BUKALAH HATIMU

"Sunny! Elliot!" sapa Amelie saat ia sampai di kediaman Lilian.

"Amel!" sapa Robert yang sedang berada di teras rumah.

"Kak Robert!" sapa Amelie pada suami Lilian, "Apa kabarmu, hmm?" Amelie membuka pagar yang tidak terkunci, seperti biasanya.

"Aku baik. Masuklah, Sunny dan Elliot sedang menunggumu di dalam," ucap Robert.

Amelie melangkahkan kalinya memasuki rumah Robert dan Lilian. Rumah mereka memiliki taman yang indah, tanamannya begitu terawat. Lilian memang memiliki hobby terhadap tanaman, terutama bunga.

"Permisi," ucap Amelie, membuat Sunny dan Elliot tersenyum ke arahnya. Mereka sedang asyik menggambar bersama hingga tak menyadari kedatangan Amelie. Sunny berusia 10 tahun, sedangkan Elliot 9 tahun.

"Ayo kemari, Kak," ajak Sunny.

"Di mana Mommymu?"

"Mommy sedang menyiapkan makan siang," jawab Elliot.

"Wah, sepertinya kakak datang di saat yang tepat," ucap Amelie sambil tertawa, diikuti tawa Sunny dan Elliot.

"Apa yang sedang kalian gambar?" Sunny dan Elliot memperlihatkan hasil gambar mereka pada Amelie.

"Bagaimana menurut kakak?"

"Ini bagus, Sun. Mungkin akan lebih baik kalau kamu menambahkan garis warna gelap di sini untuk mempertegas gambar," saran Amelie.

"Lalu bagaimana dengan punyaku?" tanya Elliot.

"Kamu punya juga sudah bagus, hanya perlu mempelajari mengenai gradasi warna. Ayo kemarilah, akan aku tunjukkan caranya," Amelie mengambil kertas kosong dan mulai memperlihatkan pada Sunny dan Elliot beberapa teknik menggambar dan mewarnai.

"Kakak hebat!" puji mereka.

"Terima kasih. Itu semua karena kakak belajar. Kita harus selalu belajar setiap hari untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Oya, kakak membawakan kalian alat alat menggambar," Amelie mengambil tas jinjingnya, kemudian mengeluarkan beberapa buku gambar dan peralatan melukis dan mewarnai.

"Wah!!! terima kasih banyak, kak!"

"Apa yang kamu bawakan lagi untuk mereka, mel?" tanya Lilian yang baru muncul dari arah belakang rumah.

"Ooo, hanya peralatan gambar saja. Aku senang sekali jika mereka akan mengembangkan bakat mereka ini."

"Terima kasih ya, Mel. Kamu sebenarnya tidak perlu repot repot," ucap Lilian.

"Tidak, Kak. Aku tidak repot sama sekali. Oya, Sun, El, nanti kalau kakak ada waktu, kakak akan mengajak kalian ke suatu tempat untuk berpiknik dan menggambar bersama, bagaimana?" tanya Amelie pada Sunny dan Elliot.

"Mau, mau, Kak!!" teriak Sunny dan Elliot, membuat wajah mereka tersenyum.

Mereka pun menghabiskan waktu siang hingga sore bersama. Lilian sudah menganggap Amelie sebagai adiknya, karena ia sudah tidak memiliki keluarga lagi.

*****

Leon meneguk kopi yang ada di hadapannya. Karena ia terlalu bersemangat untuk bertemu dengan Amelie, ia sampai datang 1 jam lebih awal.

"Apa dia benar benar akan datang?" gumam Leon sambil kembali menyeruput kopi miliknya.

Setelah menunggu, bel di pintu berbunyi, Leon pun melihat ke arah pintu. Ya, setiap bel berdenting, ia pasti akan mengarahkan pandangan matanya ke arah pintu, berharap Amelie yang datang.

Dasar bucin akut! - itulah kata kata yang ia dapat kan dari Alvin hanya karena ia memintanya mencaru tahu semua hal tentang Amelie.

"Berapa orang, Miss?" tanya seorang pelayan.

"Aku sudah ada janji dengan seseorang. Oohhh itu dia," tunjuk Amelie pada Leon yang sudah mengangkat tangan untuk memberi tahu keberadaannya pada Amelie.

"Silakan, Miss."

"Terima kasih. Oiya, 1 teh hangat ya, gulanya sedikit saja," pesan Amelie.

Amelie pun menghampiri Leon yang sedang duduk sambul memperhatikannya," Apa sudah lama?"

"Ohh tidak, aku juga belum lama datang," jawab Leon, padahal Amelie bisa melihat bahwa cangkir kopi yang ada di hadapan Leon sudah kosong.

"Terima kasih," ucap Amelie saat pelayan sudah meletakkan secangkir teh hangat di hadapannya. Amelie mengangkat cangkirnya dan meniup bagian atasnya agar tidak terlalu panas, ahhh sungguh pemandangan yang indah bagi Leon. Matanya tak lepas dari wajah Amelie dan bibirnya yang berwarna pink, membuatnya ingin merasakan manisnya.

"Kemana kita akan pergi?" tanya Amelie to the point.

"Pantai Tyrrhen, apa kamu pernah ke sana?" tanya Leon.

"Tidak. Aku pernah mendengarnya, tapi belum pernah ke sana. Aku tidak punya waktu untuk berjalan jalan."

"Apa kamu begitu sibuk, hmm?" tanya Leon lagi.

"Tidak juga, hanya saja ....," Amelie terdiam.

Aku lebih suka sendirian. - Amelie.

"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang? kita harus ke stasiun, naik bus dari sana. Hmm, tidak apa apa kan kalau kita naik bus?" tanya Leon.

"Tentu saja tidak apa apa. Justru aku suka naik bus," jawab Amelie.

Mereka pergi ke stasiun bus dan menunggu bus yang akan mengantarkan mereka ke Pantai Thyrren. Bus akan datang setiap 1 jam sekali.

Di dalam bus, Amelie duduk di dekat jendela dan Leon di sebelahnya. Amelie dengan tenang duduk melihat pemandangan ke luar jendela, sementara Leon berusaha menahan debar jantungnya yang tak karuan. Ia pernah dekat dengan wanita, tapi rasanya tak seperti ini. Setiap ia menoleh ke kiri, ia bisa langsung menghirup harum rambut Amelie, membuat dirinya berdecak kesal karena tak ada apapun yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

Pantai Tyrrhen atau dikenal juga dengan Tirrenia, memiliki iklim mediterania yang lembut, sangat cocok untuk rekreasi / piknik.

Banyak yang menyebut laut ini sebagai salah satu yang paling indah di dunia, yang dihiasi dengan taman alami yang menakjubkan, karena itulah terdapat resort dan hotel di sepanjang pantai ini.

Amelie melangkahkan kakinya memasuki kawasan pantai. Ia melepas sepatunya, kemudian menentengnya dengan sebelah tangan. Merasakan pasir yang masuk ke sela sela kakinya dan sesekali air membasahi, membuat perasaannya begitu tenang.

"Kamu suka?" tanya Leon.

"Ya, terima kasih."

Leon kembali mengangkat kameranya dan membidik ke arah pemandangan laut dan juga pantai. Sesekali ia mencuri bidikannya ke arah Amelie, wajahnya, senyumannya, dan juga gerak geriknya.

"Sepertinya kamu sangat menyukai fotografi," ucap Amelie.

"Hmmm, aku ingin menyimpan semua kenangan dan pemandangan indah dalam hidupku. Kalau suatu saat nanti aku melupakannya, aku bisa membuka kembali foto foto ini dan membuatku kembali tersenyum."

Amelie menggelengkan kepalanya, ia tak ingin menanggapi perkataan Leon yang terkesan agak sedikit menakutkan baginya.

Mereka berjalan menyusuri pantai, bermain pasir dengan kaki mereka. Hanya saja mereka tidak bisa bermain air karena tidak membawa pakaian ganti.

"Ayo kita pulang!" ajak Amelie. Ia melihat waktu sudah hampir petang, ia ingin segera beristirahat.

"Maukah kamu menemaniku makan malam?" tanya Leon.

Amelie menatap ke arah Leon, kemudian tersenyum, "baiklah."

Mereka pergi ke salah satu restoran seafood yang berada tak jauh dari pantai.

"Mungkin besok aku tak bisa mengunjungimu di minimarket, tapi aku akan mengusahakannya," ucap Leon.

"Hei, kamu tak perlu mengunjungiku setiap hari. Kamu seperti bodyguardku saja," gelak Amelie.

Aku ingin menjadi bodyguardmu, menjadi seseorang yang akan selalu melindungimu. Oleh karena itu, bukalah hatimu untukku. - Leon.

Leon ikut tertawa, "Kalau saja aku bisa ikut bekerja di minimarket, mungkin akan menyenangkan. Tapi, aku sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah coffee shop. Datanglah sesekali, aku akan menraktirmu di sana."

"Baiklah. Berikan nomor ponselmu padaku. Aku akan menghubungimu jika aku akan mengunjungi tempat kerjamu. Aku tak ingin kamu dimarahi bos mu karena temanmu datang."

Saat ini kita adalah teman, tapi aku akan membuat hubungan yang lebih dari itu. - Leon.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

sm² menutupi identitas

2024-04-28

0

siska widya

siska widya

mel

2023-06-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!