Bab 8 : Gunung Es Mencair

Pov Indira.

Ponsel Indi berdering, ketika dia sedang siap-siap untuk tidur.

Call On.

"Hallo," Indi mengangkat tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Gimana kaki kamu?" ternyata Arya yang menelponnya.

"Baik Pak, udah mendingan," Indi berubah gugup, tahu siapa yang menelpon.

"Kenapa Pak? Ini kan diluar jam kerja," Arya mencoba mengingatkan Indi.

"Eh, iya sorry, Arya," Indi menutup mukanya, malu sendiri.

"Kaki kamu beneran udah 'gak apa?" tanya Arya lagi.

"Iya, udah 'gak apa kok, besok bisa ke kantor," kata Indi merebahkan tubuhnya di kasur.

"Besok aku jemput aja ya, biar kaki kamu gak tambah parah kalau naik taksi," kata Arya, membuat keputusan.

"Sama aja kali, naik taksi atau dijemput juga," Indi membatin.

"Indi," panggil Arya.

"Eh, iya kenapa?" Indi tersadar.

"Besok, aku jemput jam 07.30 ya. Kamu istirahat."

"Oke Arya, selamat malam."

Call off.

Indi mematikan teleponnya dan langsung menutupi wajahnya dengan selimut. Pipinya serasa panas, dan jantungnya berdebar sangat cepat. Indi bukan pertama kalinya merasakan seperti ini. Tapi kali ini berbeda.

Besoknya, Arya benar-benar menjemput Indi. Di depan rumah, Arya tersenyum lebar karena disambut oleh Evan.

"Pagi jagoan, mau berangkat sekolah?" tanya Arya pada Evan.

"Iya Om," jawab Evan. "Om mau jemput Mama ya," kata Evan tersenyum.

"Iya, Mama kamu kan lagi sakit," kata Arya mencubit hidung Evan.

Indi melihat interaksi Arya dan Evan lalu tersenyum.

"Sayang, Mama berangkat kerja dulu ya. Kamu hati-hati berangkatnya sama kak Nina," pamit Indi pada Evan lalu mencium kening Evan.

"Titip ya Nin," kata Indi pada Nina.

"Mama, hati-hati. Om, makasih ya," Evan melambaikan tangan.

Indi tersenyum dan melambaikan tangan.

"Kamu wanita yang hebat Ndi," Arya tiba-tiba bicara seperti itu.

"Apa Ar?" Indi tidak begitu paham dengan kata-kata Arya.

"Kamu bisa membesarkan Evan sendirian dan dia jadi anak yang begitu hebat," kata Arya lagi.

"Aku selalu mencoba yang terbaik buat anakku," kata Indi, tersenyum simpul.

Perjalanan ke kantor begitu cepat. Tidak sampai 30 menit mobil Arya sudah terparkir di basement kantor.

"Pak sebaiknya saya keluar dulu, baru Bapak turun. Saya tidak mau ada yang melihat dan menjadi omongan karyawan lain," Indi mencoba menenangkan diri. Dia takut ada yang melihatnya satu mobil dengan Bossnya.

Setelah merasa aman, Indi langsung keluar dan berterima kasih pada Arya. Indi buru-buru masuk ke lift dan memencet lantai ruangannya.

Pov Arya.

"Gue baru tahu ada cewe hebat seperti Indi," kata Arya, pada diri sendiri.

Tok..tok.. Kaca mobil Arya diketuk dari luar. Arya membuka kaca mobilnya dan muncul muka Dimas.

"Pagi Boss, gak masuk?" tanya Dimas.

"Ini mau masuk. Bareng," Arya menutup kaca mobil dan keluar dari mobilnya.

"Kenapa bengong di dalam mobil?" tanya Dimas sambil tersenyum.

"Gue 'gak bengong. Lagi keinget seseorang," kata Arya santai.

"Indi?" tebak Dimas. Secara tidak sengaja, tadi Dimas melihat Indi keluar dari mobil Arya.

"Bukan urusan lo," kata Arya, meninggalkan Dimas yang terus memojokkannya.

Sampai di lantai ruangannya, senyum langsung mengembang di bibir si Boss yang biasanya dingin dan datar.

"Pagi Indi," sapa Arya. Dimas langsung melotot melihat Bossnya menyapa duluan.

"Pagi Pak," kata Indi membungkukkan badan dan tersenyum.

Seperginya Boss ke ruangan, Dimas langsung melihat Indi dengan tatapan curiga.

"Ada apa ...," belum selesai ngomong, suara menggelegar Arya memanggil Dimas.

"Dimaaass, ke ruangan saya," Dimas langsung buru-buru ke ruangan Bossnya.

Indi hanya tertawa dan geleng-geleng. Indi teringat dengan senyuman Bossnya yang tidak pernah dia tampakkan sebelumnya.

"Apa yang gue pikirin? Kerja, kerja," Indi membuang jauh-jauh pikirannya dan kembali bekerja.

"Hari ini apa kegiatan saya?" tanya Arya pada Dimas dingin.

"Kenapa dingin lagi, bukannya tadi udah senyum-senyum," Dimas bergumam dalam hati.

"Dimas," suara tegas Arya menyadarkan Dimas.

"Hari ini ada rapat makan siang sama client Pak. Lalu sorenya kita harus ke lokasi untuk mengecek kegiatan, supaya hal yang kemarin tidak terjadi lagi," kata Dimas membacakan kegiatan Arya.

"Apa kejadian kemarin sudah kamu bereskan?" tanya Arya.

"Sudah Pak. Itu karena kelalaian pekerja. Saya sudah memberi peringatan," kata Dimas.

"Kasih pekerja itu pesangon dan bilang dia tidak bekerja lagi di proyek kita," kata Arya tegas.

"Baik Pak, saya permisi," Dimas keluar dari ruangan Arya.

Si Boss kalau lagi serius bisa membuat karyawannya kagum dan ikut serius juga. Seorang Dimas yang biasanya santai menanggapi Arya, langsung ikut serius.

Tok..tok..tok.. Indi mengetuk ruangan Arya.

"Masuk," suara Arya terdengar.

Indi masuk dan berjalan perlahan. Kakinya masih sedikit sakit kalau dibawa jalan.

"Permisi Pak, ini dokumen yang harus Bapak tanda tangani. Dan ini, ada undangan makan malam dari Perusahaan Adijaya," Indi meletakkan dokumen dan menyerahkan undangannya.

Arya membaca sekilas undangannya.

"Acaranya besok. Kamu temani saya," kata Arya menatap Indi.

"Tapi, kaki saya masih sedikit sakit Pak," Indi beralasan. Sebenarnya, dia malas pergi ke acara seperti itu.

"Kalau masih sakit, kenapa masuk kerja?" Arya tiba-tiba beranjak dari kursinya.

"Ayo duduk dulu," kata Arya memapah Indi ke sofa di ruangannya.

"Udah 'gak sakit banget Pak. Tapi kalau harus berdiri lama, saya belum bisa Pak," Indi mencoba berdalih.

"Kamu banyak-banyak istirahat. Besok kamu temani saya," kata Arya tegas. Itu tandanya Indi tidak bisa menolak lagi.

"Baik Pak. Saya permisi kembali ke meja saya," Indi cepat-cepat keluar ruangan.

Pov Indi.

"Kyaaa... Apa itu tadi? Kenapa si Boss jadi aneh. Kadang lembut, kadang tegas tapi sedikit khawatir, kadang tersenyum manis," Indi menggelengkan kepalanya cepat.

"Kenapa lo, kesurupan?" tanya Dimas yang tiba-tiba datang.

"Lo ngerasain gak, si Boss sedikit lebih lembut dan gak dingin kaya biasanya?" tanya Indi.

"Itu sama lo doang, sama gue biasa aja," kata Dimas manyun.

"Gue udah merhatiin dari tadi pagi di basement," Dimas melihat ke arah Indi dengan tatapan curiga.

"Lo lihat gue keluar ..." kaget Dimas melihatnya.

"Iya gue lihat. Dan gue juga lihat senyum Arya mengembang kalau ketemu lo," Dimas bicara dengan penekanan.

"Gue 'gak tahu itu loh," Indi mencoba santai.

"Hahahaha, akhirnya gue bisa lihat lagi senyum Boss. Walaupun baru sedikit," Dimas tertawa senang. Membuat Indi bingung.

"Kenapa lo ketawa?" tanya Indi heran.

"Kayanya si Gunung Es udah sedikit mencair Ndi," kata Dimas sedikit berbisik.

"Dimas Ardian," gelegar suara Arya terdengar. Indi langsung pura-pura sibuk di mejanya. Sedangkan Dimas, mencoba tersenyum melihat Arya di depan pintu ruangannya.

"Masuk ke ruangan saya," suara Arya benar-benar membuat bulu kuduk berdiri.

Dimas mengangkat tangannya seraya berdoa, lalu ikut masuk ke ruangan Arya. Indi mengelus dadanya kaget dengan suara Arya tadi.

Terpopuler

Comments

Ida Maulida

Ida Maulida

lucu...dan ngakak terus...bacanya

2023-08-12

1

vhieh

vhieh

mulai ada rasa nih c arya sama indi❤❤.
Aku mampir thor, sambil membawa flower untukmu. Semangat thor, maaf enggak kasih like soalnya enggak ada like nya😅😅 salam dari karya Izinkan Aku Pergi(Aku Lelah)

2022-06-09

1

sarif Hidayatullah

sarif Hidayatullah

seru thor

2022-06-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!