Pov Arya.
Tok..tok..tok. Pintu kamar Arya diketuk dari luar. Arya masih belum sadar dari tidurnya.
"Arya, bangun Nak. Udah siang loh," Mama berteriak dari luar kamar.
"Ennggghh," Arya hanya mengulet dan tidur lagi.
"Aryaa," Mama berteriak sekali lagi. Dan kali ini berhasil membuat Arya bangun.
"Iya Mah," Arya berjalan ke arah pintu. "Kenapa Mah?" Arya membukakan pintu untuk Mamanya.
"Anterin Mama ke bandara dong," pinta Mama.
"Ngapain Mama ke bandara? Sama supir aja deh," Arya menguap masih mengantuk.
"Jemput anaknya tante Merry, si Calista," kata Mama. "Anterin ya Ar. Calista juga deket sama kamu kan?"
"Hmmm, itu dulu Mah," kata Arya malas mendengar nama Calista.
"Mandi sana, Mama tunggu di bawah," Mama menepuk pelan bahu Arya, kemudian turun ke ruang santai.
Hari ini hari Minggu, jadi Arya tidak ke kantor. Arya lebih baik memilih untuk pergi dengan Indi, daripada harus ke bandara. Tapi Mamanya benar-benar memaksa.
Tidak lama Arya sudah mandi dan turun ke ruang santai.
"Berangkat sekarang Mah?" tanya Arya.
"Kamu sarapan dulu aja Ar. Masih jam 8, pesawatnya sampe jam 9 katanya," Mama mengatakan sambil tetap fokus ke layar TV.
Arya berjalan ke ruang makan. Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
Call on.
"Pagi Indi," sapa Arya pada Indi lewat telepon. Wajahnya langsung sumringah.
"Pagi Ar," Indi menjawab dengan tersenyum di sana.
"Lagi ngapain?" tanya Arya. Semenjak malam itu, Arya jadi semakin dekat dengan Indi. Tapi Indi masih belum mau berkomitmen lebih.
"Lagi beres-beres rumah. Kamu 'gak ada acara hari ini?" tanya Indi.
"Mau nemenin Mama ke bandara, jemput anaknya temen Mama," Arya menjawab sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Kamu lagi makan ya?"
"Hmmm, iya baru sarapan," Arya meminum air putih, karena sedikit tersedak.
"Ya udah, sarapan aja dulu."
"Mah, ada tamu di depan. Om Ardi," Evan berteriak dan terdengar oleh Arya.
"Ngapain pagi-pagi Ardi ke rumah?" tanya Arya dengan nada dingin.
"Gak tahu Ar. Aku matiin dulu ya. Kamu sarapan aja dulu," Indi mencoba menenangkan Arya. Dia tahu kalau Arya 'gak suka Ardi ke rumah. "Bye Arya," Indi mematikan telepon.
Call off.
Arya meremat ponselnya karena kesal.
"Ngapain Ardi ke rumah Indi pagi-pagi gini?" Arya langsung 'gak ada nafsu makan. Dia hendak pergi ke rumah Indi, tapi dicegat oleh Mama.
"Mau kemana Ar?" tanya Mama.
"Pergi dulu Mah, bentar," Arya hendak beranjak keluar.
"Eh, udah mau jam 9, ayo ke bandara," Mama mencegat Arya.
"Hufftt, iya udah, ayo Mah," Arya menahan kekesalannya.
Dengan berat hati, Arya pergi menemani Mamanya ke bandara. Pikirannya terus memikirkan Indi.
Pov Indira.
Indi mendapat telepon dari Arya pagi ini. Hubungannya dengan Arya masih belum ada komitmen serius. Indi masih mengutamakan perasaan Evan, anaknya.
"Mah, ada tamu di depan. Om Ardi," Evan berteriak dan Indi buru-buru menutup speaker ponselnya.
"Ngapain pagi-pagi Ardi ke rumah?" tanya Arya dengan nada dingin.
Walaupun Indi sudah menutup speaker ponselnya, Arya tetap mendengarnya. Indi tahu, Arya tidak suka kalau Indi dekat dengan cowo lain. Setelah mencoba menenangkan Arya, Indi menutup teleponnya dan menghampiri Evan.
"Hai Indi," sapa Ardi, yang duduk di ruang tamu ditemani Evan.
"Hai Di, ngapain?" Indi ikut duduk di sebelah Evan.
"Gue ganggu ya?" tanya Ardi sedikit kecewa.
"Gak kok Di. Lagi beres-beres rumah aja," Indi mencoba tersenyum.
"Tadinya mau ngajak jalan-jalan Ndi, tapi kalau sibuk ya udah," Ardi tersenyum tipis.
"Sorry Di, kayanya kalau hari ini 'gak bisa deh. Kamu kenapa 'gak chat dulu, jadi aku bisa siap-siap," kata Indi mencoba tidak menyinggung perasaan Ardi.
Evan yang tadi pergi ke dapur, membawa minuman untuk Ardi.
"Makasih Evan," kata Ardi meminum minumannya.
Setelah menghabiskan minumannya, Ardi pamit pada Indi.
"Sorry banget ya Di," Indi merasa tidak enak.
"Gak apa Ndi, gue yang salah 'gak tanya lo dulu," Ardi pamit dan berlalu dengan mobilnya.
Indi masuk ke rumah dan langsung diinterogasi Evan.
"Kenapa Mama 'gak mau diajak pergi Om Ardi?" tanya Evan.
"Gak apa sayang, Mama kan lagi beres-beres rumah," Indi mengusap kepala Evan.
"Mama pacaran sama Om Arya ya. Jadi 'gak mau pergi sama cowo lain?" tanga Evan lagi.
"Mama cuma temenan sama Om Arya sayang," Indi mencoba sabar menanggapi pertanyaan anaknya. Yang menurut Indi itu lucu. Anak kecil tapi bisa menginterogasi Mamanya.
"Kenapa 'gak pacaran aja Mah, Om Arya baik," Evan tersenyum.
"Hmm, emang Mama boleh pacaran?" Indi mencoba bertanya.
"Boleh Mah, asal Mama bahagia, Evan juga ikut bahagia. Kasihan Mama, sendirian terus sejak Papa meninggal," kata-kata Evan berhasil meloloskan sebutir air mata Indi.
Indi memeluk erat anaknya dan mencium puncak kepala Evan.
"Kamu suka sama Om Arya?" tanya Indi lagi memantapkan.
Evan mengangguk mantap. "Om Arya baik Mah."
Indi semakin mengeratkan pelukannya pada Evan.
"Makasih Tuhan, telah memberikan anak yang begitu pengertian," Indi berucap dalam hati.
"Mama juga suka kan sama Om Arya?" tanya Evan lagi.
"Hmmm, suka gak ya?" Indi mencoba menggelitiki Evan untuk mengalihkannya.
Evan berlari untuk menghindari klitikan Indi. Indi bahagia melihat Evan tertawa.
Setelah selesai beres-beres rumah, Indi mengajak Evan jalan-jalan. Indi ingin membelikan Evan ice cream, karena sudah mengijinkan Indi berteman dengan Arya.
Sampai di kedai ice cream, ponsel Indi berdering. Telepon dari Arya, Indi langsung tersenyum.
Call on.
"Hai Arya," sapa Indi.
"Hai, lagi dimana? Kayanya rame," Arya mendengar suara pengunjung lain.
"Lagi di kedai ice cream sama Evan," Indi melihat-lihat menu.
"Kedai ice cream mana? Aku ke sana," kata Arya antusias.
"Kedai ice cream SWEET Jalan Bougenvile," Indi memberi tahu Arya alamatnya.
"Oke, tunggu ya," Arya langsung mematikan teleponnya.
Call off.
Indi terus tersenyum sampai Evan menegurnya.
"Mama senyum-senyum aja habis dapat telepon dari Om Arya," Evan meledek Mamanya.
"Hehehe, kamu jahil ya ngledekin Mama," Indi mencubit pipi Evan.
Indi memesan ice cream cokelat strawberry untuk Evan, dan coffe latte ice untuk dirinya. Dia tidak sabar akan bertemu Arya. Indi ingin membicarakan apa yang dikatakan Evan tadi di rumah.
"Mama senang mau ketemu Om Arya?" Evan meledek Indi lagi.
"Mama biasa aja," Indi memalingkan mukanya dan tersenyum tipis. Evan hanya geleng-geleng melihat kelakuan Mamanya.
Pov Arya.
Setelah menelpon Indi dan tahu dimana Indi, Arya langsung bersiap-siap mau menyusulnya.
"Mah, Arya keluar dulu," Arya pamit pada Mamanya. Walaupun dia seorang CEO yang dihormati oleh karyawannya, tapi tetap dia anak yang hormat pada orang tuanya.
"Kak Arya mau kemana? Lista ikut dong," Calista anak tante Merry yang tadi dijemput oleh Arya, sekarang menginap di rumah Arya.
"Gak, lo di rumah aja sama Mama tuh," Arya langsung berjalan keluar tanpa menghiraukan rengekan Arya.
"Kak Arya pelit iihh," Calista merajuk.
"Udah, kamu di rumah aja, istirahat dulu sayang," Mama menenangkan Calista.
Di dalam mobil, Arya terus tersenyum karena mau ketemu Indi. Walaupun setiap hari dia bertemu Indi di kantor, tapi dia tetap merasa kangen pada Indi. Tapi, dia masih harus berjuang agar Indi mau menerimanya sebagai kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
DARYATI SPd
lampu hijau jalan terus thor 😁
2022-04-24
2