15. Mulai berani

Yuda dan Tama tengah berada di ruang tamu, Mereka ingin berbincang sejenak.

"Lo tahu kenapa Nadila bisa sakit?" Tama bertanya

"Nadila dari jaman sekolah emang sering sakit, sering mimisan juga"

"..."

"Dulu malah dia sering keluar masuk rumah sakit bang, terus dibawa sama papa mama nya ke luar negeri buat berobat"

"Nadila ada penyakit dalam?" — Tama

Yuda menggelengkan kepalanya "Nggak ada penyakit serius, dia emang lemah imun aja"

Tama mengangguk paham.

"Bang?" — Yuda

"Apa?"

"Lo sayang beneran kan sama Nadila?" — Yuda

"Lo masih nggak percaya sama gue?" — Tama

"Ya kali aja lo terpaksa terima Nadila, dan masih anggap dia sebagai Hana" Yuda masih terlihat ragu dengan perasaan Tama

"Gue berharapnya sih, lo nggak brengsek kayak si Mahen lah ya, udah brengsek, pemaksa pula"

Tama berdecak "Jangan pernah samain gue sama orang itu, beda"

"Ya makanya lo cepet ngomong sama Tante Yuri sama Om Chandra kalau mau serius sama Nadila, biar si Mahen juga nggak ganggu Nadila terus"

"Mahendra masih ganggu Nadila?" — Tama

"Waktu itu gue dikasih tahu sama Bang Dani, kalau Mahen pernah jemput Nadila dari rumah lo"

"Oh ya?"

Yuda mengangguk "Sampai berantem Bang Dani sama si Mahen"

"...."

"Kalau emang lo udah bener bener ada perasaan sama Nadila, lebih baik lo cepet ngomong sama mama sama papa juga, lo udah nggak muda lagi bang, Issya juga udah pengen banget tinggal bareng sama Nadila"

Tama menghela nafas

"Gue belum pernah ketemu sama papanya Nadila, lo tahu kapan papanya Nadila pulang ke sini?"

"Nanti coba gue tanya ke Tante Yuri, soalnya Tante Yuri kan juga lagi ada di Belanda"

Tama mengangguk paham, apa yang dibilang Yuda ada benarnya, Mahendra terlihat seperti laki laki yang ambisinya besar, pasti Mahendra akan berusaha mendapatkan Nadila dengan cara apapun.

Tama harus melakukan sesuatu.

⚠️🔞🔞🔞⚠️

Waktu menunjukkan dini hari.

Nadila perlahan membuka mata, Dia melihat sekitarnya, lampu tidur yang menyala

Nadila ingin bergerak, namun seperti ada yang menahannya. Dia menoleh ke sebelah kiri

"Om Tama.." dan ternyata Tama yang tengah tertidur sembari memeluk Nadila, pasti Tama ikut cemas dengan keadaan sang kekasih, hingga memeluknya erat seperti ini agar tetap hangat.

"Om." Nadila mencoba membangunkan Tama

Namun Tama belum merespon, sepertinya dia tidur dengan lelap.

"Om Tama." Nadila menggoyangkan tangan Tama sekali lagi.

Dan Tama merespon, dia membuka matanya.

"Nadila"

Tama terbangun, disusul oleh Nadila yang ikut terbangun dan dibantu oleh Tama

"Ini jam berapa hm? Masih tengah malam"

"Aku haus" ternyata Nadila haus.

Tama segera mengambil gelas yang berisi air putih miliknya, lalu segera memberikan ke Nadila

"Masih pusing?" Tama bertanya

"Sedikit, tapi masih lemes"

"Yaudah tidur lagi"

Nadila menggelengkan kepala "Kayaknya aku bakalan susah tidur"

"Mau saya temani?"

"Nggak usah, Om Tama tidur lagi aja. Kayaknya aku mau lanjut bikin bab empat"

Dan Tama terkejut dengan omongan Nadila.

"Ini tengah malam, dan kamu sedang sakit, tapi kamu masih memikirkan skripsi?"

"Dua hari lagi aku mau serahin ke dospem Om, nggak ada waktu lagi"

Tama mendengus, lalu dia semakin mendekat.

"Om Tama mau ngapain?"

Tama menatap sang pujaan hati dalam kegelapan, Nadila memang masih terlihat cantik walau tanpa memakai make up.

Tama mencium pipi Nadila "Kamu cantik"

Nadila yang mendengar itu merasa salah tingkah.

"Saya minta maaf." dan Tama tiba tiba meminta maaf

"Om Tama kenapa tiba tiba minta—"

Nadila tidak bisa menyelesaikan omongannya, karena Tama menarik tengkuknya dan mencium bibirnya.

Nadila terkejut, dia meremat selimut.

Walaupun mereka pernah berciuman seperti ini, tapi tetap saja Nadila merasa grogi, jantungnya berpacu dengan cepat.

Tama masih melumat bibir Nadila, karena Nadila belum membalas, Tama melepaskan ciumannya, dia mengambil nafas sejenak, dan setelah selesai segera menempelkan bibirnya kembali.

Dan Nadila yang sedari tadi diam, kini mulai terpancing, dia memejamkan Mata lalu membalas lumatan Tama.

Nadila mengalungkan tangannya ke leher Tama.

Tama menidurkan Nadila, dan semakin memperdalam ciumannya. Dia mengelus punggung Nadila

Tama melepaskan ciuman di bibirnya, dan beralih ke leher sang kekasih. Tama mengecupnya berkali kali, setelah itu menghirupnya.

"O-om.." Dan entah sadar atau tidak, Tama terlihat menyesap leher Nadila, sehingga meninggalkan bekas.

"Saya tidak suka jika ada orang lain menyentuh milik saya"

Nadila hanya terdiam, dia sedang mengatur nafasnya.

"Boleh saya menyentuhnya?" Tama berucap sembari menatap bagian dada Nadila.

Pikiran Nadila sudah tidak fokus, dia hanya mengangguk saja, karena dia sudah terbawa suasana.

Melihat Nadila memberikan kode, Tama kembali melumat bibir Nadila, dan dengan sengaja meremat benda kenyal milik Nadila.

Nadila mengerang tertahan karena bibirnya tertutup oleh bibir Tama.

'Semoga Om Tama nggak terlalu jauh, gue nggak mau'

'Sial, kenapa saya tidak bisa menahan diri jika bersama Nadila'

Tama menjauhkan bibirnya, namun tangannya masih meremat benda kenyal itu.

"Om Tama.."

Tama menatap Nadila, lalu segera menghentikan kegiatannya.

Tama menempelkan keningnya ke kening Nadila

"Maaf"

Nadila hanya terdiam sembari bernafas lega, karena Tama tidak melebih batasnya.

"Tidur lagi, saya ke kamar mandi sebentar" 

Tama mengecup kening Nadila singkat, lalu segera ke arah kamar mandi untuk menyelesaikan sesuatu yang tengah menegang sejak tadi.

Nadila juga berharap jika Tama tidak akan melakukan hal seperti ini lagi, karena dia sangat malu.

Skip <<

Hari menjelang pagi, Nadila membuka matanya, karena dia merasakan sesuatu yang menyeruak.

"Udah pagi ya.." Nadila mengusap matanya, lalu terduduk dan menguap

"Astaga, Hari ini kan om Tama masuk kerja, Pasti dia belum sarapan." Nadila turun dari ranjang, berniat ingin keluar kamar untuk menyiapkan sarapan.

"Duh, kenapa masih pusing sih"

Nadila memijat tengkuknya sembari berjalan untuk keluar kamar. Dia berjalan ke arah dapur dan ternyata Tama sedang berada di sana.

Nadila mendekat "Om Tama?"

Tama yang terlihat sibuk, segera menoleh

"Sayang, kenapa udah bangun?" Tama mencuci tangannya, lalu mendekat ke Nadila

"Om kok nggak berangkat kerja?" — Nadila

"Saya tidak berangkat kerja hari ini"

"Kok gitu om?" 

"Saya kerjakan di rumah, saya takut meninggalkan kamu di rumah sendiri, apalagi kamu sedang sakit"

"Om, aku udah nggak papa, Udah mendingan juga. Mendingan Om Tama berangkat aja ke kantor, aku yang siapin sarapannya"

"Tapi kamu-"

"Nggak papa om, aku aja yang masak sini, Om Tama udah rapi masa di dapur"

"Saya bantu kamu, dan saya tidak akan berangkat kerja"

Nadila berdecak "Ngeyel banget sih"

Tama terkekeh, lalu mengecup kening Nadila dengan singkat.

"Om, nanti anterin aku pulang."

"Oke, mau jalan jalan dulu nggak?"

Nadila menggeleng "Aku mau lanjut kerjain skripsi om, waktunya udah mepet"

"Ck! kamu itu masih sempat sempatnya kepikiran skripsi, pikirin tuh kesehatan kamu, Lebih penting."

"Om, skripsi itu juga penting. Nanti kalau nggak selesai kan aku nggak bisa sidang. Nanti nggak lulus kuliah gimana?"

"Iyaaa, saya antar pulang"

"Kalau gitu, kita sarapan yang simpel aja ya om? Habis itu aku mandi sebentar, baru pulang

Tama mengangguk sembari tersenyum.

'Saya benar benar mencintai kamu, Nadila'

.

.

.

Nadila telah rapi dan bersiap siap akan pulang ke rumah, karena semalaman dia menginap di rumah Tama, jadi hari ini dia akan pulang.

"Om Tama lama banget sih dandan gitu aja" Nadila mengomel ketika melihat Tama baru saja rapi, padahal dia telah menunggu Tama sejak tadi.

"Ketemu dengan calon mertua kan harus rapi"

Nadila memutar bola matanya dengan malas.

Tama dan Nadila berjalan keluar rumah, namun tiba tiba Tama berhenti

"Kenapa om?"

"Dompet saya tertinggal di kamar sepertinya"

Dan lagi lagi Nadila mendengus kesal "Om Tama nih selalu lupa, padahal belum tua banget"

"Ngomel terus hm, kamu tunggu di depan, saya ke kamar dulu"

Nadila segera meninggalkan Tama untuk ke depan.

"Om Tama nih, ternyata pelupa juga, padahal umurnya belum tua tua banget"

Nadila menunggu Tama di depan garasi dengan menggerutu

"Nadila" Dan sedang fokusnya menunggu, Nadila dikejutkan dengan suara yang memanggil dirinya.

Nadila menoleh ke sumber suara, dan dia benar benar terkejut

"Kak Mahen?"

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

hadewww

2020-07-28

0

cut yuli

cut yuli

kok diulang lagi yha

2020-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Bertemu
2 02. Mulai saling mengenal
3 03. Permintaan sang Tuan
4 04. Mulai tertarik?
5 05. Keinginan Anak
6 06. Mulai terang terangan
7 07. Jatuh cinta itu sakit
8 08. Terdengar sakit
9 09. Isi hati Nadila
10 10. Memperjelas hubungan
11 11. Effort
12 12. Pertengkaran
13 13. Akhirnya
14 14. Nadila sakit
15 15. Mulai berani
16 16. Rumit
17 17. Berkenalan dengan adik ipar
18 18. Tabrak lari
19 19. Kemarahan Pratama
20 20. Pertengkaran (Lagi)
21 21. Kebersamaan
22 22. Insiden
23 23. Kemarahan Tama
24 24. Finally
25 25. Terhalang Restu
26 26. Syarat yang cukup berat
27 27. SAH
28 28. Kenyataan yang baru terungkap
29 29. Cinta pertama Pratama
30 30. Mulai ada konflik
31 31. Hamil?
32 32. Tama Ngidam
33 33. Gejolak Batin
34 34. Sakit hatinya seorang anak
35 35. Mahendra berulah
36 36. Nadila Melahirkan
37 37. Luka yang terbuka
38 38. Keinginan seorang suami
39 39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40 40. Insecure
41 41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42 42. Jalan Tengah
43 43. Jalan hidup Issya
44 44. Sisi lain seorang Pratama
45 45. Titik terang
46 46. Rahasia Pratama
47 47. Nadila tahu
48 48. Merasa kecewa
49 49. Tama kelimpungan
50 50. Kesalahan berpikir
51 51. Mimpi apa?
52 52. Setelah sekian lama
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90 [Last Chapter]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Awal Bertemu
2
02. Mulai saling mengenal
3
03. Permintaan sang Tuan
4
04. Mulai tertarik?
5
05. Keinginan Anak
6
06. Mulai terang terangan
7
07. Jatuh cinta itu sakit
8
08. Terdengar sakit
9
09. Isi hati Nadila
10
10. Memperjelas hubungan
11
11. Effort
12
12. Pertengkaran
13
13. Akhirnya
14
14. Nadila sakit
15
15. Mulai berani
16
16. Rumit
17
17. Berkenalan dengan adik ipar
18
18. Tabrak lari
19
19. Kemarahan Pratama
20
20. Pertengkaran (Lagi)
21
21. Kebersamaan
22
22. Insiden
23
23. Kemarahan Tama
24
24. Finally
25
25. Terhalang Restu
26
26. Syarat yang cukup berat
27
27. SAH
28
28. Kenyataan yang baru terungkap
29
29. Cinta pertama Pratama
30
30. Mulai ada konflik
31
31. Hamil?
32
32. Tama Ngidam
33
33. Gejolak Batin
34
34. Sakit hatinya seorang anak
35
35. Mahendra berulah
36
36. Nadila Melahirkan
37
37. Luka yang terbuka
38
38. Keinginan seorang suami
39
39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40
40. Insecure
41
41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42
42. Jalan Tengah
43
43. Jalan hidup Issya
44
44. Sisi lain seorang Pratama
45
45. Titik terang
46
46. Rahasia Pratama
47
47. Nadila tahu
48
48. Merasa kecewa
49
49. Tama kelimpungan
50
50. Kesalahan berpikir
51
51. Mimpi apa?
52
52. Setelah sekian lama
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90 [Last Chapter]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!