AMELIE, SI PENJAGA JODOH

Abigail merasakan sensasi yang berbeda pada tubuhnya saat Handy tiba tiba saja menempelkan bibirnya pada bibir Abigail. Abigail tak mundur untuk melepaskan ataupun mendorong tubuh Handy, apalagi ketika Handy mulai memegang tengkuk Abigail untuk memperdalam ciumannya dan memberikan beberapa lum atan.

Setelah itu mereka saling melepaskan karena kurangnya pasokan oksigen di antara mereka.

"A-aku minta maaf. T-tapi ... aku tak bisa menahannya," ucap Handy.

Namun, Abigail tak mengatakan apapun. Ia malah kembali mendekati Handy dan memberikan ciuman balasan yang membuat mata Handy membulat. Ia pun kembali membalas ciuman tersebut. Suasana di dalam kereta bianglala tersebut terasa begitu hangat untuk mereka berdua.

"Sepertinya aku telah menemukannya," ucap Handy tiba tiba.

"Maksudmu?"

"Cinta sejatiku. Amelie memang sang penjaga jodoh," Mereka turun dari kereta bianglala tersebut dengan bergandengan tangan dan tersenyum satu sama lain. Mereka pun menghampiri dimana Amelie, Lydia, dan Mikael berada.

"Kalian ...," tanya Mikael sambil melihat ke arah Abigail dan Handy.

"Amellll, terima kasih!!" tiba tiba saja Handy memeluk Amelie dengan cukup erat.

"Hei lepas!!" Mikael berusaha melepaskan Handy dari Amelie.

Sementara itu Amelie malah melirik ke arah Abigail yang sedari tadi terdiam dengan wajah yang sedikit memerah dan malu malu, "sepertinya aku tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua."

"Wahhhh, ternyata ... rencanaku bersama Amelie berhasil! Pucuk dicinta, acara makan makan tiba!" teriak Mikael sambil memeluk bahu Handy dari samping, membuat Handy melirik ke arah Mikael dengan tatapan aneh.

"Jadi kalian jadian?" tanya Lydia.

Tanpa anggukan, mereka sudah mengkonfirmasiknya dengan mata yang saling melihat satu sama lain dan wajah yang memerah, "Ahhh!! congratsss Abi. Aku turut senang mendengarnya."

"Kalau begitu, kita makan makan ya," ajak Mikael. Akhirnya mereka pun pulang dari taman hiburan tersebut tanpa memainkan permainan lainnya. Mereka mengunjungi salah satu restoran seafood yang terletak di pinggir jalan. Jalanan tersebut cukup ramai dengan banyaknya tenda tenda yang menjajakan makanan pada malam hari.

"Apa kita akan makan di sini?" tanya Lydia sambil melirik ke kiri dan ke kanan.

"Ya, di sini makanannya enak lho. Bahkan aku sering ke sini sama Amel dan juga adikku," jawab Abigail.

"Gue nggak nyangka lo suka makan di tempat kayak begini, mel," ucap Mikael.

"Menurut aku justru makan di tenda tenda kayak begini tuh asyik. Kita bisa bebas makan dengan cara apapun, tanpa harus malu dilihat orang ataupun memikirkan bagaimana tanggapan orang pada kita. Di sini kita bisa dengan mudahnya menikmati setiap rasa dari makanan yang disajikan."

Mereka duduk di sebuah meja kayu yang sudah dilapis dengan plastik, dengan merk sebuah minuman yang menjadi gambarnya. Mereka mengambil buku menu yang sudah terpelintir sedikit bagian ujungnya karena sudah seringnya dibuka, hingga lapisan plastiknya mulai lepas.

Amelie menyebutkan masakan yang biasa ia pesan bersama Abigail. Mikael dan Handy pun menambahkan masing masing 1 menu. Sementara Lydia hanya diam. Ia masih merasa risih dan jijik dengan tempat di mana ia harus makan sekarang ini.

"Kamu nggak mau tambahin pesanannya? lumayan lho dibayarin sama Handy," canda Amelie.

"Nggak usah, mel. Nanti aku icip icip punya kalian aja."

"Ya udah kalau gitu. Nasinya 5 ya mas, terus minumnya 2 es jeruk ... ehmmm kalian apa?" tanya Amelie sambil melihat ke arah Handy, Mikael dan Lydia.

"Samain aja ...," jawab Handy dan Mikael bersamaan.

"Saya air mineral saja," jawab Lydia.

Ketika pesanan mereka datang, mereka dengan semangat menyantap makanan di hadapan mereka tanpa merasa malu, jijik ataupun risih. Hanya Lydia saja yang sesekali mengambil lauk di hadapannya dan makan sedikit.

"Kamu kenapa, Lyd?" tanya Amelie khawatir, karena melihat Lydia yang tidak terlalu bersemangat.

"Aku sepertinya kurang enak badan. Aku pamit pulang duluan ya," pintanya.

"Tunggulah, kami sebentar lagi selesai. Aku akan mengantarmu," ucap Amelie. Akhirnya mereka dengan cepat menghabiskan lauk di hadapan mereka hingga tandas. Mereka pun pamit pulang ke rumah masing masing.

*****

"Baru pulang, Mik?" tanya Leon yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Belum tidur, kak?"

"Kalau masih di sini ya berarti belum tidur, gimana sih?" jawab Leon kesal.,

"Lha kakak nanya aku baru pulang apa nggak. Aku kan baru masuk dari pintu depan, ya pasti baru pulang lha, masa nanya lagi," balas Mikael.

"Dasar adik nggak ada akhlak, pake ngebales lagi. Habis pacaran sih ya, jadi oleng."

"Kakak iri ya?"

Leon menarik nafasnya dengan tatapan sinis seperti akan membunuh Mikael.

"Iya, iya nggak kak. Ya ampun ...," Mikael langsung mengelus dadanya sambil membuang nafasnya. Ia segera berlari menuju kamar sebelum kakaknya itu akan kembali melakukan serangan.

Sementara itu di kediaman keluarga Williams,

"Tumben kak baru pulang," sapa Azka.

"Habis main ke taman hiburan sama teman. Kamu nggak kemana mana, Az?" tanya Amelie bingung. Biasanya Azka akan pergi bersama teman temannya jika weekend datang.

"Minggu depan kak aku mau pergi ke puncak bareng teman teman. Jadi minggu ini aku di rumah aja. Lagian kan udah libur akhir tahun ajaran. Nanti masuk masuk kelas 2."

"Oiya ya, kakak nggak sadar. Soalnya minggu depan kakak masih harus ke kampus buat nyerahin tugas. Ya udah, kakak naik dulu ya."

Azka pun melanjutkan acara menonton televisi sambil sesekali memainkan ponselnya. Di dalam kamar, Amelie membersihkan diri, kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Jika melihat kejadian hari ini, aku semakin percaya bahwa aku hanyalah seorang penjaga jodoh," Amelie tersenyum sendiri memikirkan hal itu. Bagaimana hubungan awal Handy dan Abigail, Amelie sangat tahu hal itu. Namun, melihat apa yang terjadi hari ini, rasanya ia tak bisa mempercayainya.

Amelie menarik nafasnya dalam, kemudian memejamkan matanya. Ia berharap bisa segera terlelap, tapi tiba tiba ponselnya berbunyi, ia melihat nama Mikael ada di sana.

"Iya, Mik? Ada apa?" tanya Amelie tanpa basa basi.

To the point sekali.

"Aku mengantuk, Mik. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

Apa benar kamu itu penjaga jodoh?

"Aku tidak tahu, Mik. Tapi apa kamu percaya setelah melihat bagaimana Handy dan Abigail?"

Ya, itu yang membuatku semakin tidak sabar untuk mengatakan 'kata' itu padamu. Tapi ... apa kamu tidak marah, mel?

"Tentu saja aku tidak akan marah, Mik. Aku tidak pernah pusing dengan hal itu. Jika memang dengan hal itu orang lain bisa bahagia, kenapa harus membuat diriku sendiri bersedih."

Aku kagum padamu, mel. Tapi sebelumnya aku ingin minta maaf karena melakukan itu padamu.

"Jangan khawatir, aku ini Amelie."

Hmmm, Amelie si penjaga jodoh.

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Sepertinya Lydia horang kayaahh jd g bisa klo makan di warung tenda pinggir jalan..Tp Amelie juga lahir dr klrg konglomerat biasa saja makan di tempat seperti itu...Beda old money sama OKB mah..🤭😁

2024-07-24

0

Masniah Imas

Masniah Imas

Amelie /Good//Good//Gift//Gift/

2024-05-31

0

Bilal Muamar

Bilal Muamar

Amelie...😘😘💪

2023-01-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!