"Lyd, kamu ... benar suka sama Mikael?" tanya Abi dan Amel.
"Ya gitu deh. Emang kenapa? nggak boleh ya? Apa jangan jangan kamu jadi beneran suka ya mel sama Mik?" tanya Lydia.
"Kok kamu jadi ngomongnya gitu, Lyd?" Abigail tidak terima dengan nada bicara Lydia yang sedikit kasar.
"Sudah, bi. Tenang."
"Nggak kok Lyd. Aku nggak suka sama Mikael. Aku juga tanya itu karena pengen tahu aja, karena kemarin itu Mikael bilang kamu bilang ke dia kalau kamu suka sama dia."
"Jadi ... dia cerita cerita sama kamu?"
"Iya, dia cerita sama kita. Kenapa nggak suka?" Lydia menatap Abigail dengan sedikit kesal.
"Aku pulang! Malas di sini," Lydia pun langsung meraih tas tangannya dan keluar dari cafe tempat mereka bertemu.
"Bi, kamu seharusnya jangan ngomong begitu sama Lydia. Dia sakit hati sepertinya."
"Dia duluan mel yang kasar sama kamu. Kita cuma tanya sama dia sebagai sahabat, tapi kamu lihat gimana cara dia jawab kita," Abigail melipat kedua tangan di depan dadanya, kemudian menghela nafasnya kasar
*****
Tahun terakhir dilewati Amelie dengan lancar. Ia bisa menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik. Kini mereka sedang berada di dalam suatu ballroom besar tempat acara wisuda diselenggarakan.
Handy dan Mikael sudah lulus sejak setengah tahun yang lalu. Kini mereka hadir sebagai sahabat.
"Congrats ya Mel, bi!" ucap Mikael, sementara Handy menyerahkan sebuket bunga untuk Abigail.
"Ayo, ayo, gue fotoin!" Mikael menyalakan kamera di ponselnya dan mulai membidik Amelie dan Abigail, bersama keluarga mereka.
"Thank you, Mik!" ucap Abigail dan Amelie bersama sama.
"Mia nggak pulang, bi?" tanya Amelie.
"Nggak, makanya aku kecewa banget. Seharusnya kan dia ada di sini ya, ngerayain kelulusan aku."
"Dia lagi sibuk kali."
"Dia sih bilang gitu, lagi banyak tugas katanya. Nanti kalau dia ada waktu senggang, dia bakalan pulang. Mungkin barengan temennya yang asal sini juga."
"Wah, beneran temen?" tanya Amelie sambil mengerutkan keningnya.
Abigail tertawa, "Aku nggak tahu, Mel. Nanti aku tanyain dia deh, temen apa demen?"
"Dasar Abi!"
*****
Setelah kelulusan, Amelie lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Ia melukis, memasak, bahkan ia berkebun.
"Kamu tidak punya pacar, mel?" goda Vanessa.
"Mom!"
"Masa anak Mommy cantik begini belum ada yang ngapelin," goda Vanessa lagi.
"Apa mau Mommy kenalkan dengan seseorang?"
"Tidak, Mom. Aku tidak mau," menghela nafasnya dalam.
"Kamu tidak ingin bekerja di perusahaan Daddy, sayang?"
"Tidak, Mom. Ada hal lain yang ingin kulakukan. Tapi ... apa Mommy akan menyetujui pilihanku?"
"Apa maksudmu?"
"Aku ingin hidup mandiri, Mom. Bolehkah aku pergi ke luar negeri? Aku ingin mencari pengalaman di luar sana, mempelajari hal hal yang berbau seni."
"Kamu ingin meninggalkan Mommy?"
"Bukan begitu, Mom. Aku hanya ingin belajar san menambah pengalamanku saja. Aku kan bukan kabur," Amelie tergelak.
"Tunggu Daddy pulang ya. Nanti kita bicarakan lagi. Sebenarnya Mommy tidak setuju, Mommy tidak ingin jauh dari anak anak Mommy."
"Aku kan akan selalu pulang, Mom," Amelie memeluk Vanessa dari belakang, meletakkan kepalanya di bahu Vanessa.
*****
"Boleh ya, Dad," pinta Amelie.
Axelle menghela nafasnya dalam. Putrinya tak pernah meminta apapun darinya, tapi sekalinya meminta ... rasanya membuat jantung Axelle serasa dicopot.
Axelle sangat menyayangi Amelie. Putrinya, anak pertamanya, seseorang yang pertama kalinya membuat Axelle menjadi seorang Daddy dan percaya bahwa ia bisa menjadi orang tua yang baik.
"Apa kasih sayang Daddy kurang di sini?" tanya Axelle, membuat Amelie merasa sedih atas ungkapan Daddynya itu.
"B-bukan begitu, Dad. Amel hanya ingin mencari pengalaman baru dan mempelajari hal hal yang berbau seni di luar sana."
"Memangnya kamu mau kemana?"
"Italy."
"Apa itu tidak terlalu jauh?"
"Tidak, Dad. Aku sangat menyukai seni dan kurasa Italy adalah negara yang cocok denganku."
"Daddy tak akan memghalangimu, sayang. Daddy akan selalu berada di tempat terdepan untuk memberimu kebahagiaan. Tapi, ada hal hal yang harus Daddy katakan padamu."
*****
Di sinilah Amelie sekarang, berdiri di bandara bersama dengan Azka. Adik satu satunya itu tak mengikuti perintah Axelle untuk membiarkan Amelie berangkat sendiri.
Daddy akan menghapus semua informasi mengenai dirimu. Hal ini harus Daddy lakukan agar kamu aman berada di luar sana. Kamu tahu kan Daddy memiliki banyak musuh, tapi tenanglah Daddy tak akan pernah berhenti mengawasimu.
Hiduplah dengan tenang dan nyaman. Raihlah kebahagiaannmu. Namamu hanya Amelie Kirania, tanpa embel embel William dibelakangnya, karena saat ini Black Alpha telah mengetahui bahwa ada pihak pihak yang ingin menghancurkan Williams Group.
"Pulanglah Az, kakak tidak apa apa."
"Tapi seharusnya Daddy dan Mommy ada di sini untuk mengantar kepergian kakak."
"Daddy dan Mommy hanya ingin melindungi kita, Az. Kamu tahu kan waktu bagaimana kita pernah diculik saat kecil, hanya karena ada yang merasa dendam pada Daddy."
"Kalau begitu seharusnya kakak tidak pergi!"
"Kakak hanya ingin mencari suasana baru, Az. Kakak tidak tahu apa yang ingin kakak kerjakan di sini."
Aku juga ingin meninggalkan rumor buruk memgenai diriku, agar tak ada seorang pun yang tahu di luar sana mengenai Amelie si penjaga jodoh.
"Belajarlah dengan rajin, Az. Setelah itu bantulah Daddy di perusahaan, karena kakak tidak ahli sama sekali," Amelie tiba tiba tergelak membayangkan dirinya yang lulusan seni diharuskan memimpin peeusahaan.
"Jangan memikirkan yang aneh aneh, apalagi membayangkan kakak akan meletakkan peralatan lukis di salah satu ruang di perusahaan."
Amelie kembali tertawa karena apa yang dikatakan Azka adalah benar, membuat Azka mencebik kesal.
ting ... nong .... panggilan untuk ....
"Kakak harus masuk, Az. Sebaiknya kamu pulang."
Azka memeluk Amelie, "Jangan lupa untuk pulang, kak."
"Tentu saja kakak akan pulang. Kakak tidak mau kamu jadi satu satunya anak Daddy dan Mommy," Azka mendengus kesal. Di saat seperti ini, kakaknya ini masih saja bisa bercanda, sementara dirinya begitu takut kehilangan.
"Kapan kapan aku akan mengunjungi kakak."
"Baiklah, tapi pakailah kacamata dan maskermu. Apa kamu tidak lihat sedari tadi kita diperhatikan?"
"Ah masa sih? kakak saja yang ke GR an," kinj giliran Azka yang menggoda Amelie.
"Menyebalkan! kakak masuk dulu ya, Az. Titip jaga Daddy dan Mommy. I love u," Amelie melambaikan tangannya ke arah Azka dan menampilkan senyum terbaiknya.
*****
Sebuah apartemen kecil menjadi tempat tinggal Amelie saat ini. Sebuah apartemen dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang duduk, dapur dengan meja makan di hadapannya dan balkon.
Ia meletakkan kopernya di dalam kamar kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk dengan 3 seat.
"Ahhhh!!!" Amelie merentangkan kedua tangannya, "Semangat Amelie, hidupmu baru dimulai!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments