Hari minggu ini, Indi mengajak Evan ke taman hiburan. Sudah lama Evan meminta diajak jalan-jalan, tapi baru kali ini Indi bisa mengajaknya.
"Sayang, senang 'gak diajak ke taman hiburan?" tanya Indi pada anaknya.
"Senang banget Mah, makasih Mama," kata Evan tersenyum senang.
Indi mengikuti Evan kemanapun anak itu mau. Naik wahana ini, naik wahana itu, Evan benar-benar bahagia. Indi sebagai ibunya, merasa sangat bahagia melihat anaknya happy.
"Sayang, kita makan dulu ya, nanti baru main lagi," Indi mengajak Evan mencari makanan.
Pov Arya.
"Gue 'gak mau Arin, males gue," kata Arya sedang menolak permintaan adiknya.
"Ayolah Kak, temenin Arin, please," Arini memohon kepada kakaknya.
"Engga Rin, minta temenin Mama sana," kata Arya sibuk dengan ipadnya.
"Mama, kak Arya 'gak mau nemenin Arin," teriak Arini.
"Temenin adiknya dong Ar. Sekali-kali, kamu juga butuh hiburan tuh," kata Mama menasihati.
"Arya males Mah," kata Arya tetap menolak.
"Huaaaaa, kak Arya jahat, Arin balik ke Aussy aja deh, huuaaa," Arini merengek.
"Arya, ayolah, sekali ini aja ya," pinta Mama.
"Haahhh, ya udah ayo," kata Arya akhirnya, menyetujui ajakan adiknya.
"Yeaayyy, makasih Kak," Arini langsung memeluk Arya dan mencium pipinya.
"Iya cengeng," Arya mencubit hidung adiknya.
Setelah bersiap-siap, Arya dan Arini menuju ke tempat yang diinginkan Arini.
Pov Indira.
"Sayang, udah kenyang makannya?" tanya Indi pada Evan.
"Udah Mah, ayo kita main lagi," kata Evan bersemangat.
"Iya deh, ayo lanjut mainnya," Indi mengikuti sang anak.
Evan berlari-lari karena saking senangnya. Dia tidak mendengarkan Ibunya yang memintanya tidak berlari.
Bruuukkk. Evan menabrak seseorang. Indi langsung berlari mendekat.
"Sayang, gak papa?" tanya Indi pada Evan dan membantunya berdiri.
"Maaf, anak saya 'gak sengaja," Indi meminta maaf dan melihat siapa yang Evan tabrak.
"Pak Arya?" bola mata Indi membulat sempurna, "Bapak ngapain di sini?" tanya Indi penasaran.
Arya masih terdiam, ketika Evan memegang tangan Arya.
"Om udah sembuh? Mau 'gak nemenin Evan main kincir angin," kata Evan sambil menggoyang-goyangkan tangan Arya.
Arya melihat Evan dan Indi bergantian.
"Maaf Pak, tidak usah dengerin anak saya," kata Indi, lalu membujuk Evan untuk pergi.
"Gak mau Mah, Evan mau main sama Om," kata Evan merengek.
"Kak," Arini datang sambil membawa permen kapas. "Ehh, siapa ini?" tanya Arini pada Evan.
"Evan Kak," kata Evan sambil tersenyum.
"Wah, so cute. Kak Arya kenal?" tanya Arini menepuk bahu Arya.
Arya yang sedari tadi gak tahu ngelamunin apa, langsung tersadar.
"Ah, ini sekretaris Kakak di kantor, dan anaknya," kata Arya mengenalkan Indi pada Arini.
"Hai Kak, aku Arini," sapa Arini ramah. Beda dengan kakaknya yang super dingin.
"Indi, dan ini Evan, anakku," Indi mengenalkan diri dan Evan.
"Evan, mau main sama Kakak?" tanya Arini tersenyum cerah.
"Mau kak, mauuu," Evan senang sekali ada temannya.
"Sayang, kamu kan udah dari tadi. Waktunya pulang," kata Indi membuat Evan manyun.
"Okelah Mah," Evan anak yang penurut.
"Udahlah, biarin dia main lagi sama Arini," kata Arya, yang akhirnya bersuara.
"Tapi Pak ...," Indi tidak menyelesaikan bicaranya, melihat Arya berinteraksi dengan Evan.
"Kamu mau main apa anak ganteng?" tanya Arya pada Evan. Dan yang lebih mencengangkan, Arya tersenyum waktu mengajak ngobrol Evan. Indi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Main kincir angin Om, Mama 'gak mau nemenin Evan," kata Evan, melihat ke arah Ibunya. Indi hanya tersenyum kaku.
"Ya udah, ayo Evan, naik kincir angin sama Kakak ya," ajak Arini sambil menggandeng tangan Evan.
"Mama?" Evan meminta ijin.
"Ya sayang, hati-hati tapi," Indi mengacak rambut Evan dan tertawa. Tanpa sadar ada yang memperhatikannya.
"Ayo kita lihat ke sana," ajak Arya pada Indi.
"Iya Pak," Indi mengikuti langkah Arya.
"Arya aja," kata Arya tiba-tiba.
"Hah, kenapa Pak?" Indi belum paham dengan yang diomongin Arya.
"Panggil Arya aja," kata Arya sambil melihat ke arah Indi.
"Hmm, tapi Pak," Indi sedikit salah tingkah dilihatin begitu oleh Arya.
"Ini bukan di kantor, dan sepertinya aku lebih muda dari kamu," kata Arya sedikit tersenyum geli tapi ditahan.
"Kamu mengejek aku?" kata Indi melotot.
"Itu kenyataan," Arya kembali tersenyum dan kali ini lebih lebar.
"Aryaaa," Indi berteriak sambil menabok lengan Arya, "Eh sorry," Indi merasa salah tingkah. Dia berjalan cepat ke tempat kincir angin.
Arya tersenyum singkat di belakang Indi.
Tidak terasa hari sudah sore, dan Evan kelihatan lelah, tapi bahagia.
"Makasih ya Mah," kata Evan sambil memeluk pinggang Indi.
"Iya sayang, sama-sama," kata Indi mengusap kepala Evan.
"Kapan-kapan main bareng kak Arin lagi ya," kata Arini pada Evan.
"Iya kak, Evan mau. Tapi kalau Mama ijinin," kata Evan melihat ke arah Indi.
"U're so smart boy," kata Arini mengusap kepala Evan.
"Kalau begitu kita pamit dulu ya. Evan udah cape kayanya," kata Indi.
"Aku antar pulang," kata Arya menggandeng tangan Evan. "Ayo, Om anterin pulang," Arya tersenyum pada Evan.
"Makasih Om, tapi Mama mau 'gak dianter Om pulang," kata Evan melihat ke arah Indi.
"Astaga, ini anak penurut amat ya," Indi membatin.
"Ya udah, ayo kita ikut Om Arya," kata Indi akhirnya.
Indi dan Evan akhirnya diantarkan pulang oleh Arya. Indi baru saja melihat seorang Arya yang berbeda dari Arya yang biasanya dia lihat di kantor. Arya begitu banyak tersenyum dan terlihat begitu menyayangi adiknya. Bagaimana tidak sayang, dia diajak ke taman hiburan saja mau. Seorang Arya, si Gunung Es, main ke taman hiburan. Hahahaha.
Indi tersenyum sendiri memikirkan hal itu.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Arya pada Indi yang duduk di samping Arya.
"Hah,kenapa?" Indi tidak paham maksud Arya.
"Kamu senyum-senyum sendiri kaya orang gila," kata Arya tersenyum mengejek.
"Sembarangan kalau ngomong," Indi melotot.
Untungnya, Evan tertidur di jok belakang bersama Arini.
"Evan umur berapa Ndi?" tanya Arya tiba-tiba.
"Hmm, 5 (lima) tahun," jawab Indi tersenyum.
"Untuk anak seusianya, dia begitu pintar menurutku," kata Arya memuji.
"Mungkin karena dia senang melakukan banyak hal. Anaknya suka penasaran hal apapun," kata Indi bercerita dengan santainya.
"Kaya kamu ya, suka kepo," kata Arya membuat Indi menengok ke arah Arya.
"Gue 'gak suka kepo kali," Indi manyun dan membuang muka.
Arya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Hari ini Arya merasa lebih santai dari hari biasanya. Serasa gak ada beban. Benar kata Mama, Arya memang butuh hiburan.
Sampai di rumah Indi.
"Makasih ya Pak, eh Arya," kata Indi tersenyum malu.
Arya berdiri di depan pintu rumah Indi. Dia habis mengangkat Evan, yang tertidur dan tidak mau dibangunkan.
"Sama-sama, aku pulang dulu," pamit Arya.
"Hati-hati," kata Indi melambaikan tangan.
Indi menyadari, dibalik sikapnya yang dingin Arya juga pria yang penyayang. Sayang dengan adiknya, dan juga suka dengan anak-anak. Indi tersenyum sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
sarif Hidayatullah
mulai seru kayaknya...
2022-06-02
3
arum sari prihatin
wah mulai seru nih 🤭
2022-05-28
2