05. Keinginan Anak

Jadwal kuliah Nadila telah selesai, dia melihat jam yang berada di tangannya.

Baru pukul tiga sore

"Baru jam segini, tapi males banget pulang ke rumah"

Nadila berpikir akan ke mana dia hari ini. Karena dia juga membawa motor sendiri."

"Heh!"

"Apa?!" Nadila merasa sewot dengan Yuda hari ini

"Mau kemana lo?" Yuda bertanya

"Nggak tahu! Bingung gue, Kayaknya mau pulang aja." — Nadila

"Pulang? Emang lo nggak ada kerjaan apa di rumahnya bang Tama?" - Yuda

Nadila langsung teringat sesuatu ketika mendengar nama Tama.

"Eh iya njir, gue kan mau ke rumahnya om Tama" Nadila buru buru lari untuk mengambil motornya

"Malah ditinggal, dasar kampret!" Yuda segera menyusul Nadila

"Woy! Main tinggal aja" - Yuda

"Apa lagi sih Yud, Gue mau ke rumah om Tama nih, mau masakkin dia sama Issya."

"Lo mau ke rumah bang Tama kan? Yaudah kalau gitu bareng." - Yuda

"Maksudnya lo mau numpang gitu? Ogahhhhh"

"Gue nggak bawa kendaraan, dan gue mau obrolin sesuatu sama abang gue, ayolah"

"Ya naik gojek sana! Jangan bisanya cuma numpang!" ucap Nadila sembari memakai helm pink miliknya

"Lo nggak inget waktu itu Bang Tama paksa gue buat anterin lo pulang malem malem? Dasar nggak tahu terimakasih!"

Nadila menghela nafas kasar "Dasar pamrih, yaudah lo bonceng gue!"

"Nah gitu dong , itu baru namanya persahabatan bagai kepompong"

"Iya gue sahabatnya, lo ulat bulu nya. Cepetan!"

Dan akhirnya Yuda membonceng Nadila menggunakan motor matic pink milik sang sahabat

****

Yuda dan juga Nadila telah sampai di rumah Tama.

"Om Tama belum pulang apa gimana ya?Sepi banget ini rumah." - Nadila berguman

"Eh Dila, Lo serius?" Yuda tiba tiba bertanya

"Serius apa?"

"Serius kalau lo—"

"Tante Dila, om Yuda!"

Belum selesai Yuda berbicara, Tama datang bersama Issya

"Kalian udah dari tadi di sini?" Tama bertanya sembari menggandeng tangan sang buah hati

"Nggak kok om, kita baru aja sampai." Nadila mendekat, lalu menadahkan tangannya untuk mengambil tas milik Issya

"Motor lo kemana Yud? Kok nggak ada?" Tama bertanya

"Di bengkel bang, terpaksa gue bareng dia nih." — Yuda

"Wahh bener bener nggak tahu diri. Tahu gitu gue nggak mau kasih tumpangan" - Nadila.

"Yaudah masuk dulu, berantem terus kalian ini, nggak malu apa sama Issya"

Dan akhirnya mereka semua masuk ke dalam rumah.

.

.

.

Sekarang di ruang tengah hanya ada Tama dan juga Yuda

Sedangkan Nadila sedang memandikan Issya.

"Bang, mama cariin lo tuh. Katanya suruh ke sana " — Yuda memulai pembicaraan.

"Belum ada waktu, akhir akhir ini sibuk banget gue." - Tama

"Lo mah, kerjaan terus yang ada di otak lo. Kapan cari penggantinya mbak Hana?" - Yuda.

"Gue masih pengen sendiri Yud, belum kepikiran buat cari pengganti Hana" - Tana

"Bang, serius. Lo harus cari penggantinya Mbak Hana. Emang Nggak kasihan lo sama Issya?" - Yuda

"Iya gue tahu. Tapi gue masih belum kepikiran buat nikah lagi untuk sekarang."

"Iya bang gue juga tahu, Tapi seenggaknya lo harus mikirin Issya dan diri lo sendiri. Nggak bisa selamanya lo bisa urus Issya dan diri lo sendirian bang."

"Iyaa nanti gue pikirin lagi." - Tama

Taeil sedikit bingung dengan situasi seperti ini, apa yang dikatakan Yuda memang benar, Setidaknya Issya harus ada Ibu selagi usia nya masih kecil seperti ini, namun Tama belum ada niatan untuk menikah kembali untuk saat ini

Tapi jika seperti ini terus menerus, kasihan dengan Issya

.

.

.

Nadila sedang berada di dapur, karena hari menjelang malam, dia ingin menyiapkan makan malam untuk Tama dan Issya

"Tante Dila." Issya mendekat ke Nadila

"Kenapa sayang?"

"Issya bantuin tante masak ya, Boleh nggak?"

"Issya tunggu di ruang makan aja ya, sama om Yuda sama papa juga, Biar tante yang masak, oke?"

"Tapi Issya nggak ada temennya tan. Kalau sama tante Dila kan Issya bisa main"

Nadila tersenyum.

"Yaudah, nanti habis makan. Pasti tante Nadila temani Issya main. Tapi sekarang Issya makan dulu ya?"

"Siap tantee!!" Issya segera lari menyusul sang papa dan pamannya

"Lucu banget ya Issya, sayang banget dia kekurangan figur seorang Ibu, pasti dia sedih" Nadila berguman sejenak, lalu segera melanjutkan kegiatannya.

Dan di sisi lain, Tama tidak sengaja melihat kedekatan Nadila dan juga Issya di dapur

Tama merasa, jika Issya lebih bahagia setelah ada Nadila, karena sebelumnya sang anak tidak suka dan akan mengamuk jika ada pengasuh baru yang datang.

Namun kedatangan Nadila merubah semuanya, rumah yang setiap hari menciptakan keheningan, kini telah ramai karena kebahagiaan Issya dan ketelatenan Nadila dalam mengurusnya.

Tama juga ikut bahagia sekarang.

Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Tama cukup tertarik dengan Nadila, Nadila bisa membuat suasana rumah hidup, Nadila cantik dan pandai dalam segala hal

Nadila masuk dalam semua kriteria wanita idaman seorang Pratama Hutomo

Namun ada satu hal yang masih mengganjal di hatinya, yaitu ketika melihat Nadila tersenyum.

Senyuman itu mengingatkan dia dengan mendiang sang istri, senyuman cantik, namun menyakitkan hatinya.

'Yang dikatakan Yuda ada benarnya, mungkin saya akan mencari Ibu sambung untuk Issya, apa saya mulai mencoba mendekati Nadila dari sekarang?'

.

.

.

"Wah, nggak nyangka gue kalau cabe cabean BKT bisa masak kayak gini." ucap Yuda sembari mengagumi masakan buatab Nadila

"Biasa aja, nggak usah norak gitu." - Nadila.

"Baru juga dipuji udah belagu" — Yuda

Nadila memutar bola matanya dengan malas.

Setelah selesai menyiapkan kebutuhan makan malam, Nadila ingin ke dapur untuk mengambil minuman. Namun dia melihat Tama yang baru saja datang dari kamar dan langsung terduduk di meja makan.

Nadila mendekat kembali, lalu segera mencegah tangan Tama yang ingin mengambil sesuatu di meja

Tama segera menatap Nadila

"Kenapa?"

"Maaf om, om kan tadi belum cuci tangan, Jadi kalau mau makan harus cuci tangan dulu."

"Tuh bang, dengerin emak ngomong.. Cuci tangan dulu, masa kalah sama Issya" - Yuda ikut mengompori

"Ah iya, Saya lupa."

Nadila tersenyum

"Yaudah, sekalian aku pamit pulang ya om. Udah malem juga soalnya, takut dicariin mama."

"Baru juga jam segini, Nggak mungkin banget tante Yuri cariin lo."  — Yuda

"Apaan sih, nyaut aja jadi orang." - Nadila

"Kamu nggak ikut kita makan?" Tama bertanya.

"Nggak om, aku makan di rumah aja." - Nadila menolak secara halus.

"Kok tante Dila pulang?" Issya terlihat sedih melihat Nadila yang akan pulang sekarang

"Kan besok kita ketemu lagi." — Nadila

"Terus nanti Issya main sama siapa? Tante Dila kan janji hari ini mau temani Issya main"

"Kan ada om Yuda Sya, nih di sini" Yuda menawarkan diri

"Nggak mau! Om Yuda nggak seru." Issya meletakkan sendoknya, lalu segera berlari ke arah kamar dan menutup pintunya dengan keras

"Baru kali ini Issya nggak mau main sama gue. Lo kasih apaan sih La? Jampi jampi ya?" - Yuda

"Kalau kamu mau pulang, nggak papa pulang aja. Biar Issya saya yang urus." Tama mengizinkan Nadila untuk pulang ke rumah

"Beneran aku boleh pulang om? Kalau Issya ngambek kayak gitu, nggak papa biar aku tenangin dia dulu"

"Tidak perlu, jika dibiarkan seperti itu, Issya akan terbiasa, saya tidak mau dia marah marah tidak jelas hanya karena masalah sepele, kamu pulang saja"

"Ya-yaudah, kalau gitu aku permisi dulu ya om." Nadila segera keluar dari rumah Tama dan bergegas pulang.

"Issya udah segitu deketnya sama Dila bang?" Yuda bertanya dengan heran

"Ya lo lihat sendiri"

"Ya wajar sih Issya kayak gitu, Soalnya Nadila tuh seneng kalau ketemu anak anak. Jadi anak kecil pasti tahu kalau Nadila orangnya tulus" — Yuda

"Kok lo tahu?"

"Ya tahu lah, gue kenal Nadila itu bukan kemarin sore bang. Dia temen gue dari jaman SMP."

"Yaudah, gue mau susul Issya ke kamar dulu. Lo lanjut aja makannya" Tama segera menuju kamar Issya dan meninggalkan Yuda

Sementara itu, Issya masih tergulung dengan selimut.

Sepertinya Issya tengah kesal

Tama yang baru saja sampai segera mendekat ke arah sang anak

"Anak papa kenapa? Kok sekarang sering banget ngambeknya"

"Papa jahat!" — Issya

"Kok jahat? Emang papa salah apa?"

"Harusnya tadi papa nggak bolehin tante Nadila pulang! Kan Issya masih pengen main sama tante Dila." - Issya

Tama tersenyum, dia mengelus kepala Issya dengan lembut

"Tante Nadila hari ini sibuk, jadi nggak bisa temani Issya main" — Tama

"Tapi biasanya tante Dila nggak sibuk."

"Tante Dila kan juga harus belajar, sama kayak Issya. Kalau ada tugas gimana? Nanti kalau nggak dikerjain kan tante Dila dihukum sama gurunya"

Issya mendudukkan dirinya.

"Gitu ya pa?"

Tama mengangguk.

"Mau lanjut makan lagi?"

Issya menggelengkan kepalanya

"Papa?"

"Kenapa sayang?"

"Issya pengen tante Dila jadi mamanya Issya."

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Fitri Endang Murya

Fitri Endang Murya

haha. anak udah minta bunda tuh teil 😀😀

2020-08-15

3

Cika🎀

Cika🎀

lah anak gue minta emak🙄

2020-08-06

3

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Bertemu
2 02. Mulai saling mengenal
3 03. Permintaan sang Tuan
4 04. Mulai tertarik?
5 05. Keinginan Anak
6 06. Mulai terang terangan
7 07. Jatuh cinta itu sakit
8 08. Terdengar sakit
9 09. Isi hati Nadila
10 10. Memperjelas hubungan
11 11. Effort
12 12. Pertengkaran
13 13. Akhirnya
14 14. Nadila sakit
15 15. Mulai berani
16 16. Rumit
17 17. Berkenalan dengan adik ipar
18 18. Tabrak lari
19 19. Kemarahan Pratama
20 20. Pertengkaran (Lagi)
21 21. Kebersamaan
22 22. Insiden
23 23. Kemarahan Tama
24 24. Finally
25 25. Terhalang Restu
26 26. Syarat yang cukup berat
27 27. SAH
28 28. Kenyataan yang baru terungkap
29 29. Cinta pertama Pratama
30 30. Mulai ada konflik
31 31. Hamil?
32 32. Tama Ngidam
33 33. Gejolak Batin
34 34. Sakit hatinya seorang anak
35 35. Mahendra berulah
36 36. Nadila Melahirkan
37 37. Luka yang terbuka
38 38. Keinginan seorang suami
39 39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40 40. Insecure
41 41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42 42. Jalan Tengah
43 43. Jalan hidup Issya
44 44. Sisi lain seorang Pratama
45 45. Titik terang
46 46. Rahasia Pratama
47 47. Nadila tahu
48 48. Merasa kecewa
49 49. Tama kelimpungan
50 50. Kesalahan berpikir
51 51. Mimpi apa?
52 52. Setelah sekian lama
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90 [Last Chapter]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Awal Bertemu
2
02. Mulai saling mengenal
3
03. Permintaan sang Tuan
4
04. Mulai tertarik?
5
05. Keinginan Anak
6
06. Mulai terang terangan
7
07. Jatuh cinta itu sakit
8
08. Terdengar sakit
9
09. Isi hati Nadila
10
10. Memperjelas hubungan
11
11. Effort
12
12. Pertengkaran
13
13. Akhirnya
14
14. Nadila sakit
15
15. Mulai berani
16
16. Rumit
17
17. Berkenalan dengan adik ipar
18
18. Tabrak lari
19
19. Kemarahan Pratama
20
20. Pertengkaran (Lagi)
21
21. Kebersamaan
22
22. Insiden
23
23. Kemarahan Tama
24
24. Finally
25
25. Terhalang Restu
26
26. Syarat yang cukup berat
27
27. SAH
28
28. Kenyataan yang baru terungkap
29
29. Cinta pertama Pratama
30
30. Mulai ada konflik
31
31. Hamil?
32
32. Tama Ngidam
33
33. Gejolak Batin
34
34. Sakit hatinya seorang anak
35
35. Mahendra berulah
36
36. Nadila Melahirkan
37
37. Luka yang terbuka
38
38. Keinginan seorang suami
39
39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40
40. Insecure
41
41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42
42. Jalan Tengah
43
43. Jalan hidup Issya
44
44. Sisi lain seorang Pratama
45
45. Titik terang
46
46. Rahasia Pratama
47
47. Nadila tahu
48
48. Merasa kecewa
49
49. Tama kelimpungan
50
50. Kesalahan berpikir
51
51. Mimpi apa?
52
52. Setelah sekian lama
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90 [Last Chapter]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!