Bab 2 : Sekretaris

Indi mendapatkan telepon dari Dimas. Dia disuruh datang ke perusahaan untuk tanda tangan kontrak kerja.

"Kenapa Pak Arya berubah pikiran?" tanya Indi pada Dimas.

"Saya juga tidak tahu. Tapi menurut saya, Ibu memang cocok menjadi sekretaris Pak Arya," kata Dimas menjelaskan.

"Terima kasih Pak Dimas," Indi menyerahkan dokumen kontrak yang sudah dia tanda tangani.

"Panggil Dimas saja Bu, saya belum Bapak-bapak," Dimas nyengir kuda.

"Kalau begitu, panggil saya Indi aja, saya belum terlalu tua," Indi tersenyum dan Dimas tertawa.

"Ada yang lucu?" Arya tiba-tiba muncul dan mengagetkan.

"Tidak ada Pak," Indi langsung menunduk sopan.

Arya menatap Dimas, tapi Dimas hanya mengangkat bahu.

"Baiklah, selamat bekerja. Dimas akan menjelaskan job desk kamu," Arya berjalan menuju tempat duduknya.

"Terima kasih Pak, saya permisi," Indi mengundurkan diri.

Indi harus bisa mengontrol emosinya karena dia tidak mau dipecat. Mempunyai atasan yang dingin seperti Arya harus banyak bersabar. Setelah Dimas menjelaskan semua yang harus dikerjakan, Indipun langsung memulai bekerja.

Pov Arya.

"Huufftt," Arya memejamkan mata sambil memijat pelipisnya.

"Kenapa lo?" tanya Dimas. Dimas itu selain asisten Arya, dia juga sahabat baik Arya.

"Gue pusing. Efek kecelakaan masih ada," kata Arya. "Gimana Indi?" tanya Arya.

"Gue udah jelasin semua job desknya. Dia udah paham karena dia berpengalaman. So, gak usah khawatir," jawab Dimas.

"Oke," Arya menjawab singkat.

Pov Indira.

Tok..tok..tok mengetuk pintu Arya.

"Masuk," Arya bicara dari dalam ruangan.

"Maaf Pak, saya mau ijin istirahat," kata Indi ragu.

"Iya," kata Arya masih sibuk dengan laptopnya.

"Permisi Pak," Indi hendak pergi tapi dicegat.

"Saya ikut," kata-kata Arya berhasil membuat Indi melongo.

"Saya hanya mau ke kantin kantor Pak," Indi mencoba menghindari Arya.

"Saya juga butuh istirahat, dan sekarang kamu adalah sekretaris saya," kata Arya lalu berjalan cepat di depan Indi.

Indi hanya bisa mengikuti kemana Bossnya pergi.

Di kantin kantor.

"Si Boss besar tumben makan di kantin?" bisik para karyawan yang lain, membuat Indi risih.

"Iya tuh boss besar gak biasanya," bisik yang lain.

"Itu sekretarisnya boss yang baru?" ada juga yang mengomentari Indi.

"Mau makan apa mau ngegosip nih?" tanya seseorang.

"Eh Pak Ardi, mau makan Pak," para penggosip langsung bubar. Ternyata Ardi, sang Manajer Pemasaran. Indi baru mengetahui setelah membaca semua profil perusahaan.

"Mau makan apa Pak?" tanya Indi pada Arya.

"Apa saja," jawab Arya.

Indi langsung mengambil makanan dan menyapa Ardi yang sedang mengambil makanan juga.

"Hai, Di," sapa Indi.

"Katanya gak mau kerja di sini," sindir Ardi masih mengingat ucapan Indi dulu.

"Demi sesuap nasi. Duluan ya," Indi membawa 2 piring makanan.

Indi makan dengan lahap. Tidak perduli dia sedang bersama siapa.

"Kalau sudah makan, langsung ke ruangan saya dan bawa kopi," kata Arya lalu meninggalkan Indi.

"Gue kerja apa sih sebenernya. Sekretaris apa kacung, heehh," Indi menghela nafas.

Hari pertama kerja begitu sibuk, karena pekerjaan yang harus diselesaikan dan penyesuaian juga.

"Mama pulang Nak," Indi memasuki rumah.

"Mama," Evan langsung berlari memeluk Indi.

"Sudah pulang tante?" tanya Nina, penjaga Evan.

"Makasih ya Nin buat hari ini," Indi menuntun Evan ke dalam.

"Nina pulang dulu ya tante," Nina pamit.

"Iya Nin, makasih ya," Indi mengantar Nina ke depan. Nina adalah anak tetangga rumah Indi. Setiap hari dia yang membantu menjaga Evan.

Setelah menidurkan Evan, Indi masuk ke kamar mandi. Berendam membuatnya sedikit lebih rileks.

Pov Arya.

Call on.

"Hallo Dim, lo tau yang namanya Ardi?" Arya sedang berbicara dengan Dimas di telepon.

"Ardi siapa? Lo yang jelas kalau ngomong," Dimas selalu sewot, kalau si Arya bicara 'gak jelas begitu.

"Ya udah deh gak jadi," Arya menutup teleponnya.

Call off.

"Gue kenapa nyariin si Ardi. Gak ada hubungannya juga sama gue," Arya membanting ponselnya ke kasur, lalu keluar kamar.

"Arya, sini deh," Mama memanggil Arya.

"Kenapa Mah?" tanya Arya.

"Itu si Indi beneran karyawan kamu?" tanya Mama kepo.

"Iya Mah, sekretaris Arya," jawab Arya, "Kenapa?"

"Anaknya baik, cantik juga. Tapi sudah punya anak ya," kata Mamah gak tahu maksudnya apa.

"Terus apa ada hubungannya sama Arya?" tanya Arya dingin.

"Gak ada, sewot aja," Mamah manyun.

"Kira-kira kamu tahu gak suaminya kemana?" tanya Mama lagi.

Arya cuma melirik Mama dan langsung pergi.

"Mama kan cuma nanya," teriak Mama.

Esok paginya di kantor.

"Selamat pagi, Pak," Indi menyapa sang Boss yang baru datang dan mengikutinya.

"Ngapain ngikutin saya?" tanya Arya dingin.

"Saya mau memberitahu Bapak jadwal hari ini," jawab Indi.

"Nanti saja," kata Arya mengusir Indi dengan lambaian tangan.

"Tapi Pak ..." belum selesai bicara, Indi langsung kaget karena bentakan Arya.

"Saya bilang nanti saja," kata Arya keras.

Dimas yang dari tadi mengikuti cuma memberi kode Indi supaya keluar ruangan. Indi langsung keluar ruangan.

"Sabar, sabar punya Boss kaya gunung es," kata Indi mengelus dada.

Di dalam ruangan Arya.

"Kenapa sih lo, pagi-pagi udah kaya singa," tanya Dimas.

"Lo udah cari tahu yang namanya Ardi?" tanya Arya.

"Ardi Manajer Pemasaran di perusahaan lo?" Dimas bertanya juga.

"Oh, Manajer Pemasaran," Arya tersenyum sinis.

"Ada masalah sama tim marketing?" tanya Dimas.

"'Gak ada," jawab Arya cepat.

Tok..tok..tok..

"Masuk," kata Arya.

"Pak, rapat akan segera dimulai," kata Indi memberitahu Bossnya.

"Kenapa baru kasih tahu?" tanya Arya.

"Bapak yang tidak mau saya kasih tahu tadi," jawab Indi santai.

"Kamu berani menjawab saya," kata Arya meninggikan suaranya.

"Saya punya hak menjawabnya Pak," kata Indi tidak mau kalah.

"Kamu ..." belum selesai bicara, sudah dipotong Dimas.

"Sudah, sudah, kita ke ruang rapat sekarang. Ayo Indi," kata Dimas menepuk bahu Arya.

Indi langsung buru-buru keluar dan menyiapkan bahan rapat.

Rapat selesai dengan cepat dan semua karyawan kena marah Pak Boss. Entah bagaimana, emosinya hari ini tidak bagus. Indi mencoba menghindar agar tidak terlibat adu mulut lagi dengan Arya. Tapi sepertinya tidak demikian dengan Arya.

"Indi, ke ruangan saya," kata Arya lewat interkom.

Tok..tok..tok.

"Hmm," Indi masuk dan Arya sibuk dengan laptopnya.

"Ada apa Pak?" tanya Indi mendekat ke meja Arya.

Tidak ada jawaban dari Arya. Dia tetap sibuk mengetik di keyboard.

"Pak?" Indi mencoba memanggil lagi.

"Kamu tidak lihat saya sedang ngapain?" Arya menjawab dengan dingin.

"Bapak manggil saya ada keperluan apa?" tanya Indi lagi.

"Apa saya perlu alasan untuk memanggil sekretaris saya?" kata Arya gak masuk akal.

"Maaf Pak, saya masih banyak pekerjaan. Kalau Bapak tidak membutuhkan saya, saya permisi," kata Indi hendak keluar.

"Kenapa kamu selalu membantah saya?" bentak Arya.

Indi menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Saya tidak membantah Bapak. Saya hanya melakukan apa yang benar menurut saya," kata Indi mencoba bersabar, "Bapak manggil saya ke sini tidak jelas maunya apa. Dan saya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya tidak bisa mengurusi emosi Bapak yang tidak karuan seperti itu," kata Indi panjang lebar. "Permisi Pak," Indi langsung keluar dan sedikit membanting pintu.

"Haahhh," Arya menghembuskan nafas kasar.

Di luar ruangan Arya, Indi mencak-mencak meluapkan emosinya.

"Dasar Boss gila. Ada masalah sendiri, emosi dibawa ke kantor. Kalau gak butuh uang, gak mau gue kerja sama lo," kata Indi manyun ke pintu ruangan Arya.

Terpopuler

Comments

Riani

Riani

sabar indi jangan marah-marah dong😠😁

2022-06-18

2

🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍

🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍

mampir KK🤗

2022-05-16

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!