07. Jatuh cinta itu sakit

Nadila sedang merutuki dirinya sendiri, Bisa bisanya dia berbicara seperti itu ke Tama? Pasti dia sangat malu.

Tapi, tidak bisa dipungkiri, Nadila memang tertarik dengan majikannya itu

Menurut Nadila, Tama adalah definisi suami idaman.

Tampan, berwibawa, kaya raya dan sangat menyayangi anaknya.

Perempuan mana yang bisa menolak pesona seorang Tama Hutomo?

"Hachii!!!" Dan Nadila bersin untuk kesekian kalinya 

"Duhh ini hidung gatel banget." Nadila menggosok gosok hidungnya menggunakan tangan

"Nadila." tak berselang lama, Tama memanggil

"Kenapa om?" Nadila menjawab sembari mengalihkan pandangan, dia tidak ingin menatap Tama

"Saya ada di sini Nadila, bukan di bawah. Tidak sopan kamu kepada majikan"

"Duh om, aku itu lagi masak. Om Tama kan lihat sendiri kalau aku potongin sayur, nanti kalau kena tangan gimana?"

Sepertinya hanya Nadila yang berani dengan orang seperti Tama.

Taeil mendekat ke Nadila

"Usia kamu berapa?" tiba tiba saja Tama bertanya usia Nadila.

"Kenapa emang om?"

"Kamu cukup menjawab saja Nadila, jangan kembali bertanya" Tama agak memaksa

"Umur aku baru 22 om"

Tama mengangguk paham.

"Usia saya di atas kamu"

"Ya Terus?" - Nadila

"Kalau dihitung hitung itu, jarak usia saya dengan usia kamu tidak terlalu jauh, mungkin sekitar sepuluh tahunan"

'Ini orang kenapa sih, dari tadi pembicaraannya tuh agak lain'

"Sepuluh tahun itu ya jauh banget sih om, ibarat saya keponakan, om nya itu paman"

"Hmm, tapi jika itu sudah menyangkut hati, bukannya tidak perlu memandang semua itu?"

Nadila semakin tidak mengerti apa yang dibicarakan Tama. Dia meletakkan pisaunya, lalu menatap Tama.

"Ya terus kenapa om? Om tanya gitu emang mau nikah lagi?"

"Mungkin seperti itu"

"Terus? Om suruh aku cari calon istri buat om gitu?" - Nadila masih belum peka ternyata

"Tidak, saya tidak akan menyuruh kamu untuk mencarikan saya istri, karena saya sudah menemukannya" Tama berucap sembari menatap Nadila yang berharap peka.

'Hm, kayaknya gue harus mundur'

"Kamu kenapa?"

"Hah? Emang aku kenapa?"

"Kamu ditanya malah tanya balik."

Nadila menyengir.

"Ah iya, saya ingin tanya sesuatu."

"Tanya apa om?"

"Apa Kamu masih belum bisa melupakan Mahen?" tanya Tama tanpa basa basi

"Ya perlahan lahan udah bisa lupa kok om, Lagian buat apa juga inget inget masa lalu, Mantan mah mantan aja." Nadila berbicara sembari mengupas bawang

"Tapi yang saya dengar, Kamu berhubungan dengan Mahen dalam waktu yang lama?"

"Ya sekalipun itu lama kalau bukan jodohnya buat apa sih om dipertahankan. Ya kan?"

Tama menatap Nadila

"Nadila?"

"Iya om, Kenapa?"

Tama meletakkan pisau Nadila kembali, dan segera menarik Nadila ke hadapannya

"Saya tertarik dengan kamu."

DEG!

Dan seketika jantung Nadila seperti berhenti berdetak, karena ini sangat tiba tiba

"Om?"

"Akhir akhir ini, saya memikirkan kamu terus menerus, Nadila"

"Hah?"

"Seperti yang Issya bicarakan tadi pagi, itu memang benar. Issya ingin kamu menjadi ibu sambungnya"

"...."

"Tapi saya tidak ingin terburu buru mengambil keputusan, harus ada tahapannya"

"Om aku—"

"Jika boleh, saya ingin mengenal kamu lebih jauh sebagai calon ibunya Issya, bukan sebagai pengasuhnya"

Nadila terdiam, dia sangat terkejut dengan hal ini. Nadila bingung harus merespon seperti apa.

*****

Setelah selesai memasak dan mempersiapkan makan siang, Nadila kembali ke dapur untuk bersih bersih.

Sekarang Nadila sedang mencuci piring dan juga wadah lain.

Tapi sedari tadi, Nadila melamun. Nadila masih tidak menyangka dengan apa yang dibicarakan Tama, yang mengajak dirinya menikah

Bahkan Nadila belum satu bulan bekerja di tempat ini.

Nadila berbalik, dia berniat ingin meletakkan tempat tempat yang sudah dicuci tersebut ke asalnya

Pyar!

Namun tiba tiba salah satu piring yang ada di tangannya pecah.

Karena ketika Nadila membalik badannya, Tama berada tepat di belakang, dan itu membuat Nadila terkejut.

"Astaga maaf om nggak sengaja. Aku kaget om Tama ada di depan aku." Nadila berjongkok, lalu segera memunguti pecahan tersebut agar tidak mengenai Tama.

"Saya yang harusnya minta maaf. Biar saya yang mengurus ini, lanjutkan pekerjaan kamu"

"Nggak papa om, biar aku aja, nanti- aw!" Dan belum selesai berbicara, telunjuk Nadila tergores pecahan piring tersebut.

"Saya sudah bilang akan mengurus ini, tapi kamu kenapa terlihat ngeyel sih?" Dan Tama terlihat kesal dengan sifat Nadila yang keras kepala.

"Ma-maaf om, Ini kan udah jadi tugas aku."

"Kamu tunggu di ruang tengah"

"Tapi kan om-"

"Tunggu di ruang tengah, Nadila"

Dan akhirnya, mau tidak mau Nadila beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Tama

.

.

.

.

Sekarang Tama dan Nadila tengah berada di ruang tengah, Tama ingin mengobati jari Nadila yang terkena serpihan piring.

"Mana tangan kamu."

"Om, biar aku aja yang obatin tangan aku."

"Tangan kamu mana?"

Mau tidak mau, Nadila menunjukkan jarinya yang terkena serpihan tersebut.

Tama melihat luka pada jari Nadila yang masih mengeluarkan darah.

Tama membersihkan jari Nadila, lalu segera memakaikan plester agar tidak infeksi

"Lain kali hati hati, jangan ceroboh lagi." — Tama

"Ya kan gara gara situ, saya jadi kayak gini" guman Nadila lirih, tetapi Tama mendengar

"Jangan terlalu banyak membatin"

"Iya om maaf." - Nadila

Tama tersenyum tipis.

"Yaudah aku mau ngelanjutin kerja dulu."  Nadila berdiri, dia ingin kembali ke dapur

Tapi tiba tiba tangan Tama menahannya

"Om, lepasin tangannya, ini aku mau ke dapur dulu. Mau lanjut masak"

Tama berdiri dengan posisi menahan tangan Nadila, dan dengan segera dia memeluk perempuan yang kini tengah membingungkan hatinya.

"Om!"

"Sudah lama saya tidak merasakan pelukan hangat seperti ini.." Lirih Tana

"......"

"Kamu perempuan kedua yang membuat saya nyaman, setelah ibu saya"

'Ibu? Apa Om Tama nggak pernah merasa nyaman sama istrinya?'

"Om?"

"Hm?"

"Apa om Tama kira aku ini mirip mendiang istrinya Om?"

Tama terdiam sejenak, dia bingung untuk menjawab apa.

"Kalau om Tama mau jadiin aku ibu sambungnya Issya karena hal itu, maaf aku nggak mau"

Tama melepaskan pelukannya perlahan, lalu menatap Nadila.

"Nadila—"

"Aku nggak mau Om Tama lihat aku sebagai orang lain, karena aku sama istrinya om beda."

Tama masih menatap Nadila, lalu menyentuh kedua bahunya.

"Jika saya melupakan Hana, apa pandangan kamu berubah?"

"Om Tama—"

Tepat setelah itu, Tama menarik Nadila dan memberikan ciuman di bibir.

Nadila terperanjat, dia terkejut dengan apa yang dilakukan Tama.

Tama yang melihat Nadila tidak merespon apa apa, melumat bibirnya dengan lembut. Entah apa yang dia lakukan saat ini.

Nadila masih terdiam, dia tidak tahu harus berbuat apa, semuanya secara tiba tiba.

'Nggak bisa kayak gini, ini udah salah'

Nadila yang sadar ini salah, segera melepas paksa bibirnya dari bibir Tama.

Nadila tidak berbicara apapun, dia ingin meninggalkan Tama.

Namun Tama menahannya.

"Tolong bantu saya untuk belajar mencintai kamu."

Nadila hanya menatap Tama, lalu menepis tangan Tama dan segera pergi.

Tama menghela nafas dengan kasar, sepertinya cara yang dia lakukan adalah salah.

Sementara itu, Nadila terduduk di teras depan, Dia menghela nafas dengan berat.

Dan diam diam, Nadila menangis.

'Bukan ini yang gue mau'

Nadila sesenggukan, dia merasa kehilangan jati diri sekarang. Dia merasa bahwa Tama telah mempermainkannya.

Nadila masih menangis, Dan tak berselang lama ada sebuah tangan yang memberikan tisu

Nadila mendongakkan kepalanya.

"Nggak usah nangis, gue nggak suka lihat lo nangis" Dan ternyata orang itu adalah Yuda.

Nadila segera mengusap air matanya, dan mengambil tisu dari tangan Yuda.

"Lo balik aja ke rumah, nggak usah kerja di sini lagi mulai sekarang"

"...."

"Maaf kalau abang gue buat lo sakit"

Nadila hanya terdiam, dia masih menetralisir perasaannya.

"Gue anter pulang" Yuda menawarkan diri untuk mengantar Nadila pulang

Nadila menggelengkan kepalanya "Kerjaan gue belum selesai, gue nggak papa"

"Lo pilih pulang atau lo lihat gue hajar Bang Tama?" — Yuda

"Yuda"

"Jangan jatuh cinta sama Tama, dia itu bajingan Dil."

Nadila hanya terdiam, entah dia harus berbuat apa sekarang.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Yuni Setyawan

Yuni Setyawan

AQ ma suami 16 tahun malah🤣🤣🤣

2024-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Bertemu
2 02. Mulai saling mengenal
3 03. Permintaan sang Tuan
4 04. Mulai tertarik?
5 05. Keinginan Anak
6 06. Mulai terang terangan
7 07. Jatuh cinta itu sakit
8 08. Terdengar sakit
9 09. Isi hati Nadila
10 10. Memperjelas hubungan
11 11. Effort
12 12. Pertengkaran
13 13. Akhirnya
14 14. Nadila sakit
15 15. Mulai berani
16 16. Rumit
17 17. Berkenalan dengan adik ipar
18 18. Tabrak lari
19 19. Kemarahan Pratama
20 20. Pertengkaran (Lagi)
21 21. Kebersamaan
22 22. Insiden
23 23. Kemarahan Tama
24 24. Finally
25 25. Terhalang Restu
26 26. Syarat yang cukup berat
27 27. SAH
28 28. Kenyataan yang baru terungkap
29 29. Cinta pertama Pratama
30 30. Mulai ada konflik
31 31. Hamil?
32 32. Tama Ngidam
33 33. Gejolak Batin
34 34. Sakit hatinya seorang anak
35 35. Mahendra berulah
36 36. Nadila Melahirkan
37 37. Luka yang terbuka
38 38. Keinginan seorang suami
39 39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40 40. Insecure
41 41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42 42. Jalan Tengah
43 43. Jalan hidup Issya
44 44. Sisi lain seorang Pratama
45 45. Titik terang
46 46. Rahasia Pratama
47 47. Nadila tahu
48 48. Merasa kecewa
49 49. Tama kelimpungan
50 50. Kesalahan berpikir
51 51. Mimpi apa?
52 52. Setelah sekian lama
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90 [Last Chapter]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Awal Bertemu
2
02. Mulai saling mengenal
3
03. Permintaan sang Tuan
4
04. Mulai tertarik?
5
05. Keinginan Anak
6
06. Mulai terang terangan
7
07. Jatuh cinta itu sakit
8
08. Terdengar sakit
9
09. Isi hati Nadila
10
10. Memperjelas hubungan
11
11. Effort
12
12. Pertengkaran
13
13. Akhirnya
14
14. Nadila sakit
15
15. Mulai berani
16
16. Rumit
17
17. Berkenalan dengan adik ipar
18
18. Tabrak lari
19
19. Kemarahan Pratama
20
20. Pertengkaran (Lagi)
21
21. Kebersamaan
22
22. Insiden
23
23. Kemarahan Tama
24
24. Finally
25
25. Terhalang Restu
26
26. Syarat yang cukup berat
27
27. SAH
28
28. Kenyataan yang baru terungkap
29
29. Cinta pertama Pratama
30
30. Mulai ada konflik
31
31. Hamil?
32
32. Tama Ngidam
33
33. Gejolak Batin
34
34. Sakit hatinya seorang anak
35
35. Mahendra berulah
36
36. Nadila Melahirkan
37
37. Luka yang terbuka
38
38. Keinginan seorang suami
39
39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40
40. Insecure
41
41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42
42. Jalan Tengah
43
43. Jalan hidup Issya
44
44. Sisi lain seorang Pratama
45
45. Titik terang
46
46. Rahasia Pratama
47
47. Nadila tahu
48
48. Merasa kecewa
49
49. Tama kelimpungan
50
50. Kesalahan berpikir
51
51. Mimpi apa?
52
52. Setelah sekian lama
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90 [Last Chapter]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!