam.

"Tante pucat sekali, tante sakit?" tanya Nina.

"Tante hanya sedikit pusing, nanti juga sembuh," kata Indi, lalu masuk ke kamar Evan dan mengecup kening anaknya.

"Nina pulang ya tante. Tante jangan lupa minum obat," kata Nina berpamitan.

"Iya Nin, makasih ya," Indi mengantar Nina ke depan pintu.

Indi masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang terasa capek luar dalam.

"Kuatkan aku, Ya Tuhan. Aku butuh pekerjaan ini," kata Indi dan air mata mengalir begitu saja.

Indi membersihkan badannya, lalu makan dan meminum obat sakit kepala. Dia tidak mau sakit. Karena dia masih harus mengurus Evan.

Drrtt..ddrrtt.. Ponsel Indi berbunyi singkat, menandakan ada chat masuk.

Chat Boss Dingin : 'obat dari dokter untukmu, ada sama saya. besok diambil.'

Indi hanya menghela nafas membaca chat dari Bossnya. Dia akan bertahan sekuat tenaga menghadapi Bossnya yang dingin dan suka marah gak jelas. Mungkin karena memang umurnya masih muda. Walaupun Indi selalu merasa tertekan bekerja bersama Arya, tapi Indi senang bisa bekerja di perusahaannya. Karena selain menjadi sekretaris adalah keahliaannya, tetapi dia juga benar-benar membutuhkan pekerjaan itu.

Drrtt..ddrrtt.. Chat masuk.

Chat Boss Dingin : 'kamu baik-baik saja?'

Huftt..Indi membuang nafas kasar.

Chat Indi P : 'saya baik-baik saja.terimakasih'

Indi membalas singkat pesan dari Arya. Dia tidak mau Arya terus mengiriminya pesan, kalau dia tidak membalas. Indi mematikan ponselnya lalu pergi tidur.

Terpopuler

Comments

Riani

Riani

sekuntum bunga untukmu Thor

2022-06-18

1

Nur Adam

Nur Adam

maap klu salah

2022-04-25

2

Nur Adam

Nur Adam

thoor nulisj jgn kebykan pov mlu,,ckck

2022-04-25

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!