Bab 10 : Kecelakaan

Setelah memutuskan berteman dengan Arya, Indi merasa hidupnya sedikit berubah. Kini ada yang perhatian dengan dirinya. Selama ini, dia hanya fokus membesarkan Evan tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Selamat pagi," sapa Arya pada sekretarisnya, Indi, dengan senyum terpampang nyata di bibirnya.

"Pagi Pak," Indi menjawab dengan senyum merekah.

"Eitss, ada apa nih? Kaya' ada yang beda," Dimas yang datang bersamaan dengan Arya, menggoda Indi.

"Gak ada yang beda Dim," kata Indi melanjutkan aktifitasnya.

"Itu tadi, kenapa pada senyum-senyuman gitu," Dimas memperagakan senyuman Arya,

Indi yang melihatnya langsung tertawa.

"Lo harusnya bersyukur Dim. Boss lo yang dingin itu, udah bisa senyum," kata Indi.

"Ya gue bersyukur, cuma rada aneh aja," Dimas benar-benar penasaran. "Gue tanya langsung aja deh," Dimas masuk ke ruangan Arya.

Di dalam ruangan Arya.

"Ada apa?" Arya bertanya, tapi matanya masih menatap layar komputer.

"Kok lo masih dingin sih?" Dimas bertanya-tanya. "Tadi kayanya sama Indi lo senyum sumringah gitu."

"Itu urusan gue, mau senyum sama siapa aja," Arya membuat Dimas gemas.

"Oke fine, lo gak senyum sama gue. Lo bukan temen gue," Dimas merengek seperti anak kecil.

"Astaga bocah, gitu aja ngambek," Arya melempar bolpoin ke arah Dimas.

"Terus, ada apa nih sebenernya?" Dimas mendekat ke tempat duduk Arya.

"Gak usah deket-deket lo, gue masih normal," Arya tertawa geli.

"Sialan lo, emang gue cowo apaan," Dimas memperagakan seorang banci.

"Hahahahaha," Arya terbahak, membuat Dimas terkejut dan terharu dengan perubahan Arya.

"Bro, gue bahagia lihat lo sekarang," Dimas menepuk bahu Arya.

Selama ini, Dimas belum pernah melihat Arya tertawa seperti itu. Arya sekarang lebih hangat daripada Arya yang dulu.

"Kegiatannya apa hari ini?" tanya Arya melihat ke arah Dimas.

"Gak ada yang penting. Cuma ngecek harian ke lokasi," kata Dimas melihat ipadnya.

"Oke kalau gitu," Arya melanjutkan pekerjaannya.

"Ya udah, gue juga kerja dulu," Dimas keluar ruangan Arya.

Indi sedang sibuk menyiapkan dokumen yang harus diperiksa Bossnya, ketika ponselnya berbunyi nyaring. Ada telepon masuk.

Call on.

"Hallo," sapa Indi, begitu mengangkat teleponnya.

"Tante ... hiksss ....Evan Tante ... hikss," Indi langsung deg-degan mendengar kata Evan.

"Evan kenapa?" tanya Indi mulai panik.

"Evan kecelakaan Tante, sekarang di RS Mulia. Hiks ... Tante," di seberang telepon, Nina bicara sambil menangis.

"Ya udah, Tante ke sana sekarang," Indi menutup teleponnya.

Call off.

Indi merapikan tasnya dengan tangan gemetar, Indi masuk ke ruangan Bossnya.

"Permisi Pak, saya mau minta ijin pulang," Indi meremas kedua tangannya.

"Kamu sakit Ndi?" tanya Arya sambil melihat wajah Indi yang gelisah dan berkaca-kaca.

"Engga Pak, Evan kecelakaan. Saya ijin mau pulang cepat Pak," kata Indi mulai menitikkan air mata. Indi mencoba tetap tenang bicara dengan Bossnya.

"Ya ampun, Ndi. Ayo aku antar," Arya mengambil jasnya dan menuntun Indi keluar.

"Tapi Pak, Bapak masih harus kerja," Indi tidak mau merepotkan Arya.

"Gak apa, ayo, Evan di RS mana?" tanya Arya masuk ke lift menuju basement.

"RS Mulia Pak," Indi mengusap air matanya yang jatuh di pipinya. Pikirannya terpaku pada Evan. Bagaimana keadaannya?

Sampai di RS Mulia, Indi langsung menuju IGD menemui Nina.

"Nin, gimana Evan?" tanya Indi pada Nina, yang menunggu di depan pintu.

"Lagi ditangani dokter Tante, hikss. Maafin Nina Tan, hikss. Nina lalai jagain Evan, hikss," Nina terus menangis.

"Udah jangan nangis, doain aja Evan tidak apa-apa ya," Indi mengusap punggung Nina. Indi sendiri merasa lemas dan ingin menangis. Tapi dia mencoba kuat.

Arya masih dengan setia menemani Indi.

"Pak, makasih udah nganter. Bapak bisa balik ke kantor," kata Indi dengan tatapan sendu.

"Aku 'gak ada kerjaan penting Ndi. Aku temenin kamu," kata-kata Arya menjebolkan pertahanan Indi. Kaki Indi terasa lemas dan dia hampir jatuh.

"Indi," Arya dengan sigap memegang bahu Indi. Arya mendudukan Indi di kursi tunggu.

"Tante, Nina beliin minuman ya," Nina pergi membeli minuman hangat untuk Indi.

"Kamu gak apa Ndi?" tanya Arya.

"Gak apa Ar, makasih ya," Indi menatap pintu ruangan dimana anaknya sedang ditangani oleh Dokter.

Pintu ruangan terbuka, Indi langsung buru-buru menghampiri Dokter.

"Bagaimana kondisi anak saya Dok?" tanya Indi bergetar suaranya.

"Anak anda baik-baik saja Bu, tidak ada luka dalam. Hanya saja, dia belum sadarkan diri Bu," kata Dokter.

"Kenapa belum sadar Dok? Apa ada masalah?" tanya Indi khawatir.

"Tidak ada Bu, hanya shock saja. Sebentar lagi juga sadar. Kalau begitu saya permisi Bu," Dokter meninggalkan Indi dan Arya.

"Makasih Dok," Indi merasa lemas lagi. Arya memapah Indi masuk ke ruangan.

Indi mendekati Evan yang terbaring di tempat tidurnya. Badan Evan penuh luka lecet, dan kepalanya diperban. Indi langsung memeluk anaknya pelan.

"Sayang, kamu anak kuat Nak. Mama di sini," Indi mencium kening Evan, dan air matanya turun begitu saja.

Arya hanya melihat Indi dan merasakan kesedihan Indi.

Ponsel Arya bergetar dan dia keluar dari ruangan menerima telepon.

Call on.

"Hallo Dim," sapa Arya.

"Lo dimana? Gue cariin," tanya Dimas di seberang.

"Gue di RS Mulia," kata Arya.

"Lo kenapa, sakit?" suara Dimas sedikit khawatir.

"Gue nemenin Indi. Anaknya kecelakaan," kata Arya melihat Evan sudah sadar.

"Gue tutup dulu," Arya mematikan teleponnya.

Call off.

"Evan udah sadar?" tanya Arya dengan senyum mengembang.

"Iya Ar, baru aja," kata Indi menggenggam erat tangan Evan.

"Om Arya jengukin Evan juga?" tanya Evan senang.

"Iya dong, anak ganteng, kamu harus cepat sembuh ya," kata Arya, mengacak rambut Evan pelan.

"Evan gak ganteng lagi Om, banyak lukanya nih," kata Evan, menunjukkan lukanya pada Arya. Indi miris mendengar ucapan anaknya.

"Evan tetep ganteng kok. Malah jadi tambah keren, Evan hebat," kata Arya mengacungkan 2 jempolnya. Evan tertawa senang. Indi menahan tangisnya, mendengar interaksi Arya dan Evan.

"Mama beliin kamu makanan dulu ya sayang, kamu sama Om Arya bentar," Indi langsung keluar ruangan, setelah Evan mengangguk.

Indi tidak mau Evan melihatnya menangis. Indi memilih keluar dan menumpahkan air matanya di toilet Rumah Sakit.

"Mama pasti sedih ya Om?" tanya Evan pada Arya.

"Pasti sedih dong, kan Mama sayang sama Evan. Makanya Evan harus cepat sembuh ya, Evan harus lebih kuat," kata Arya mengusap rambut Evan. Evan mengangguk mantap.

"Evaaan," Nina masuk dan langsung memeluk Evan yang sudah sadar. "Maafin kak Nina ya Van, hiks.." Nina menangis memeluk Evan.

"Gak apa Kak, kan Evan juga salah. 'Gak nurut sama kak Nina," Evan menepuk-nepuk punggung Nina.

"Udah-udah, yang penting Evan bisa cepat sembuh," kata Arya menenangkan Nina.

"Tante Indi mana?" tanya Nina mengusap air matanya.

"Beli makanan buat Evan," kata Arya.

"Paling juga nangis di toilet," kata Nina tertawa. Evan ikut tersenyum.

"Om nyusul Mama kamu dulu ya Van. Kamu sama Nina dulu," kata Arya pada Evan. "Titip Nin," Arya langsung keluar ruangan.

Mendengar kalau Indi akan menangis di toilet, membuat perasaan Arya tidak karuan. Dengan cepat dia menyusul Indi.

Terpopuler

Comments

arum sari prihatin

arum sari prihatin

evan kecelakaan apa si thor? jatuh?

2022-06-05

2

sarif Hidayatullah

sarif Hidayatullah

semangat thor

2022-06-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Sekretaris
3 Bab 3 : Si Gunung Es
4 Bab 4 : Tekanan Batin
5 Bab 5 : Hari Tenang
6 Bab 6 : Sisi Lain
7 Bab 7 : Tersentuh
8 Bab 8 : Gunung Es Mencair
9 Bab 9 : Ayo Berteman
10 Bab 10 : Kecelakaan
11 Bab 11 : Ragu
12 Bab 12 : Cemburu?
13 Bab 13 : Reuni
14 Bab 14 : May I ... ?
15 Bab 15 : Lampu Hijau
16 Bab 16 : Jadian
17 Bab 17 : Berondong Indi
18 Bab 18 : Gossip
19 Bab 19 : Bertahan
20 Bab 20 : Kedua Kalinya
21 Bab 21 : Lelah
22 Bab 22 : Go Publik
23 Bab 23 : Masih Ada Saja
24 Bab 24 : Rindu yang Jauh
25 Bab 25 : Luar Kota
26 Bab 26 : Menahan Rindu
27 Bab 27 : Kejutan
28 Bab 28 : Kejutan Lagi
29 Bab 29 : Makan Malam
30 Bab 30 : Sakit Hati
31 Bab 31 : Berpikir Ulang
32 Bab 32 : Lamaran
33 Bab 33 : Angel or Devil
34 Bab 34 : Tumbang
35 Bab 35 : Kekhawatiran
36 Bab 36 : Menginap
37 Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38 Bab 38 : Liburan
39 Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40 Bab 40 : Wedding Day
41 Bab 41 : Honeymoon
42 Bab 42 : Masih Honeymoon
43 Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44 Bab 44. Dua Garis Biru
45 Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46 Bab 46 : Keluarga Bahagia
47 Bab 47 : Rencana Arya
48 Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49 Bab 49 : Berdua Saja
50 Bab 50 : Berita Bahagia
51 Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52 Bab 52 : "Ngidam"
53 Bab 53 : Labil
54 Bab 54 : Anak Ketiga
55 Bab 55 : Perayaan Kecil
56 Bab 56 : Saat Remaja
57 Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58 Bab 58 : Arini dan Dimas
59 Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60 Bab 60 : Bahagia Bersama
61 Bab 61 : Undangan Angel
62 Bab 62 : Penasaran
63 Bab 63 : Arini's Wedding
64 Bab 64 : Rencana Liburan
65 Bab 65 : Keluarga Wijaya
66 Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67 Bab 67 : Jacelyn
68 Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69 Bab 69 : Ijin Berteman
70 Bab 70 : Merasa Bersalah
71 Bab 71 : Terbongkar
72 Bab 72 : Arini Hamil?
73 Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74 Bab 74 : Dendam Terpendam
75 Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76 Bab 76 : Penculikan Evan
77 Bab 77 : Masa Lalu Calista
78 Bab 78 : Kecurigaan Indi
79 Bab 79 : Kebohongan Arya
80 Bab 80 : Kekecewaan Indi
81 Bab 81 : Janji Arya
82 Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83 Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84 Bab 84 : Disekap
85 Bab 85 : Kehilangan Jejak
86 Bab 86 : Kehidupan Baru
87 Bab 87 : One Fine Day
88 Bab 88 : Pengakuan Calista
89 Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90 Bab 90 : Kemarahan Arya
91 Bab 91 : Kritis
92 Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93 Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94 Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95 Bab 95 : Perkenalan Ulang
96 Bab 96 : Kembali Pulang
97 Bab 97 : Malam yang Panjang
98 Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99 Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100 Bab 100 : Kesakitan
101 Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102 Bab 102 : Ketakutan Evan
103 Bab 103 : Pemulihan
104 Bab 104 : Ujian Akhir
105 Bab 105 : Hari Kelulusan
106 Bab 106 : Arini Melahirkan
107 Bab 107 : Putri Kecil Arini
108 Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109 Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110 Bab 110 : Keputusan Akhir
111 Bab 111 : Persiapan Kuliah
112 Bab 112 : Prom Night
113 Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114 Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115 Bab 115 : Perpisahan
116 Ekstra Part 01
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Sekretaris
3
Bab 3 : Si Gunung Es
4
Bab 4 : Tekanan Batin
5
Bab 5 : Hari Tenang
6
Bab 6 : Sisi Lain
7
Bab 7 : Tersentuh
8
Bab 8 : Gunung Es Mencair
9
Bab 9 : Ayo Berteman
10
Bab 10 : Kecelakaan
11
Bab 11 : Ragu
12
Bab 12 : Cemburu?
13
Bab 13 : Reuni
14
Bab 14 : May I ... ?
15
Bab 15 : Lampu Hijau
16
Bab 16 : Jadian
17
Bab 17 : Berondong Indi
18
Bab 18 : Gossip
19
Bab 19 : Bertahan
20
Bab 20 : Kedua Kalinya
21
Bab 21 : Lelah
22
Bab 22 : Go Publik
23
Bab 23 : Masih Ada Saja
24
Bab 24 : Rindu yang Jauh
25
Bab 25 : Luar Kota
26
Bab 26 : Menahan Rindu
27
Bab 27 : Kejutan
28
Bab 28 : Kejutan Lagi
29
Bab 29 : Makan Malam
30
Bab 30 : Sakit Hati
31
Bab 31 : Berpikir Ulang
32
Bab 32 : Lamaran
33
Bab 33 : Angel or Devil
34
Bab 34 : Tumbang
35
Bab 35 : Kekhawatiran
36
Bab 36 : Menginap
37
Bab 37 : Perusahaan Wijaya
38
Bab 38 : Liburan
39
Bab 39 : Persiapan Pernikahan
40
Bab 40 : Wedding Day
41
Bab 41 : Honeymoon
42
Bab 42 : Masih Honeymoon
43
Bab 43 : Kelakuan Aneh Arya
44
Bab 44. Dua Garis Biru
45
Bab 45 : Kebahagiaan Lengkap
46
Bab 46 : Keluarga Bahagia
47
Bab 47 : Rencana Arya
48
Bab 48 : Sekretaris Baru Rasa Lama
49
Bab 49 : Berdua Saja
50
Bab 50 : Berita Bahagia
51
Bab 51 : Tetap Bekerja (?)
52
Bab 52 : "Ngidam"
53
Bab 53 : Labil
54
Bab 54 : Anak Ketiga
55
Bab 55 : Perayaan Kecil
56
Bab 56 : Saat Remaja
57
Bab 57 : Tamu Tak Diundang
58
Bab 58 : Arini dan Dimas
59
Bab 59 : Kelanjutan Hubungan
60
Bab 60 : Bahagia Bersama
61
Bab 61 : Undangan Angel
62
Bab 62 : Penasaran
63
Bab 63 : Arini's Wedding
64
Bab 64 : Rencana Liburan
65
Bab 65 : Keluarga Wijaya
66
Bab 66 : Siapa Dia Sebenarnya?
67
Bab 67 : Jacelyn
68
Bab 68 : Kembali Beraktifitas
69
Bab 69 : Ijin Berteman
70
Bab 70 : Merasa Bersalah
71
Bab 71 : Terbongkar
72
Bab 72 : Arini Hamil?
73
Bab 73 : Dalang di balik Jacelyn
74
Bab 74 : Dendam Terpendam
75
Bab 75 : Rencana Busuk Calista
76
Bab 76 : Penculikan Evan
77
Bab 77 : Masa Lalu Calista
78
Bab 78 : Kecurigaan Indi
79
Bab 79 : Kebohongan Arya
80
Bab 80 : Kekecewaan Indi
81
Bab 81 : Janji Arya
82
Bab 82 : Pengakuan Jacelyn
83
Bab 83 : Hilangnya Jacelyn
84
Bab 84 : Disekap
85
Bab 85 : Kehilangan Jejak
86
Bab 86 : Kehidupan Baru
87
Bab 87 : One Fine Day
88
Bab 88 : Pengakuan Calista
89
Bab 89 : Tak Sadarkan Diri
90
Bab 90 : Kemarahan Arya
91
Bab 91 : Kritis
92
Bab 92 : Hilang Ingatan (1)
93
Bab 93 : Hilang Ingatan (2)
94
Bab 94 : Kanaya (Jacelyn)
95
Bab 95 : Perkenalan Ulang
96
Bab 96 : Kembali Pulang
97
Bab 97 : Malam yang Panjang
98
Bab 98 : Kembali ke Aktifitas
99
Bab 99 : Sedikit Ingatan Kembali
100
Bab 100 : Kesakitan
101
Bab 101 : Ingatan yang Kembali
102
Bab 102 : Ketakutan Evan
103
Bab 103 : Pemulihan
104
Bab 104 : Ujian Akhir
105
Bab 105 : Hari Kelulusan
106
Bab 106 : Arini Melahirkan
107
Bab 107 : Putri Kecil Arini
108
Bab 108 : Ijin Ibu Negara
109
Bab 109 : Pilihan Yang Sulit
110
Bab 110 : Keputusan Akhir
111
Bab 111 : Persiapan Kuliah
112
Bab 112 : Prom Night
113
Bab 113 : Hukuman untuk Evan
114
Bab 114 : Kejutan Untuk Evan
115
Bab 115 : Perpisahan
116
Ekstra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!