Leon terus memperhatikan Amelie, ia tersenyum.
"Ikuti bus itu, Sir," pinta Leon.
Taksi tersebut terus mengikuti bus tersebut. Saat Amelie turun dari bus, "Saya turun di sini, Sir. Terima kasih."
Dengan perlahan dan menjaga jarak, Leon terus mengikuti Amelie. Ia melihat Amelie masuk ke dalam sebuah taman kanak kanak yang tidak terlalu besar, tapi memiliki taman yang luas.
Leon yang sebenarnya memiliki janji dengan seorang temannya, pun akhirnya menunda pertemuannya. Ia duduk di sebuah cafe di seberang jalan, di mana ia masih bisa memperhatikan aktivitas keluar masuk taman kanak kanak tersebut.
Amelie turut menyambut kedatangan anak anak kecil yang diantar dengan berjalan kaki oleh orang tuanya.
"Pagi, Miss Amelie," begitulah ia biasa disapa setiap pagi.
Di atas meja, sudah teronggok beberapa gelas, baik itu kopi, teh dan juga sepiring cemilan. Mata Leon seperti tak berhenti memandang. Ia sudah seperti layaknya seorang detektif yang sedang menyelidiki seseorang yang patut dicurigai.
Sepertinya aku mulai gila. Ingat Leon, wanita itu adalah mantan kekasih Mikael. Bahkan ia sudah sering bergonta ganti pacar. - Leon.
Leon menggelengkan kepalanya beberapa kali seperti mengusir pikiran buruknya. Mikael pernah bercerita padanya bahwa ia hanya menjadi kekasih Amel selama 3 bulan. Anehnya, Mikael terlihat begitu bahagia saat menceritakan kejadian putus tersebut.
Ini aku yang gila, atau Mikael yang gila. - pikir Leon saat itu.
Mikael berkali kali bercerita bahwa Amelie sudah berpacaran lagi dengan lelaki lain, putus, dan terulang lagi seperti itu. Penjaga Jodoh, itulah yang selalu dikatakan oleh Mikael. Namun sampai saat ini, Leon masih tak mengerti apa yang Mikael maksud.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, mata Leon menangkap sosok Amelie yang keluar dari taman kanak kanak tersebut. Ia segera membayar tagihan dan berlari keluar.
Masih menjaga jarak, Leon mengikuti Amelie yang menuju ke sebuah halte. Mata Leon tak lepas dari Amelie selama perjalanan hingga pada akhirnya ia melihat Amelie masuk ke dalam sebuah minimarket.
"Sore, Kak Lilian."
Lilian melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, "Selamat siang menjelang sore, Amel."
"Ihhh, kakak selalu saja menggodaku. Kak Harlan kemana?" tanya Amelie.
"Ooo, Harlan sedang membereskan gudang. Tadi barang persediaan datang sehingga ia harus merapikan dan menghitungnya lagi," jelas Lilian.
"Kalau begitu aku masuk dulu ya, Kak," Amelie masuk ke dalam ruang staf dan mengganti pakaiannya, menjadi seragam petugas minimarket.
Amelie bertugas dari jam 3 sampai jam 10 malam, sementara Lilian mengambil shift pagi, yakni jam 9 sampai jam 4 sore. Harlan bertugas di bagian gudang, kadang ia juga membantu Lilian ataupun Amelie di bagian kasir. Harlan bekerja dari jam 12 hingga jam 8 malam. Ia juga yang mengatur laporan keuangan.
Untuk hari sabtu dan minggu, baik Amelie, Lilian, maupun Harlan, akan mengambil jatah liburnya. Mereka akan digantikan oleh anak anak remaja yang mencari tambahan uang saat mereka libur sekolah.
"Amel! kamu sudah datang?"
"Hmm, hari ini tak ada rapat guru dan aku tiba di halte tepat saat bus nya datang."
"Apa kamu tidak lelah, mel?" tanya Lilian.
"Tidak, Kak. Aku justru senang melakukannya. Daripada aku berdiam diri di apartemen."
"Bukankah kamu suka melukis? Kenapa kamu tidak mengembangkan bakatmu itu?" Harlan menimpali.
"Aku suka pergi ke taman saat Sabtu dan Minggu, itu cukup buatku."
"Aku benar benar salut padamu, mel. Kamu terus tersenyum meskipun hidupmu berat," ucap Lilian. Lilian adalah seorang wanita yang sudah menikah. Ia memiliki 2 orang anak, yang sudah agak besar. Anak anak Lilian dijaga oleh suaminya yang menderita kelumpuhan akibat kecelakaan.
"Tidak, Kak. Aku bersyukur atas hidupku. Aku lebih salut pada perjuanganmu. Jika aku berada di posisimu, mungkin saat ini aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," Amelie tiba tiba memeluk Lilian.
"Apa aku sedang menonton sebuah drama?" goda Harlan, membuat Amelie dan Lilian tertawa.
"Hari sabtu nanti, bolehkah aku mengunjungi Sunny dan Elliot?"
"Tentu saja, mel. Mereka pasti senang kalau kamu datang."
Leon melihat pergelangan tangannya, ia yang berada di seberang jalan, tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Amelie.
"Kenapa dia lama sekali? Apa saja yang ia beli?" gumam Leon sambil terus berjalan bolak balik sambil terus memperhatikan minimarket tersebut.
Karena rasa ingin tahunya yang begitu besar, Leon akhirnya menyeberang dan masuk ke dalam minimarket tersebut.
"Selamat datang!" sapa Amelie.
Ooo, jadi dia bekerja di sini? - seketika pikiran Leon kemana mana, karena tak menyangka bahwa Amelie masuk ke dalam minimarket untuk bekerja.
Bukankah ia bisa kuliah di tempat yang sama dengan Leon, seharusnya hidupnya berkecukupan. Atau apakah keluarganya mengalami masalah hingga ia sampai harus bekerja seperti ini? - Leon.
*****
"Miranda Sebastian!" sebut Larry dengan tatapan menghujam, membuat Miranda hanya tersenyum.
"Ada apa, sayang?" tanya Miranda dengan manja.
"Kamu sengaja ya?"
"Sengaja bagaimana maksudmu?"
"Kamu sengaja membuat masalah dengan Leon ya?" Larry mengusap wajahnya saat melihat Miranda tersenyum.
"Apa kamu akan mengurungnya terus di perusahaan? Kalau ia seperti itu, kapan dia akan menemukan jodohnya. Kamu tahu kan sayang, bekerja di kantor itu berat. Biarkan dia berada di luar sana, siapa tahu dia menemukan tambatan hati," ucap Miranda sambil membuka ponselnya.
"Kamu itu benar benar! Aku membutuhkan Leon untuk membantuku."
"Membantumu? bukankah kamu di rumah hanya menggodaku saja. Akan lebih baik kalau kamu berada di perusahaan, sayang .... dan biarkan Leon mencari jodohnya," Miranda tertawa, sedangkan Larry menjadi kesal karena kini ia akan semakin kekurangan waktu untuk menggoda istrinya ini.
"Kalau begitu, aku akan meminta Mikael membantuku."
"Terserah padamu, yang penting Mikael sudah menerima perjodohannya dengan Daniela."
"Apa kamu akan langsung menikahkan Mikael dan Daniela?"
"Tentu saja tidak. Aku ingin mereka saling mengenal satu sama lain. Oleh karena itu, kamu harus membantuku, sayang," ucap Miranda sambil mendekati Larry.
"Apa yang bisa aku bantu, sayang?" Larry begitu terbuai dengan sentuhan Miranda. Sejak dulu, sentuhan Miranda adalah candu baginya. Bahkan hingga saat ini, Larry akan melakukan apa saja asal bisa mendapatkan sentuhan dari istri tercintanya itu.
Miranda membisikkan sesuatu pada Larry yang membuat nya ternganga dan membulatkan matanya, "Apa kamu sudah gila? Danu tentu tidak akan mau putrinya bekerja seperti itu."
"Yaaa, carilah alasan atau kamu kan bisa bilang ini semua untuk mendekatkan mereka," Miranda mulai membelai dada Larry dan memainkan jemarinya di sana.
"Ahhh Mir, tanganmu .... aku ... ahhh .... lakukan lagi, Mir," pinta Larry sambil sedikit mendesah.
Namun, Miranda malah pergi menjauh, membiarkan Larry dalam tahap yang sangat menyakitkan, "Pergilah dulu untuk berbicara dengan Danu. Kalau kamu berhasil meyakinkan mereka, aku akan memberikan apa yang kamu mau. Dan ingat, biarkan Leon di luar sana, ia juga butuh refreshing."
Seperti diriku. - Miranda tersenyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sita Sit
emak bapaknya Leon ada kisahnya kah Thor,seru kayaknya
2024-10-21
0
Ita rahmawati
emaknya gila 🤦♀️🤦♀️🤣🤣
2024-04-28
0