Indi mendapatkan telepon dari Dimas. Dia disuruh datang ke perusahaan untuk tanda tangan kontrak kerja.
"Kenapa Pak Arya berubah pikiran?" tanya Indi pada Dimas.
"Saya juga tidak tahu. Tapi menurut saya, Ibu memang cocok menjadi sekretaris Pak Arya," kata Dimas menjelaskan.
"Terima kasih Pak Dimas," Indi menyerahkan dokumen kontrak yang sudah dia tanda tangani.
"Panggil Dimas saja Bu, saya belum Bapak-bapak," Dimas nyengir kuda.
"Kalau begitu, panggil saya Indi aja, saya belum terlalu tua," Indi tersenyum dan Dimas tertawa.
"Ada yang lucu?" Arya tiba-tiba muncul dan mengagetkan.
"Tidak ada Pak," Indi langsung menunduk sopan.
Arya menatap Dimas, tapi Dimas hanya mengangkat bahu.
"Baiklah, selamat bekerja. Dimas akan menjelaskan job desk kamu," Arya berjalan menuju tempat duduknya.
"Terima kasih Pak, saya permisi," Indi mengundurkan diri.
Indi harus bisa mengontrol emosinya karena dia tidak mau dipecat. Mempunyai atasan yang dingin seperti Arya harus banyak bersabar. Setelah Dimas menjelaskan semua yang harus dikerjakan, Indipun langsung memulai bekerja.
Pov Arya.
"Huufftt," Arya memejamkan mata sambil memijat pelipisnya.
"Kenapa lo?" tanya Dimas. Dimas itu selain asisten Arya, dia juga sahabat baik Arya.
"Gue pusing. Efek kecelakaan masih ada," kata Arya. "Gimana Indi?" tanya Arya.
"Gue udah jelasin semua job desknya. Dia udah paham karena dia berpengalaman. So, gak usah khawatir," jawab Dimas.
"Oke," Arya menjawab singkat.
Pov Indira.
Tok..tok..tok mengetuk pintu Arya.
"Masuk," Arya bicara dari dalam ruangan.
"Maaf Pak, saya mau ijin istirahat," kata Indi ragu.
"Iya," kata Arya masih sibuk dengan laptopnya.
"Permisi Pak," Indi hendak pergi tapi dicegat.
"Saya ikut," kata-kata Arya berhasil membuat Indi melongo.
"Saya hanya mau ke kantin kantor Pak," Indi mencoba menghindari Arya.
"Saya juga butuh istirahat, dan sekarang kamu adalah sekretaris saya," kata Arya lalu berjalan cepat di depan Indi.
Indi hanya bisa mengikuti kemana Bossnya pergi.
Di kantin kantor.
"Si Boss besar tumben makan di kantin?" bisik para karyawan yang lain, membuat Indi risih.
"Iya tuh boss besar gak biasanya," bisik yang lain.
"Itu sekretarisnya boss yang baru?" ada juga yang mengomentari Indi.
"Mau makan apa mau ngegosip nih?" tanya seseorang.
"Eh Pak Ardi, mau makan Pak," para penggosip langsung bubar. Ternyata Ardi, sang Manajer Pemasaran. Indi baru mengetahui setelah membaca semua profil perusahaan.
"Mau makan apa Pak?" tanya Indi pada Arya.
"Apa saja," jawab Arya.
Indi langsung mengambil makanan dan menyapa Ardi yang sedang mengambil makanan juga.
"Hai, Di," sapa Indi.
"Katanya gak mau kerja di sini," sindir Ardi masih mengingat ucapan Indi dulu.
"Demi sesuap nasi. Duluan ya," Indi membawa 2 piring makanan.
Indi makan dengan lahap. Tidak perduli dia sedang bersama siapa.
"Kalau sudah makan, langsung ke ruangan saya dan bawa kopi," kata Arya lalu meninggalkan Indi.
"Gue kerja apa sih sebenernya. Sekretaris apa kacung, heehh," Indi menghela nafas.
Hari pertama kerja begitu sibuk, karena pekerjaan yang harus diselesaikan dan penyesuaian juga.
"Mama pulang Nak," Indi memasuki rumah.
"Mama," Evan langsung berlari memeluk Indi.
"Sudah pulang tante?" tanya Nina, penjaga Evan.
"Makasih ya Nin buat hari ini," Indi menuntun Evan ke dalam.
"Nina pulang dulu ya tante," Nina pamit.
"Iya Nin, makasih ya," Indi mengantar Nina ke depan. Nina adalah anak tetangga rumah Indi. Setiap hari dia yang membantu menjaga Evan.
Setelah menidurkan Evan, Indi masuk ke kamar mandi. Berendam membuatnya sedikit lebih rileks.
Pov Arya.
Call on.
"Hallo Dim, lo tau yang namanya Ardi?" Arya sedang berbicara dengan Dimas di telepon.
"Ardi siapa? Lo yang jelas kalau ngomong," Dimas selalu sewot, kalau si Arya bicara 'gak jelas begitu.
"Ya udah deh gak jadi," Arya menutup teleponnya.
Call off.
"Gue kenapa nyariin si Ardi. Gak ada hubungannya juga sama gue," Arya membanting ponselnya ke kasur, lalu keluar kamar.
"Arya, sini deh," Mama memanggil Arya.
"Kenapa Mah?" tanya Arya.
"Itu si Indi beneran karyawan kamu?" tanya Mama kepo.
"Iya Mah, sekretaris Arya," jawab Arya, "Kenapa?"
"Anaknya baik, cantik juga. Tapi sudah punya anak ya," kata Mamah gak tahu maksudnya apa.
"Terus apa ada hubungannya sama Arya?" tanya Arya dingin.
"Gak ada, sewot aja," Mamah manyun.
"Kira-kira kamu tahu gak suaminya kemana?" tanya Mama lagi.
Arya cuma melirik Mama dan langsung pergi.
"Mama kan cuma nanya," teriak Mama.
Esok paginya di kantor.
"Selamat pagi, Pak," Indi menyapa sang Boss yang baru datang dan mengikutinya.
"Ngapain ngikutin saya?" tanya Arya dingin.
"Saya mau memberitahu Bapak jadwal hari ini," jawab Indi.
"Nanti saja," kata Arya mengusir Indi dengan lambaian tangan.
"Tapi Pak ..." belum selesai bicara, Indi langsung kaget karena bentakan Arya.
"Saya bilang nanti saja," kata Arya keras.
Dimas yang dari tadi mengikuti cuma memberi kode Indi supaya keluar ruangan. Indi langsung keluar ruangan.
"Sabar, sabar punya Boss kaya gunung es," kata Indi mengelus dada.
Di dalam ruangan Arya.
"Kenapa sih lo, pagi-pagi udah kaya singa," tanya Dimas.
"Lo udah cari tahu yang namanya Ardi?" tanya Arya.
"Ardi Manajer Pemasaran di perusahaan lo?" Dimas bertanya juga.
"Oh, Manajer Pemasaran," Arya tersenyum sinis.
"Ada masalah sama tim marketing?" tanya Dimas.
"'Gak ada," jawab Arya cepat.
Tok..tok..tok..
"Masuk," kata Arya.
"Pak, rapat akan segera dimulai," kata Indi memberitahu Bossnya.
"Kenapa baru kasih tahu?" tanya Arya.
"Bapak yang tidak mau saya kasih tahu tadi," jawab Indi santai.
"Kamu berani menjawab saya," kata Arya meninggikan suaranya.
"Saya punya hak menjawabnya Pak," kata Indi tidak mau kalah.
"Kamu ..." belum selesai bicara, sudah dipotong Dimas.
"Sudah, sudah, kita ke ruang rapat sekarang. Ayo Indi," kata Dimas menepuk bahu Arya.
Indi langsung buru-buru keluar dan menyiapkan bahan rapat.
Rapat selesai dengan cepat dan semua karyawan kena marah Pak Boss. Entah bagaimana, emosinya hari ini tidak bagus. Indi mencoba menghindar agar tidak terlibat adu mulut lagi dengan Arya. Tapi sepertinya tidak demikian dengan Arya.
"Indi, ke ruangan saya," kata Arya lewat interkom.
Tok..tok..tok.
"Hmm," Indi masuk dan Arya sibuk dengan laptopnya.
"Ada apa Pak?" tanya Indi mendekat ke meja Arya.
Tidak ada jawaban dari Arya. Dia tetap sibuk mengetik di keyboard.
"Pak?" Indi mencoba memanggil lagi.
"Kamu tidak lihat saya sedang ngapain?" Arya menjawab dengan dingin.
"Bapak manggil saya ada keperluan apa?" tanya Indi lagi.
"Apa saya perlu alasan untuk memanggil sekretaris saya?" kata Arya gak masuk akal.
"Maaf Pak, saya masih banyak pekerjaan. Kalau Bapak tidak membutuhkan saya, saya permisi," kata Indi hendak keluar.
"Kenapa kamu selalu membantah saya?" bentak Arya.
Indi menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Saya tidak membantah Bapak. Saya hanya melakukan apa yang benar menurut saya," kata Indi mencoba bersabar, "Bapak manggil saya ke sini tidak jelas maunya apa. Dan saya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya tidak bisa mengurusi emosi Bapak yang tidak karuan seperti itu," kata Indi panjang lebar. "Permisi Pak," Indi langsung keluar dan sedikit membanting pintu.
"Haahhh," Arya menghembuskan nafas kasar.
Di luar ruangan Arya, Indi mencak-mencak meluapkan emosinya.
"Dasar Boss gila. Ada masalah sendiri, emosi dibawa ke kantor. Kalau gak butuh uang, gak mau gue kerja sama lo," kata Indi manyun ke pintu ruangan Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Riani
sabar indi jangan marah-marah dong😠😁
2022-06-18
2
🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍
mampir KK🤗
2022-05-16
3