Jadwal kuliah Nadila telah selesai, dia melihat jam yang berada di tangannya.
Baru pukul tiga sore
"Baru jam segini, tapi males banget pulang ke rumah"
Nadila berpikir akan ke mana dia hari ini. Karena dia juga membawa motor sendiri."
"Heh!"
"Apa?!" Nadila merasa sewot dengan Yuda hari ini
"Mau kemana lo?" Yuda bertanya
"Nggak tahu! Bingung gue, Kayaknya mau pulang aja." — Nadila
"Pulang? Emang lo nggak ada kerjaan apa di rumahnya bang Tama?" - Yuda
Nadila langsung teringat sesuatu ketika mendengar nama Tama.
"Eh iya njir, gue kan mau ke rumahnya om Tama" Nadila buru buru lari untuk mengambil motornya
"Malah ditinggal, dasar kampret!" Yuda segera menyusul Nadila
"Woy! Main tinggal aja" - Yuda
"Apa lagi sih Yud, Gue mau ke rumah om Tama nih, mau masakkin dia sama Issya."
"Lo mau ke rumah bang Tama kan? Yaudah kalau gitu bareng." - Yuda
"Maksudnya lo mau numpang gitu? Ogahhhhh"
"Gue nggak bawa kendaraan, dan gue mau obrolin sesuatu sama abang gue, ayolah"
"Ya naik gojek sana! Jangan bisanya cuma numpang!" ucap Nadila sembari memakai helm pink miliknya
"Lo nggak inget waktu itu Bang Tama paksa gue buat anterin lo pulang malem malem? Dasar nggak tahu terimakasih!"
Nadila menghela nafas kasar "Dasar pamrih, yaudah lo bonceng gue!"
"Nah gitu dong , itu baru namanya persahabatan bagai kepompong"
"Iya gue sahabatnya, lo ulat bulu nya. Cepetan!"
Dan akhirnya Yuda membonceng Nadila menggunakan motor matic pink milik sang sahabat
****
Yuda dan juga Nadila telah sampai di rumah Tama.
"Om Tama belum pulang apa gimana ya?Sepi banget ini rumah." - Nadila berguman
"Eh Dila, Lo serius?" Yuda tiba tiba bertanya
"Serius apa?"
"Serius kalau lo—"
"Tante Dila, om Yuda!"
Belum selesai Yuda berbicara, Tama datang bersama Issya
"Kalian udah dari tadi di sini?" Tama bertanya sembari menggandeng tangan sang buah hati
"Nggak kok om, kita baru aja sampai." Nadila mendekat, lalu menadahkan tangannya untuk mengambil tas milik Issya
"Motor lo kemana Yud? Kok nggak ada?" Tama bertanya
"Di bengkel bang, terpaksa gue bareng dia nih." — Yuda
"Wahh bener bener nggak tahu diri. Tahu gitu gue nggak mau kasih tumpangan" - Nadila.
"Yaudah masuk dulu, berantem terus kalian ini, nggak malu apa sama Issya"
Dan akhirnya mereka semua masuk ke dalam rumah.
.
.
.
Sekarang di ruang tengah hanya ada Tama dan juga Yuda
Sedangkan Nadila sedang memandikan Issya.
"Bang, mama cariin lo tuh. Katanya suruh ke sana " — Yuda memulai pembicaraan.
"Belum ada waktu, akhir akhir ini sibuk banget gue." - Tama
"Lo mah, kerjaan terus yang ada di otak lo. Kapan cari penggantinya mbak Hana?" - Yuda.
"Gue masih pengen sendiri Yud, belum kepikiran buat cari pengganti Hana" - Tana
"Bang, serius. Lo harus cari penggantinya Mbak Hana. Emang Nggak kasihan lo sama Issya?" - Yuda
"Iya gue tahu. Tapi gue masih belum kepikiran buat nikah lagi untuk sekarang."
"Iya bang gue juga tahu, Tapi seenggaknya lo harus mikirin Issya dan diri lo sendiri. Nggak bisa selamanya lo bisa urus Issya dan diri lo sendirian bang."
"Iyaa nanti gue pikirin lagi." - Tama
Taeil sedikit bingung dengan situasi seperti ini, apa yang dikatakan Yuda memang benar, Setidaknya Issya harus ada Ibu selagi usia nya masih kecil seperti ini, namun Tama belum ada niatan untuk menikah kembali untuk saat ini
Tapi jika seperti ini terus menerus, kasihan dengan Issya
.
.
.
Nadila sedang berada di dapur, karena hari menjelang malam, dia ingin menyiapkan makan malam untuk Tama dan Issya
"Tante Dila." Issya mendekat ke Nadila
"Kenapa sayang?"
"Issya bantuin tante masak ya, Boleh nggak?"
"Issya tunggu di ruang makan aja ya, sama om Yuda sama papa juga, Biar tante yang masak, oke?"
"Tapi Issya nggak ada temennya tan. Kalau sama tante Dila kan Issya bisa main"
Nadila tersenyum.
"Yaudah, nanti habis makan. Pasti tante Nadila temani Issya main. Tapi sekarang Issya makan dulu ya?"
"Siap tantee!!" Issya segera lari menyusul sang papa dan pamannya
"Lucu banget ya Issya, sayang banget dia kekurangan figur seorang Ibu, pasti dia sedih" Nadila berguman sejenak, lalu segera melanjutkan kegiatannya.
Dan di sisi lain, Tama tidak sengaja melihat kedekatan Nadila dan juga Issya di dapur
Tama merasa, jika Issya lebih bahagia setelah ada Nadila, karena sebelumnya sang anak tidak suka dan akan mengamuk jika ada pengasuh baru yang datang.
Namun kedatangan Nadila merubah semuanya, rumah yang setiap hari menciptakan keheningan, kini telah ramai karena kebahagiaan Issya dan ketelatenan Nadila dalam mengurusnya.
Tama juga ikut bahagia sekarang.
Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Tama cukup tertarik dengan Nadila, Nadila bisa membuat suasana rumah hidup, Nadila cantik dan pandai dalam segala hal
Nadila masuk dalam semua kriteria wanita idaman seorang Pratama Hutomo
Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hatinya, yaitu ketika melihat Nadila tersenyum.
Senyuman itu mengingatkan dia dengan mendiang sang istri, senyuman cantik, namun menyakitkan hatinya.
'Yang dikatakan Yuda ada benarnya, mungkin saya akan mencari Ibu sambung untuk Issya, apa saya mulai mencoba mendekati Nadila dari sekarang?'
.
.
.
"Wah, nggak nyangka gue kalau cabe cabean BKT bisa masak kayak gini." ucap Yuda sembari mengagumi masakan buatab Nadila
"Biasa aja, nggak usah norak gitu." - Nadila.
"Baru juga dipuji udah belagu" — Yuda
Nadila memutar bola matanya dengan malas.
Setelah selesai menyiapkan kebutuhan makan malam, Nadila ingin ke dapur untuk mengambil minuman. Namun dia melihat Tama yang baru saja datang dari kamar dan langsung terduduk di meja makan.
Nadila mendekat kembali, lalu segera mencegah tangan Tama yang ingin mengambil sesuatu di meja
Tama segera menatap Nadila
"Kenapa?"
"Maaf om, om kan tadi belum cuci tangan, Jadi kalau mau makan harus cuci tangan dulu."
"Tuh bang, dengerin emak ngomong.. Cuci tangan dulu, masa kalah sama Issya" - Yuda ikut mengompori
"Ah iya, Saya lupa."
Nadila tersenyum
"Yaudah, sekalian aku pamit pulang ya om. Udah malem juga soalnya, takut dicariin mama."
"Baru juga jam segini, Nggak mungkin banget tante Yuri cariin lo." — Yuda
"Apaan sih, nyaut aja jadi orang." - Nadila
"Kamu nggak ikut kita makan?" Tama bertanya.
"Nggak om, aku makan di rumah aja." - Nadila menolak secara halus.
"Kok tante Dila pulang?" Issya terlihat sedih melihat Nadila yang akan pulang sekarang
"Kan besok kita ketemu lagi." — Nadila
"Terus nanti Issya main sama siapa? Tante Dila kan janji hari ini mau temani Issya main"
"Kan ada om Yuda Sya, nih di sini" Yuda menawarkan diri
"Nggak mau! Om Yuda nggak seru." Issya meletakkan sendoknya, lalu segera berlari ke arah kamar dan menutup pintunya dengan keras
"Baru kali ini Issya nggak mau main sama gue. Lo kasih apaan sih La? Jampi jampi ya?" - Yuda
"Kalau kamu mau pulang, nggak papa pulang aja. Biar Issya saya yang urus." Tama mengizinkan Nadila untuk pulang ke rumah
"Beneran aku boleh pulang om? Kalau Issya ngambek kayak gitu, nggak papa biar aku tenangin dia dulu"
"Tidak perlu, jika dibiarkan seperti itu, Issya akan terbiasa, saya tidak mau dia marah marah tidak jelas hanya karena masalah sepele, kamu pulang saja"
"Ya-yaudah, kalau gitu aku permisi dulu ya om." Nadila segera keluar dari rumah Tama dan bergegas pulang.
"Issya udah segitu deketnya sama Dila bang?" Yuda bertanya dengan heran
"Ya lo lihat sendiri"
"Ya wajar sih Issya kayak gitu, Soalnya Nadila tuh seneng kalau ketemu anak anak. Jadi anak kecil pasti tahu kalau Nadila orangnya tulus" — Yuda
"Kok lo tahu?"
"Ya tahu lah, gue kenal Nadila itu bukan kemarin sore bang. Dia temen gue dari jaman SMP."
"Yaudah, gue mau susul Issya ke kamar dulu. Lo lanjut aja makannya" Tama segera menuju kamar Issya dan meninggalkan Yuda
Sementara itu, Issya masih tergulung dengan selimut.
Sepertinya Issya tengah kesal
Tama yang baru saja sampai segera mendekat ke arah sang anak
"Anak papa kenapa? Kok sekarang sering banget ngambeknya"
"Papa jahat!" — Issya
"Kok jahat? Emang papa salah apa?"
"Harusnya tadi papa nggak bolehin tante Nadila pulang! Kan Issya masih pengen main sama tante Dila." - Issya
Tama tersenyum, dia mengelus kepala Issya dengan lembut
"Tante Nadila hari ini sibuk, jadi nggak bisa temani Issya main" — Tama
"Tapi biasanya tante Dila nggak sibuk."
"Tante Dila kan juga harus belajar, sama kayak Issya. Kalau ada tugas gimana? Nanti kalau nggak dikerjain kan tante Dila dihukum sama gurunya"
Issya mendudukkan dirinya.
"Gitu ya pa?"
Tama mengangguk.
"Mau lanjut makan lagi?"
Issya menggelengkan kepalanya
"Papa?"
"Kenapa sayang?"
"Issya pengen tante Dila jadi mamanya Issya."
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Fitri Endang Murya
haha. anak udah minta bunda tuh teil 😀😀
2020-08-15
3
Cika🎀
lah anak gue minta emak🙄
2020-08-06
3