OTAKMU YANG SALAH

Leon meletakkan barang belanjaannya di atas meja samping kasir. Tanpa melihat ke arah pembeli, Amelie memasukkan barang barang tersebut ke dalam kantong kertas setelah melakukan scan pada barcode harga.

"Semuanya 3 euro, Sir," Amelie memberikan kantong belanjaan tersebut kepada Leon. Dahinya sedikit mengernyit dan bergumam sendiri dalam hatinya.

Wajahnya tak asing, aku seperti pernah melihatnya. Tapi ... di mana? - Amelie.

"Amel?"

"Maaf, apa aku mengenalmu?"

Leon mengangkat kamera yang tergantung di lehernya, kemudian mengarahkannya pada Amelie.

"Ahhhh, kamu sang fotografer. Maaf, aku lupa siapa namamu," ungkap Amelie jujur.

"Wah, sakit sekali rasanya kamu melupakan namaku," Leon pura pura memegang dadanya, Amelie hanya tersenyum kecil melihatnya.

"Namaku Leon. L-E-O-N, ingat Leon. Jangan lupakan aku lagi, karena kita pasti akan sering bertemu," Leon menyerahkan uang untuk membayar belanjaannya, kemudian berjalan keluar minimarket.

Namun, belum seluruh tubuhnya keluar, ia menolehkan kepalanya lagi ke arah Amelie, "Apa akhir pekan ini kamu ada waktu? Aku ingin menunjukkan satu tempat yang bagus padamu."

"Maaf, tapi aku sudah ada janji dengan temanku. Terima kasih," ucap Amelie jujur. Ia sudah janji pada Lilian akan mengunjungi Sunny dan Elliot.

"Ahhh, sayang sekali. Tapi tidak apa, aku akan menunggumu," Leon tersenyum dan melambaikan tangannya. Ia pergi meninggalkan minimarket tersebut.

Leon berjalan menyusuri trotoar dengan wajah yang sumringah. Bertemu dengan Amelie di negara yang menjadi tempat pelarian sementaranya ini membuatnya bahagia. Ia juga tidak akan membuang kesempatan untuk lebih dekat dengan Amelie.

"Vin, bisakah kamu membantuku untuk mencari tahu tentang seseorang?"

" .... "

"Baiklah, aku akan mengirimkan namanya padamu."

" .... "

"Ya, aku punya fotonya. Tapi ingat, jangan jatuh cinta padanya."

Leon memutuskan sambungan ponselnya setelah mendengar tawa Alvin yang seakan mengejeknya. Namun, memang sepertinya ia telah jatuh cinta pada Amelie sejak pertama ia melihatnya.

*****

Hampir setiap hari Leon menampakkan dirinya di minimarket tempat Amelie bekerja, karena di sanalah ia bisa dengan mudah berbicara dengannya dan mendekatkan diri.

"Kamu kemari setiap hari, apa kamu tidak memiliki pekerjaan lain?" tanya Amelie yang mulai jengah dengan kedatangan Leon. Tidak masalah jika ia hanya berbelanja lalu pergi, tapi ia berdiri di dekat kasir sambil memperhatikan Amelie yang melayani pembeli.

"Apa kamu mengusirku?"

"Bukan begitu, tapi aku merasa tidak suka kamu terus memperhatikanku seperti itu," ungkap Amelie jujur. Ia tidak suka berbasa basi dan akan mengatakan apa yang ada dalam hatinya.

"Aku tidak akan mengganggumu, asalkan kamu mau pergi bersamaku akhir minggu ini."

"Sudah kukatakan aku sudah membuat janji dengan temanku. Aku tidak bisa."

"Bagaimana kalau hari Minggunya?" tanya Leon.

"Kamu ... pria yang tidak mudah putus asa ya," ucap Amelie.

"Tentu saja!"

Aku tidak akan pernah melepaskanmu, ketika kamu telah mengambil hatiku. Aku akan terus mengikutimu kemana pun kamu pergi. - Leon.

Amelie tampak berpikir. Mungkin kalau ia menerima ajakan Leon, pria itu bisa segera pergi dan tidak akan mengganggunya lagi.

"Baiklah. Kalau begitu, kamu bisa pergi sekarang."

"Dimana kamu mau kujemput?" tanya Leon.

"Kita bertemu di coffee shop depan saja. Tidak perlu menjemputku. Setelah itu kita akan pergi bersama sama."

"Baiklah," Leon tidak ingin berdebat lagi. Amelie menerima ajakannya saat ini, itu sudah suatu langkah awal baginya. Untuk selanjutnya, ia akan memikirkannya lagi.

*****

"Apa yang kamu dapatkan, Vin?" tanya Leon sambil merapikan dasi yang ia kenakan. Hari ini ia berencana menemui sahabatnya, David Anderson, untuk membicarakan mengenai bisnis. Perusahaan milik keluarganya yang ada di Italy, kini sudah dipegang oleh sepupunya.

Seperti kata Daddynya, Larry Sebastian, bahwa saat ia melangkahkan kaki keluar, maka Daddynya itu akan mencoretnya dari daftar keluarga. Leon yakin bahwa Larry hanya menggertaknya saja, tapi ia akan membuktikan bahwa ia juga bisa melakukan sesuatu. Ia akan membangun bisnis bersama sahabatnya, dengan tabungan yang ia miliki.

'Tidak ada yang terlalu istimewa dengan wanita itu, Len. Namanya Amelie Kirania. Ia kuliah di tempat yang sama dengan Mikael, jurusan seni. Yang membuat tersengang adalah dia sudah berpacaran selama 10 kali, apa kamu bisa bayangkan? Apa dia piala bergilir? Aku akui dia memiliki wajah yang cantik, tapi kalau seperti itu .... aku juga akan berpikir ulang untuk jatuh cinta padanya.'

"Baguslah kalau kamu tidak menyukainya, jadi aku tidak perlu takut kamu akan menikungku," goda Leon.

'Kapan aku pernah menikungmu, hah?!' - Alvin merasa tidak terima jika dikatakan menikung sahabatnya itu.

"Waktu kita balapan mobil, bukankah kamu sering sekalu menikungku?"

Alvin mengusap wajahnya kasar, 'Itu mobil Len, mobil!! Tidak ada hubungannya dengan wanita. Sepertinya lama kelamaan kamu sama seperti Mommymu, mulai tidak jelas.'

"Memang ada apa dengan Mommy?"

'Kamu tahu, Daddymu sedang pusing karena harus kembali memimpin perusahaan. Bahkan sekarang ia sedang mengajari Mikael untuk menggantikannya. Dan ada seorang wanita, namanya Daniela, ia dijadikan sekretaris pribadi Mikael. Baru 1 hari mereka bersama, sudah terjadi perang dunia.' - Alvin kembali tertawa membayangkan apa yang terjadi hari itu.

"Ooo Daniela. Dia adalah wanita yang Mommy jodohkan dengan Mikael."

'What? are you serious?'

"Ya, tapi kalau mendengar apa yang kamu katakan, rasanya hal itu tidak akan berjalan dengan lancar. Mikael selalu berkata padaku kalau tak akan ada yang mungkin menjadi jodohnya karena ia pria yang berat jodoh."

'Pria berat jodoh? julukan apa lagi itu?' - Alvin kembali menggelengkan kepalanya. Sepertinya keluarga Sebastian benar benar keluarga gila, dan ia hisa ikut ikutan gila jika selalu berada di sekitar mereka.

"Baiklah, terima kasih informasinya ... dan selamat menikmati perang dunia," ucap Leon sambil tertawa melihat wajah Alvin di layar ponselnya yang sudah ingin mencekiknya. Semua informasi yang Alvin dapatkan, sudah pernah Leon dengar.

Mengapa dia begitu misterius? - Leon.

*****

"Apa kamu tidak berniat memimpin perusahaanmu lagi, Len?" tanya David.

"Tidak, sepupuku Brian sudah mengambil alih kepemimpinan," jawab Leon.

"Tapi itu perusahaan milik keluargamu, seharusnya kamu yang berhak."

"Tidak, tidak. Kinerja David sangatlah bagus, karena itulah aku memilihnya untuk menggantikanku."

"Lalu perusahaan di Jakarta?" tanya David lagi.

"Mikael yang akan memimpinnya."

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" David mengernyitkan dahinya, seakan bertanya kepada Leon.

Leon tersenyum, "Aku pergi dari rumah."

"Lagi?" David mengusap wajahnya kasar. Tidak percaya akan pendengarannya, sudah 2 kali sahabatnya ini pergi dari rumah, "Apa kali ini dengan alasan yang sama?"

Leon mengangguk, "Aku tidak akan pernah menuruti permintaan mereka mengenai hal itu. Ini hidupku, dan aku tak mau seorang pun mengaturnya."

"Lalu, sekarang apa yang mau kamu lakukan?" tanya David.

"Apa kamu bisa membantuku mencari lokasi yang bagus? aku ingin membuat sebuah coffee shop."

"Coffee Shop?"

"Ya, apa ada yang salah?" tanya Leon.

"Ooo, tidak tidak, tidak ada yang salah," David memalingkan wajahnya.

Sepertinya otakmu yang salah, Len. Masa kamu memilih membuka coffee shop dibanding menjadi seorang CEO. Sepertinya aku perlu bicara dengan Alvin mengenai ini. - David.

Terpopuler

Comments

Sita Sit

Sita Sit

aku baca kisahnya si Azka dulu,baru axele Vanessa,baru si Leon ini

2024-10-21

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Kinerja Brian

2024-07-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!