Siang ini, Nadila tengah berada di kantor milik Tama.
Tama yang meminta Nadila untuk ke kantornya, sekaligus Nadila ingin berangkat ke kampus karena ada keperluan
"Wah, kantornya Om Tama gede juga ya.."
Nadila menatap kantor milik Tama ini, dia membayangkan, pasti akan sangat terjamin jika menikah dengan duda anak satu itu.
Nadila menghela nafas panjang, dia cukup grogi karena ini pertama kalinya dia mengunjungi kantor tuannya itu.
"Berasa anterin bekal makan siang buat suami ya" Ucap Nadila sembari tersenyum.
Namun setelah itu Nadila langsung tersadar "Jangan banyak halu, Nadila."
Nadila berpikir, mana mungkin laki laki sempurna seperti Tama mau menikah dengannya, Nadila sadar akan hal itu.
Setelah lama berdiam, Nadila segera masuk ke gedung kantor tersebut.
"Oh iya, gue kan nggak tahu kantornya Om Tama di mana, mana ini lantainya banyak banget.."
"Nadila?"
Nadila menoleh ke sumber suara
"Kak Mahen?"
Dan ternyata Nadila mengenali laki laki yang memanggilnya
"Kamu Nadila kan?" tanya laki laki yang bernama Mahen tersebut
Nadila mengangguk "Iya kak. Aku Nadila"
"Wah, udah lama ya kita nggak ketemu?" Mahen berucap sembari mendekat ke arah Nadila
"Iya, hehe" Nadila terlihat kikuk dan sedikit salah tingkah
Karena laki laki yang bernama Mahen ini adalah mantan pacar dari Nadila.
"Kamu mau apa ke sini? Mau lamar kerja?" — Mahen
Nadila menggelengkan kepalanya "Ada kerperluan di sini kak"
Mahen mengangguk paham
"Kak Mahen kerja di sini?" Nadila bertanya
Dan Mahen mengangguk
"Wah hebat banget Kak Mahen bisa kerja di kantor sebesar ini"
Mahen yang dipuji hanya tersenyum.
"Iya, makasih atas pujiannya. Oh iya, kamu ke sini ada perlu sama siapa?"
Nadila hampir lupa jika di sini ada keperluan yang lebih penting
"Kak Mahen kenal sama Om— Maksudnya Pak Tama kan?"
"Kenal, kenapa?"
"Bisa anterin aku ke ruangannya nggak kak?" - Nadila
"Bisa, Emang kamu ada perlu apa sama beliau?" Mahen bertanya sekali lagi
"Ini, Aku disuruh antar makan siang buat Pak Tama"
Dan omongan Nadila membuat Mahen sedikit bingung
"Sebentar, Kamu mau anterin makan siang buat Pak Tama?"
Nadila mengangguk.
"Kamu ada hubungan apa sama dia?" — Mahen
Nadila terdiam sejenak, dia bingung ingin menjawab apa.
"Itu, aku kerja di rumahnya kak"
"Kerja di rumahnya? Ohh kamu disuruh jagain anaknya ya? Karena waktu itu aku sempet denger kalau Pak Tama cari pengasuh buat rawat anaknya"
Nadila hanya mengangguk
"Oke, ayo aku antar ke ruangannya"
"Eh nggak usah dianter kak, Kak Mahen kasih tahu aja arahnya ke mana, nanti aku sendiri yang ke sana" dan Nadila menolak
"Udah gapapa, ayo sekalian aku juga mau ketemu sama beliau"
Dan Nadila segera mengikuti arah Mahen
"Udah berapa lama kamu kerja di rumahnya Pak Tama?" — Mahen
"Baru dua hari ini sih kak."
"Emang nggak ganggu kegiatan kamu di kampus?" - Mahen
"Untuk saat ini sih nggak. Karena aku kan habis selesai KKn, sekarang lagi mau persiapan susun skripsi"
Mahen mengangguk mengerti
"Kamu kenapa bisa kerja sama beliau?"
"Aku lagi butuh uang sih kak"
"Buat?"
"Buat bayar keperluan kuliah"
"Tumben, karena setahu aku biaya kuliah kamu kan masih ditanggung sama orang tua kamu?"
"Iya sih, tapi ini karena kesalahan aku aja, jadi Aku mau usaha cari uang sendiri buat ganti uang kuliah yang aku pakai."
Mahen tertawa kecil
"Nadila, kamu ternyata masih bandel aja ya"
Nadila hanya tersenyum malu.
"Oh iya, Pak Tama itu temen kerjanya Kak Mahen kah?" Nadila bertanya
"Bukan, Pak Tama itu atasan aku" — Mahen
"Atasan?"
"Iya. Emang pak Tama nggak kasih tahu kamu? Beliau itu pengelola perusahaan ini."
'What? Gue pikir Om Tama itu cuma direktur biasa, ternyata dia juga yang kelola perusahaan ini'
"Dila, ini ruangan kerjanya Pak Tama. Kamu mau masuk dulu? Biar aku tunggu disini." - Mahen
"Kak Mahen aja masuk dulu, karena lebih penting" - Nadila.
"Udah nggak papa kamu aja dulu."
"Tapi kan—"
"Ekhem."
Nadila dan Mahen menatap ke sumber suara
"Pak Tama" Mahen menundukkan kepala setelah melihat Tama datang
"Kalian kenapa ada di depan ruangan saya?"
"Ah iya, tadi saya dihubungi bagian HRD, katanya beliau ingin membicarakan sesuatu dengan Pak Tama soal perekrutan karyawan baru"
Tama mengangguk "Baik, terimakasih. Kamu boleh kembali bekerja"
"Iya pak. Dila, aku balik kerja dulu ya" Mahen berpamitan juga dengan Nadila
Nadila mengangguk saja
Dan sekarang hanya ada Tama dan juga Nadila
"Ayo masuk." Tama menyuruh Nadila untuk masuk ke dalam ruangannya
"Eh om, udah disini aja. Kan aku cuma mau anterin makan siang buat om." ucap Nadila sembari menunjukkan tempat makan yang ada di tangannya
"Iya, Tapi tidak enak jika di sini, ayo." Tama langsung masuk kembali meninggalkan Nadila
Nadila segera ikut masuk ke ruang kerja milik Tama.
"Wah, ruang kerjanya Om Tama luas juga ya." Nadila tampak kagum
Tama hanya tersenyum tipis mendengar itu
"Kamu masak apa hari ini?" Tama bertanya
"Oh iya, katanya Yuda, Om Tama suka makan nasi goreng. Jadi aku buatin deh, karena juga ini resep paling simpel, takutnya om Tama tungguin aku terlalu lama nanti"
Tama mengangguk, lalu terduduk di sebelah Nadila "Sepertinya enak"
"Emang enak tahu om, tadi aja Yuda habis dua piring kok."
"Kamu ke kampus jam berapa?" Tama bertanya.
"Mungkin sekitar satu jam lagi, kenapa ya om?" Nadila kembali bertanya
"Mau temani saya makan?"
"Hah? Apa om?"
"Kamu mau menemani saya makan di sini?"
Nadila terdiam, dia cukup terkejut dengan permintaan Tama yang satu ini
"Nadila, Saya bicara sama kamu loh ini."
"Eh i-iya om, aku temani makan kok, Mau aku ambilin juga Nasinya?"
"Sekalian suapin saya juga boleh." — Tama
"Hah?!"
"Saya hanya bercanda, segitunya kaget" Tama
"Dasar om Tama, asal bunyi aja. Kalau gue baper gimana.." Nadila berguman
"Apa kamu sedang menyumpahi saya Nadila?" Dan sepertinya Tama mendengar
"Eh, nggak kok, mana ada Saya sumpahin Om"
"Tapi saya seperti mendengar kamu menyebut nama saya"
"Om, Itu nasinya keburu dingin. Nanti nggak enak dimakan" Nadila segera mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu malu
Tama masih menatap Nadila yang tengah menyiapkan makan siangnya di sebuah piring yang biasa dia pakai di kantor
Tak berselang lama, Tama tersenyum kecil.
***
Nadila sedang membereskan keperluan makan siang milik Tama, karena dia sudah selesai makan.
Nadila melihat jam yang bertengger di tangannya
Baru jam duabelas siang, dia harus menemui dosen nya sekitar jam satu, itu berarti masih ada waktu sekitar satu jam lagi.
"Nadila?"
"Iya om, Kenapa?"
"Kamu kenal dengan Mahendra" Tama bertanya
"Maksudnya Om Tama kak Mahen? Aku kenal sih om, karena kita dulu juga satu kampus, dia kakak tingkat aku"
Tama mengangguk paham.
"Tapi sepertinya kamu terlihat akrab dengan dia?" - Tama
"Sebenernya, kak Mahen itu mantan aku sih om."
"Oh ya?" Tama cukup terkejut dengan hal ini, namun sebisa mungkin dia harus tenang.
Nadila mengangguk
"Om, Ada yang bisa aku bantu lagi nggak? Aku mau ke kampus nih." Nadila.
"Tidak ada, silahkan jika kamu ingin berangkat"
"Oke om, aku permisi dulu" Nadila menggendong tas nya, lalu ingin keluar dari ruang kerja Tama.
"Nadila?" Namun tiba tiba Tama memanggilnya kembali
Nadila berbalik badan "Iya om?"
"Pulang dari kampus, Kamu ke rumah saya kan? Issya mencari kamu terus dari tadi pagi." - Tama
"Lihat waktu ya om. Tapi aku usahain ke rumah nanti." Nadila tersenyum, setelah itu langsung keluar ruangan.
Tama menghela nafas berat. Dia terlihat grogi jika bertemu dengan Nadila.
Sejujurnya, Tama sedikit tertarik dengan Nadila. Sebelum Nadila berada di rumahnya untuk melamar pekerjaan, Tama sudah diberitahu oleh sang adik terlebih dahulu, dan tak lupa Yuda mengirimkan foto Nadila agar Tama bisa melihat dan tahu siapa yang akan bekerja di rumahnya.
Maka dari itu, Tama tidak kaget kala Nadila pertama kali datang ke rumahnya, tapi dia harus bisa berpura pura untuk tidak tahu tujuan Nadila ke rumahnya.
Dan memang, Paras Nadila sangat cantik dan tidak berbeda dengan yang di foto, Badan mungil dan mata terlihat besar, membuat Tama terkesima melihatnya.
Namun untuk sekarang, dia belum bisa memastikan apakah itu perasaan jatuh cinta atau sekedar tertarik saja.
****
Nadila sudah berada di kampus
Dia langsung masuk ke kelas dan mendudukkan diri.
Walaupun dia telah selesai menjalankan KKN, kelas kuliah pun masih tetap ada, dan kebetulan dosen akan melakukan pembelajaran secara Offline.
"Anterin makan siangnya udah?" Yuda bertanya
"Udah"
"Lo nggak modusin abang gue kan?"
"Enak aja! Yang ada gue nih yang dimodusin sama abang lo!" - Nadila
"Ckckck, Kalau ngayal jangan ketinggian La. Nanti jatuh patah semua tulang lo." - Yuda terlihat tidak percaya dengan omongan sang sahabat
"Siapa yang ngayal sih, Orang kenyataannya gitu."
"Nanti gue tanya abang. Kalau lo bohong, gue gantung lo di pohon beringin." - Yuda
"Serah! Eh iya tadi di kantornya om Tama, gue ketemu sama mantan." - Nadila.
"Mantan? Mantan yang mana elah? Cowok di kampus ini kan mantan lo semua"
Nadila segera memukul lengan Yuda karena telah berbicara macam macam
"Eh tapi serius deh Yud. Gue ketemu mantan gue tadi."
"Siapa sih emang? Migael?"
"Bukan, Kak Mahen"
"Ohhh." Yuda hanya ber oh saja mendengar jawaban itu.
"Kok cuma oh doang sih?"
"Lah terus harus gimana?? Orang gue udah tahu dari dulu."
"Hah? Jadi lo udah tahu? Kenapa nggak kasih tahu gue sih!" — Nadila
"Ngapain juga kasih tahu lo! Orang udah mantan juga."
"Iya juga ya, lagian gue juga udah ada tambatan hati sih."
"Hah? Siapa?"
Nadila tidak menjawab, dia malah tersenyum malu.
"Lo stres apa gimana sih Dil?" - Yuda
"Yud, Kalau gue jadi kakak ipar lo. Lo setuju kan?" Dan tiba tiba saja Nadila berbicara seperti itu
Seketika Yuda segera paham dengan apa yang dibicarakan Nadila
"Jangan bilang lo......"
Nadila tersenyum sekali lagi ke arah Yuda.
"SI ANJ DEMENANNYA OM OM BERDUIT YA LO SEKARANG!"
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Weda Astuti
😆😆😆😆😆😆🤣
2020-08-15
0
Weda Astuti
😆😆😆😆😆 ngakak
2020-08-15
0
besse syahrani11
sakit perut baca ini 🤣🤣🤣
2020-07-31
5