BERAT JODOH

Bulan demi bulan berlalu, setahun akhirnya lewat, tak ada yang terjadi pada Mikael. Bahkan ia sama sekali tak peduli. Justru suatu keuntungan baginya ketika tidak ada wanita yang ingin dekat dengannya. Sedangkan Amelie, ia harus menghadapi beberapa pria yang terus meminta kepadanya untuk menjadi kekasih sementara mereka. Itu semua akibat rumor yang berkembang di kampus.

Akhirnya Amelie menerima 3 orang pria menjadi kekasih sementaranya pada tahun ke 3 ia menginjakkan kaki di kampus. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, ini adalah yang terakhir.

Tahun terakhirnya nanti, ia akan fokus belajar karena ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Meskipun ia bukan mahasiswi dengan indeks prestasi yang tinggi, tapi ia ingin lulus tepat pada waktunya.

"Kita putus!"

"Kita putus!"

"Kita putus!"

Setiap 3 bulan, Amelie akan mendengar kalimat seperti itu. Tepat di usia ke 20 tahun, ia sudah bisa dikatakan telah memiliki 10 orang kekasih dan semuanya hanyalah status.

"Mel, kamu sedih?" tanya Abigail.

"Sedih? tentu saja tidak. Pertanyaan yang aneh. Justru saat ini aku senang karena aku bisa fokus dengan kuliahku."

"Jadi kamu tidak akan menerima siapapun lagi, mel?" tanya Lydia yang kini sudah mengetahui mengenai Amelie si penjaga jodoh.

Amelie pun menggeleng, "Aku ingin hidup normal dan aku tidak ingin mengurusi masalah penjaga jodoh lagi," Amelie pun melanjutkan makan siangnya.

"Oya bi, gimana kabar Mia? sepertinya sudah 2 bulan ini dia tidak ke rumah," tanya Amelie heran. Biasanya Mia akan selalu datang ke rumahnya bersama dengan Abigail, atau bahkan hanya sekedar mampir sendiri.

"Mia baik, mel. Hanya saja ia tak pernah memaksa ikut lagi jika aku ke rumahmu. Ia juga meminta Papi agar ia bisa melanjutkan kuliahnya ke luar negeri."

"Benarkah?"

"Hmm, ia akan mengambil kuliah kedokteran."

"Wow!!"

"Lalu, Azka bagaimana? Ia mau kuliah apa?"

"Aku tidak tahu, bi. Aku belum sempat bertanya padanya."

Lydia hanya mendengarkan semua pembicaraan mereka. Ia tidak tahu harus bicara apa karena jujur ia tak mengenal adik dari sahabatnya ini, meskipun mereka sudah berteman selama hampir 2 tahun.

"Kalau begitu, ajaklah Mia ke rumahku, bi. Setidaknya sebelum ia kuliah ke luar, aku ingin bertemu dengannya."

"Baiklah," mereka pun kembali menyantap makan siang yang ada di hadapan mereka.

*****

Setelah perdebatan antara Abigail dan Mia, kini mereka berada di depan rumah Amelie.

"Mell!!" sapa Abigail.

"Malam Pak Kus," sapa Mia. Pak Kusnadi merasa sedikit aneh dengan sikap Mia yang tidak seperti biasanya.

Amelie menyambut kedatangan Abigail dan Mia, "Mi, apa kabar? sudah 2 bulan ini sepertinya kamu jarang kemari."

"Maaf, Kak. Mia lagi sibuk sama ujian akhir dan persiapan untuk kuliah," jawab Mia sekenanya.

"Kamu benar mau kuliah di luar negeri?" tanya Amelie lagi.

"Iya, Kak. Hitung hitung sekalian belajar hidup mandiri.

Amelie mengajak Abigail dan Mia ke ruang makan. Mereka akan makan malam bersama.

"Halo, sayang," sapa Vanessa yang sedang meletakkan sayur dan lauk ke atas meja dengan bantuan seorang pelayan.

"Sore, Aunty," balas Abigail dan Mia bersamaan.

"Mel, kamu panggil Azka ya. Kita makan sama sama," pinta Vanessa.

"Ok, Mom."

Abigail dan Mia duduk bersebelahan. Tak lama, Amelie turun bersama dengan Azka. Amelie mengambil tempat di sebelah Abigail, sementara Azka duduk di sebelah Vanessa, tepat berhadapan dengan Mia.

Mereka tidak terlalu banyak berbincang selama makan malam, karena tanpa disadari Abigail dan Mia yang biasanya penuh celotehan, kini lebih banyak diam.

"Terima kasih Aunty, Uncle, Kak untuk makan malamnya. Mia pamit dulu."

"Kok buru buru, Mi?" tanya Vanessa.

"Iya, Aunty. Ada yang harus Mia kerjakan," Mia pun mengajak Abigail pulang setelah mereka pamit.

Sementara dari kejauhan, Azka hanya memperhatikan saja sikap Mia yang berubah padanya.

"Tumben Mia sepertinya tidak seceria biasanya," ucap Vanessa.

"Iya, Mom. Amel juga ngerasa seperti itu. Mungkin karena dia lelah. Ia harus mempersiapkan kuliahnya ke luar negeri," jawab Amelie.

Ia akan kuliah di luar? - Azka.

"Ooo, tadi Mommy tidak sempat bertanya mengenai kuliahnya. Kalau bisa, sebelum ia berangkat, ajak Mia ke sini lagi ya."

"Ok, Mom."

*****

"Mel, ehmm ... gue boleh nanya sesuatu nggak?" tanya Mikael.

"Tanya aja," jawab Amelie tanpa melihat ke arah Mikael.

"Lo yakin nggak sih kalau gue itu berat jodoh?"

Amelie menoleh ke arah Mikael dan sontak tertawa karena melihat wajah Mikael yang terlihat sendu, "Emang kenapa? bukannya kamu suka sendirian. Nggak dideketin cewe manapun."

"Iya. Tapi kok aneh."

"Apanya yang aneh?"

"Kenapa Lydia malah terus terusan nempel sama gue ya?"

"Lydia?" kini Amelie yang menatap ke arah Mikael dengan kening sedikit berkerut.

"Ehmm, temen lo itu."

"Mungkin dia cuma mau jadi temen kamu aja, secara kamu kan cuek banget."

"Tapi, Mel. Ini parah banget, sampai nempel nempel gitu loh. Risih banget gue jadinya," terang Mikael.

"Terus kemarin ...," ucapan Mikael terpotong ketika Abigail tiba tiba saja datang.

"Bi! Kok telat?" tanya Amelie.

"Hmm, habis nganter Mia ke bandara dulu."

"Ke bandara? Kok mendadak?"

"Tau tuh anak. Bilangnya sih mau adaptasi dulu sebelum mulai perkuliahan. Biarin aja lha."

"Oya Mik, tadi kamu ngomong apa? sorry," ucap Amelie.

"Lydia ... bilang dia mau jadi pacar gue."

"Haahhhh?!!" Amelie dan Abigail kaget bersamaan.

"Makanya gue tanya, kepastian gue bakalan berat jodoh bener nggak?"

"Lo tuh aneh ya, Mik. Orang dimana mana maunya enteng jodoh, kok lo malah pengennya berat jodoh!" ucap Abigail.

"Lo belom kenal nyokap gue sih. Coba lo jadi anaknya, kalo bisa dari umur lo bisa punya anak, udah langsung dinikahin kali," gerutu Mikael kesal. Baru tadi pagi ia adu mulut dengan Mamanya itu karena ia akan dijodohkan dengan anak dari sahabat SMA nya. Sedangkan kakaknya, Leon, tidak pernah dipaksa lagi karena ia berencana minggat jika sampai itu terjadi. Kalau sampai Kak Leon minggat, maka Mikael harus menggantikannya mengurus perusahaan, padahal ia masih ingin happy happy setelah lulus kuliah nanti.

Kini Mikael hanya duduk diam berhadapan dengan Abigail dan Amelie, yang sudah tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh Mikael. Jujur, mereka juga tidak tahu pasti apakah akan benar benar berat jodoh atau tidak, tapi dari pengalaman Bara, harusnya seperti itu.

*****

"Mel, minggu depan udah mulai libur kan ya kamu?" tanya Vanessa.

"Iya, Mom. Memangnya ada apa?"

"Ada acara makan malam antara Daddy dengan sahabatnya. Kamu dan Azka nanti ikut juga ya."

"Iya, Mom."

"Kamu kok lesu banget? Oya, kamu udah bilang kan sama Abi, supaya ajak Mia ke sini lagi? Mommy lupa kemarin mau memberikan sesuatu buat Mia."

"Titipin Abi aja Mom nanti. Soalnya Mia udah berangkat."

"Berangkat? ke luar negeri? Kok mendadak?" pertanyaan beruntun Vanessa membuat kepala Amelie sedikit pusing.

"Mommy kok nanya banyak amat sih? Aku ini anak Mommy loh, kok malah Mia terus yang ditanyain," ucap Amelie pura pura kesal, padahal dia sendiri juga sangat menyukai Mia karena keceriaannya.

Vanessa hanya tertawa saja, "Mia katanya mau adaptasi dulu di sana, Mom. Nanti Mommy kasih aku aja, aku titipin Abi."

"Ya sudah kalau begitu."

Brakkk ...

Terdengar suara pintu yang dengan keras ditutup, membuat Vanessa dan Amelie menoleh, tapi tak jelas dari mana asal suara itu.

*****

Terpopuler

Comments

Warningsih Ningsih

Warningsih Ningsih

aku baca azka dan mia duluan jadi masih sakit hati ceritanya 😅😅😅

2024-08-31

1

Maya A

Maya A

author, aku bener2 marathon bacanyaa.. novel pertama yg aku baca brave love dan kecanduan baca novelnya author apalgi William family. semangat terus untuk nulis thorr ♥️♥️♥️

2024-04-25

2

sherly

sherly

kelar dr sini kayaknya otw ke Azka dan Mia deh...

2024-03-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!