Bab 15 : Lampu Hijau

Pov Arya.

Tok..tok..tok. Pintu kamar Arya diketuk dari luar. Arya masih belum sadar dari tidurnya.

"Arya, bangun Nak. Udah siang loh," Mama berteriak dari luar kamar.

"Ennggghh," Arya hanya mengulet dan tidur lagi.

"Aryaa," Mama berteriak sekali lagi. Dan kali ini berhasil membuat Arya bangun.

"Iya Mah," Arya berjalan ke arah pintu. "Kenapa Mah?" Arya membukakan pintu untuk Mamanya.

"Anterin Mama ke bandara dong," pinta Mama.

"Ngapain Mama ke bandara? Sama supir aja deh," Arya menguap masih mengantuk.

"Jemput anaknya tante Merry, si Calista," kata Mama. "Anterin ya Ar. Calista juga deket sama kamu kan?"

"Hmmm, itu dulu Mah," kata Arya malas mendengar nama Calista.

"Mandi sana, Mama tunggu di bawah," Mama menepuk pelan bahu Arya, kemudian turun ke ruang santai.

Hari ini hari Minggu, jadi Arya tidak ke kantor. Arya lebih baik memilih untuk pergi dengan Indi, daripada harus ke bandara. Tapi Mamanya benar-benar memaksa.

Tidak lama Arya sudah mandi dan turun ke ruang santai.

"Berangkat sekarang Mah?" tanya Arya.

"Kamu sarapan dulu aja Ar. Masih jam 8, pesawatnya sampe jam 9 katanya," Mama mengatakan sambil tetap fokus ke layar TV.

Arya berjalan ke ruang makan. Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

Call on.

"Pagi Indi," sapa Arya pada Indi lewat telepon. Wajahnya langsung sumringah.

"Pagi Ar," Indi menjawab dengan tersenyum di sana.

"Lagi ngapain?" tanya Arya. Semenjak malam itu, Arya jadi semakin dekat dengan Indi. Tapi Indi masih belum mau berkomitmen lebih.

"Lagi beres-beres rumah. Kamu 'gak ada acara hari ini?" tanya Indi.

"Mau nemenin Mama ke bandara, jemput anaknya temen Mama," Arya menjawab sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Kamu lagi makan ya?"

"Hmmm, iya baru sarapan," Arya meminum air putih, karena sedikit tersedak.

"Ya udah, sarapan aja dulu."

"Mah, ada tamu di depan. Om Ardi," Evan berteriak dan terdengar oleh Arya.

"Ngapain pagi-pagi Ardi ke rumah?" tanya Arya dengan nada dingin.

"Gak tahu Ar. Aku matiin dulu ya. Kamu sarapan aja dulu," Indi mencoba menenangkan Arya. Dia tahu kalau Arya 'gak suka Ardi ke rumah. "Bye Arya," Indi mematikan telepon.

Call off.

Arya meremat ponselnya karena kesal.

"Ngapain Ardi ke rumah Indi pagi-pagi gini?" Arya langsung 'gak ada nafsu makan. Dia hendak pergi ke rumah Indi, tapi dicegat oleh Mama.

"Mau kemana Ar?" tanya Mama.

"Pergi dulu Mah, bentar," Arya hendak beranjak keluar.

"Eh, udah mau jam 9, ayo ke bandara," Mama mencegat Arya.

"Hufftt, iya udah, ayo Mah," Arya menahan kekesalannya.

Dengan berat hati, Arya pergi menemani Mamanya ke bandara. Pikirannya terus memikirkan Indi.

Pov Indira.

Indi mendapat telepon dari Arya pagi ini. Hubungannya dengan Arya masih belum ada komitmen serius. Indi masih mengutamakan perasaan Evan, anaknya.

"Mah, ada tamu di depan. Om Ardi," Evan berteriak dan Indi buru-buru menutup speaker ponselnya.

"Ngapain pagi-pagi Ardi ke rumah?" tanya Arya dengan nada dingin.

Walaupun Indi sudah menutup speaker ponselnya, Arya tetap mendengarnya. Indi tahu, Arya tidak suka kalau Indi dekat dengan cowo lain. Setelah mencoba menenangkan Arya, Indi menutup teleponnya dan menghampiri Evan.

"Hai Indi," sapa Ardi, yang duduk di ruang tamu ditemani Evan.

"Hai Di, ngapain?" Indi ikut duduk di sebelah Evan.

"Gue ganggu ya?" tanya Ardi sedikit kecewa.

"Gak kok Di. Lagi beres-beres rumah aja," Indi mencoba tersenyum.

"Tadinya mau ngajak jalan-jalan Ndi, tapi kalau sibuk ya udah," Ardi tersenyum tipis.

"Sorry Di, kayanya kalau hari ini 'gak bisa deh. Kamu kenapa 'gak chat dulu, jadi aku bisa siap-siap," kata Indi mencoba tidak menyinggung perasaan Ardi.

Evan yang tadi pergi ke dapur, membawa minuman untuk Ardi.

"Makasih Evan," kata Ardi meminum minumannya.

Setelah menghabiskan minumannya, Ardi pamit pada Indi.

"Sorry banget ya Di," Indi merasa tidak enak.

"Gak apa Ndi, gue yang salah 'gak tanya lo dulu," Ardi pamit dan berlalu dengan mobilnya.

Indi masuk ke rumah dan langsung diinterogasi Evan.

"Kenapa Mama 'gak mau diajak pergi Om Ardi?" tanya Evan.

"Gak apa sayang, Mama kan lagi beres-beres rumah," Indi mengusap kepala Evan.

"Mama pacaran sama Om Arya ya. Jadi 'gak mau pergi sama cowo lain?" tanga Evan lagi.

"Mama cuma temenan sama Om Arya sayang," Indi mencoba sabar menanggapi pertanyaan anaknya. Yang menurut Indi itu lucu. Anak kecil tapi bisa menginterogasi Mamanya.

"Kenapa 'gak pacaran aja Mah, Om Arya baik," Evan tersenyum.

"Hmm, emang Mama boleh pacaran?" Indi mencoba bertanya.

"Boleh Mah, asal Mama bahagia, Evan juga ikut bahagia. Kasihan Mama, sendirian terus sejak Papa meninggal," kata-kata Evan berhasil meloloskan sebutir air mata Indi.

Indi memeluk erat anaknya dan mencium puncak kepala Evan.

"Kamu suka sama Om Arya?" tanya Indi lagi memantapkan.

Evan mengangguk mantap. "Om Arya baik Mah."

Indi semakin mengeratkan pelukannya pada Evan.

"Makasih Tuhan, telah memberikan anak yang begitu pengertian," Indi berucap dalam hati.

"Mama juga suka kan sama Om Arya?" tanya Evan lagi.

"Hmmm, suka gak ya?" Indi mencoba menggelitiki Evan untuk mengalihkannya.

Evan berlari untuk menghindari klitikan Indi. Indi bahagia melihat Evan tertawa.

Setelah selesai beres-beres rumah, Indi mengajak Evan jalan-jalan. Indi ingin membelikan Evan ice cream, karena sudah mengijinkan Indi berteman dengan Arya.

Sampai di kedai ice cream, ponsel Indi berdering. Telepon dari Arya, Indi langsung tersenyum.

Call on.

"Hai Arya," sapa Indi.

"Hai, lagi dimana? Kayanya rame," Arya mendengar suara pengunjung lain.

"Lagi di kedai ice cream sama Evan," Indi melihat-lihat menu.

"Kedai ice cream mana? Aku ke sana," kata Arya antusias.

"Kedai ice cream SWEET Jalan Bougenvile," Indi memberi tahu Arya alamatnya.

"Oke, tunggu ya," Arya langsung mematikan teleponnya.

Call off.

Indi terus tersenyum sampai Evan menegurnya.

"Mama senyum-senyum aja habis dapat telepon dari Om Arya," Evan meledek Mamanya.

"Hehehe, kamu jahil ya ngledekin Mama," Indi mencubit pipi Evan.

Indi memesan ice cream cokelat strawberry untuk Evan, dan coffe latte ice untuk dirinya. Dia tidak sabar akan bertemu Arya. Indi ingin membicarakan apa yang dikatakan Evan tadi di rumah.

"Mama senang mau ketemu Om Arya?" Evan meledek Indi lagi.

"Mama biasa aja," Indi memalingkan mukanya dan tersenyum tipis. Evan hanya geleng-geleng melihat kelakuan Mamanya.

Pov Arya.

Setelah menelpon Indi dan tahu dimana Indi, Arya langsung bersiap-siap mau menyusulnya.

"Mah, Arya keluar dulu," Arya pamit pada Mamanya. Walaupun dia seorang CEO yang dihormati oleh karyawannya, tapi tetap dia anak yang hormat pada orang tuanya.

"Kak Arya mau kemana? Lista ikut dong," Calista anak tante Merry yang tadi dijemput oleh Arya, sekarang menginap di rumah Arya.

"Gak, lo di rumah aja sama Mama tuh," Arya langsung berjalan keluar tanpa menghiraukan rengekan Arya.

"Kak Arya pelit iihh," Calista merajuk.

"Udah, kamu di rumah aja, istirahat dulu sayang," Mama menenangkan Calista.

Di dalam mobil, Arya terus tersenyum karena mau ketemu Indi. Walaupun setiap hari dia bertemu Indi di kantor, tapi dia tetap merasa kangen pada Indi. Tapi, dia masih harus berjuang agar Indi mau menerimanya sebagai kekasihnya.

Terpopuler

Comments

DARYATI SPd

DARYATI SPd

lampu hijau jalan terus thor 😁

2022-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!