Bulan demi bulan berlalu, Amelie pun akhirnya lulus dari Sekolah Menengah Atas dan melanjutkan kuliahnya ke salah satu universitas terkemuka. Ia mengambil jurusan seni. Ia sangat suka hal hal yang berbau desain, tapi ingin mendalami seni lukis atau biasa dikenal dengan seni rupa.
Kedua orang tua Amelie, Axelle dan Vanessa, tak pernah sekalipun melarang ataupun membatasi keinginan anak anak mereka. Asalkan mereka bahagia dan apa yang mereka pilih itu baik, mereka tak akan melarang. Bukankah setiap anak memiliki caranya sendiri untuk mengembangkan diri dan mencari jalan menuju kesuksesan mereka?
Rumor mengenai sang Penjaga Jodoh yang disematkan pada Amelie, kembali tersiar di kampusnya. Hal itu karena hampir setengah dari teman temannya kembali kuliah di tempat yang sama, meski dengan jurusan yang berbeda beda.
"Kamu Amelie? Kenalkan, namaku Handy dan ini Mikael. Kami sudah mendengar bahwa kamu adalah sang Penjaga Jodoh. Apa kamu mau menerima kami?" ucap Handy memperkenalkan diri.
"Ma-maaf sebelumnya, tapi ....," Amelie belum melanjutkan kalimatnya, ketika Abigail datang menghampirinya.
"Ayo mel. Cowo dimana mana sama aja. Yang dicari itu pacar mulu. Belajar dulu sono!" teriak Abigail sambil memeletkan lidahnya pada Handy dan Mikael yang melihat mereka pergi.
Abigail menarik Amelie ke arah kantin. Hari ini memang bukanlah hari pertama mereka kuliah, tapi sudah lewat 3 bulan. Abigail mengambil jurusan ekonomi seperti keinginan orang tuanya, karena ia akan menjadi penerus dari perusahaan Pranata.
"mel! kamu nyaman ya dideketin cowo kayak begitu?" tanya Abigail.
Amelie tersenyum, "Biasa aja sih. Soalnya aku nggak pernah memakai hati setiap berpacaran dengan mereka. Lagipula, aku ngerasa aneh juga sih. Kok bisa ya mereka selalu dapat cewe setelah mereka putus dari aku."
"Iya sih, kamu bener. Kamu nggak ada pake susuk kan?" Abigail memeriksa tubuh Amelie dan juga wajah Amelie.
Pletakkk!!!
"Aduh mel!"
"Ngomong sembarangan! Kalau didenger orang orang, nanti aku dikira beneran pakai gitu gituan lagi. Ntar bukan cuma cowo yang deketin aku, tapi cewe cewe ikutan."
"Loh kok cewe mel? emang lo udah nggak normal?"
"Ihhh Abiii. Kamu tuh ya ngeselin deh, tapi sayangnya kamu tuh temen aku yang paling caem, jadi mau aku buang juga kayaknya sayang banget."
"Apaaa???!!! mau dibuang? tega banget sihhh ... setidaknya tunggu aku udah punya pacar dulu gitu mel. Belum ngerasain nih," Abigail memanyunkan bibirnya di depan Amelie, membuat Amelie seketika tertawa.
"Maksud aku tuh ya, kalau kamu ngomong gitu gituan, nanti tuh cewe cewe pasti nanya, aku pasang gituannya dimana, sama siapa, harga berapa, manjur apa kaga," ucap Amelie menjelaskan.
"Iya juga ya. Tapi ... kamu bayangin aja, masa kamu udah pacaran 5 kali, mel ... 5 kali," Abigail merentangkan jemarinya di hadapan Amelie, "Sementara aku yang deketin aja belum ada."
"Nggak ada yang perlu dibanggakan bi dengan berapa banyaknya kita pacaran. Aku juga pengennya itu, pacaran 1 kali dan nikah 1 kali dengan orang yang sama. Buat apa kita berkali kali pacaran."
"Kan bisa buat seleksi mel. Dari beberapa kali pacaran, kita bisa ngeliat, siapa yang lebih baik dari siapa. Kita juga bisa belajar untuk memilih pasangan yang akan menjadi teman hidup kita nanti," jelas Abigail.
"Tapi, coba kamu lihat aku. Apa aku belajar dari semua itu? Mereka semua hanya menjadikanku sebagai batu loncatan. Amelie, si Penjaga Jodoh .... benar benar julukan yang menggelikan," Amelie tiba tiba tertawa.
"Sejak kamu jadi si penjaga jodoh, makan siang aku aman, mel. Nggak pernah aku kelaparan, bahkan berat badan aku naik. Tapi sejak kuliah dimulai, kamu kan belum pacaran lagi."
"Hmmm ... aku berharap sih nggak ada lagi, bi. Aku pengen kuliah aja yang bener."
"Terus ... yang tadi gimana?"
"Biarin aja dulu," mereka pun menyantap makan siang mereka di kantin kampus yang terbilang tidak terlalu ramai. Hampir kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi di sana mencari cafe di sekitar area kampus untuk mencari makan siang atau hanya untuk sekedar nongkrong.
Saat jam pulang kuliah tiba, Amelie berjalan menuruni tangga menuju area parkir mobil. Ia mendapatkan hadiah sebuah mobil dari orang tuanya atas kelulusannya. Namun, mobilnya bukanlah mobil yang mewah atau mahal, melainkan sebuah mobil matic berukuran kecil.
Amelie membuka pintu mobilnya dan duduk di dalam, tiba tiba saja pintu samping mobilnya juga dibuka.
"K-kamu?!"
"Amelie, terima aku ya jadi pacar kamu. Kata orang orang, kamu beneran si penjaga jodoh. Jadi kalau sudah bisa pacaran sama kamu, dijamin bisa dapet cinta sejati."
Amelie membuat senyum yang dipaksa di wajahnya, kemudian mengembalikannya lagi ke raut wajah biasa dengan rasa kesal di dalam hatinya. Dia kembali memikirkan Anton dan Bagas, 2 temannya saat SMA itu kini telah bahagia bersama kekasihnya masing masing, bahkan mereka sudah bertunangan. Sedangkan dirinya, harus menghadapi rumor yang diciptakan oleh mereka berdua.
"Kamu percaya hal seperti itu?" tanya Amelie dan dengan cepatnya Handy menganggukkan kepalanya.
"Apa sih yang ada dalam pikiran kalian? apa hanya ada pacar saja? Kenapa kalian tidak menyelesaikan kuliah kalian dulu?"
"Justru itu mel. Kalau kita punya pacar, kita jadi lebih semangat belajarnya. Jadi ... kita bisa cepet lulus deh."
Amelie tak bisa menghindar lagi. Laki laki di sebelahnya ini pasti akan terus mengikutinya dan akan terus melakukannya hingga berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Baiklah, aku menerimamu menjadi pacarku," ucap Amelie sambil tersenyum, "Sekarang ... kamu boleh turun dari mobilku."
"Ahhh, terima kasihhh Amelie cantik," Handy langsung memeluk Amelie, sementara Amelie langsung melindungi dirinya dengan kedua tangan di depan tubuhnya.
"Iya, iya, stop stop. Ayo turun, atau nggak jadi nih?"
"Jangan mel. Kalau putus sekarang, nanti aku malah jadi berat jodoh," mendengar itu Amelie malah tertawa. Laki laki di sebelahnya ini benar benar ... ah, sudahlah.
Sesampainya di rumah,
"Mom ....," sapa Amelie.
"Kamu sudah pulang, sayang? Bagaimana kuliahmu?" tanya Vanessa.
"Seperti biasanya, Mom. Azka kemana?" Amelie meletakkan tas nya dan merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan kepala di atas kedua paha Vanessa.
"Azka sedang ada kerja kelompok katanya, mungkin sore baru pulang."
"Mom, apa Mommy percaya dengan cinta?" tanya Amelie.
"Mengapa kamu menanyakan hal seperti itu, sayang? Apa kamu sedang jatuh cinta?"
"Tidak, Mom. Aku hanya bingung, mengapa orang orang rela melakukan apapun demi cinta."
"Seharusnya bukan seperti itu sayang. Bukan rela melakukan apapun demi cinta, tapi rela melakukannya karena cinta," ucap Vanessa sambil membelai rambut Amelie.
"Seperti Daddy dan Mommy?"
"Ya, mungkin seperti itulah," jawab Vanessa.
Amelie dan Azka memang sudah pernah mendengar bagaimana kisah cinta kedua orang tuanya. Bagaimana mereka bertemu, apa yang terjadi dengan mereka, dan apa yang membuat mereka bersama. Amelie dan Azka merasa kedua orang tuanya luar biasa, mengesampingkan ego mereka masing masing, hingga saling mencintai dan menyayangi satu sama lain dengan begitu tulus. Selama ini, tak pernah sekalipun Amelie dan Azka mendengar kedua orang tuanya bertengkar ataupun hanya meninggikan suara mereka. Kehangatan keluarga yang tercipta, membuat Amelie dan Azka merasa nyaman saat berada di rumah.
Aku juga berharap menemukan cintaku, Mom. Tapi jika memang aku ditakdirkan hanya menjadi seorang penjaga jodoh, aku berharap siapapun hidup dengan bahagia dan penuh cinta. - Amelie.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ita rahmawati
nti handi nya sm abigail 🤭
2024-04-28
0
Ryoka2
Hahah bener ni😂
2022-01-08
0
Maryani
🙃lucuuu
2021-12-13
1