13. Akhirnya

"Bang Dani, apa kabar?" ternyata Dani yang berada di tempat itu.

Dani tidak menjawab, dia berjalan cepat

"Dek, ayo pulang." Dani menarik tangan sang adik agar menjauh dari Mahendra

"Kak Dani kok bisa ada di sini?" Nadila merasa heran, karena dia tidak mengatakan kepada Dani agar dijemput.

Bukannya menjawab, Dani menatap Mahendra dengan tajam "Kenapa lo masih ganggu adik gue, brengsek?"

"Sorry bang, gue cuma pengen anterin Nadila pulang aja" — Mahendra

"Alasan!"

"Beneran gue mau anterin Nadila pulang, gue juga mau ngobrol berdua, karena gue masih sayang sama dia" — Mahendra

Mendengar kata itu, rahang Dani mengeras, dia melepas genggaman tangannya, dan segera mencengkeram kemeja Mahendra

"Sampah kayak lo, nggak pantes bilang kayak gitu. Ke mana selama lo masih ada hubungan sama Nadila? Kenapa baru sekarang lo bersuara?" Dani berucap sembari mengeratkan cengkeramannya

"Kak Dani, udah" Nadila berusaha mencegah sang kakak agar tidak semakin emosi.

"Bang, gue bisa jelasin semuanya, ada salah paham"

"DENGERIN APA LAGI?! Nggak ada kapoknya lo gue lihat lihat, dulu lo yang tinggalin, sekarang lo malah yang ngejar, mau lo apa, bajingan!" — Dani

"Bang Dani, gue emang sempat berpikiran kalau Nadila itu bayangan masa lalu gue, tapi untuk sekarang, gue janji bakalan anggap Nadila sebagai orang yang gue sayang, gue—"

"Bacot!"

Bugh!

Satu pukulan mendarat di rahang Mahendra

"KAK DANI!" Nadila sangat terkejut karena sang kakak melakukan kekerasan kepada Mahendra.

"Kenapa? Mau bela dia? Masih belum sadar kamu?"

"Nggak kak, Ila nggak bela dia, tapi ini udah malem dan di pinggir jalan, ayo kita pulang aja" Nadila menenangkan sang kakak

Dani menghela nafas dengan kasar, lalu menatap Tajam Mahendra yang tengah terduduk

"Kalau sampai gue tahu lo paksa adik gue lagi, beneran mati di tangan gue lo!"

Dani segera membawa Nadila masuk ke dalam mobilnya

Mahendra menatap kepergian mobil Dani, dia mengepalkan tangannya dengan erat.

"Kalau Nadila nggak bisa jadi milik gue, orang lain pun nggak akan bisa.." Mahendra semakin mengeratkan kepalannya.

Sepertinya dia akan berbuat sesuatu yang buruk.

***

Dani dan juga Nadila telah sampai rumah. Mereka memang tinggal sendirian, karena sang Ibu tangah menyusul sang ayah yang sedang berada di luar negeri karena pekerjaan

"Kenapa kamu masih mau ketemuan sama dia? Kamu masih cinta?" Dani mengintrogasi sang adik

"Tadi nggak sengaja ketemu kak, Kak Mahen sendiri yang dateng" Nadila menjawab dengan sedikit takut

Dani menghela nafas dengan kasar "Mulai besok, kamu kakak antar jemput!"

"Kak kok-"

"Nggak ada bantahan! Kamu pilih kakak yang antar jemput, atau kakak bilang ke Bang Tama sekalian?"

Nadila terdiam, dia tidak ingin Tama tahu soal tadi, karena pasti akan tambah panas

"Kamu ada hubungan apa sama abangnya Yuda?" Dani bertanya tiba tiba.

"Nggak ada hubungan apa apa."

"Kamu pikir kakak ini bodoh apa?"

"...."

"Kamu pikir kakak nggak tahu apa yang kalian lakuin di kamar waktu itu?"

Ucapan Dani membuat Nadila menatap dengan terkejut.

"Kamu nggak ada laki laki lain dek?" Dani bertanya namun kali ini lebih lembut.

"Kak Dani nggak setuju kalau aku pacaran sama Om Tama?"

Dani menghela nafas "Bukan nggak setuju, tapi abangnya Yuda kan udah punya anak. Kamu emang sanggup ikut rawat Issya nanti?"

"...."

"Rumor Bang Tama pacaran sama kamu udah kesebar loh, apalagi kamu masih muda, kakak takut kamu nanti malah yang kena sama media" — Dani

"Kenapa Sampai ke media?"

"Pratama Hutomo itu pebisnis besar dek, mau berita apapun, pasti media cepet temuinnya"

Nadila menghela nafas

"Nadila sayang sama Om Tama kak"

"Sayang karena kalian udah terikat?"

Nadila menggelengkan kepalanya "Ila sama Om Tama nggak pernah melakukan sampai tahap kayak gitu kak, Ila berani sumpah"

"Terus waktu di kamar kamu?"

"Cuma melakukan hal kecil"

Dani menghela nafas kembali "Pikir baik baik lagi, kakak nggak mau kamu salah ambil langkah, lagian papa juga belum tentu setuju kalau kamu pacaran sama orang yang usianya jauh di atas kamu"

Nadila hanya mengangguk, dia mencengkeram tasnya dengan kuat

'Apa gue harus bener bener putus sama Om Tama?'

Skip<<

Nadila telah sampai rumah Tama, dan dia benar benar diantar oleh Dani.

"Inget ya, nanti kalau mau pulang telfon kakak, atau suruh anter Yuda. Awas kamu kalau ketemu si brengsek itu lagi." Dani memperingatkan

"Iya kak Dani" Nadila segera keluar dari mobil Dani

"Mama Dila!" Dan ternyata Issya tengah menunggu di teras depan bersama Tama.

"Selamat pagi kesayangan mama!" Nadila mendekat, lalu segera memeluk Issya

"Mama Dila hari ini antar Om Dani ya?"

Nadila mengangguk "Iya. Hari ini mama diantar Om Dani."

Nadila melirik Tama sejenak

"Pagi om" Nadila terlihat menyapa, namun tidak seperti biasanya. Terkesan datar

"Dila, saya ingin—"

"Issya udah sarapan belum?" Nadila bertanya.

"Belum, Issya mau tungguin mama aja biar bisa sarapan bareng" 

"Yaudah, sekarang mama buatin sarapan ayo, nanti kita makan bareng"

Nadila segera menuntun Issya agar masuk ke rumah, meninggalkan Tama yang sedari tadi hanya terdiam karena diabaikan oleh Nadila.

Tama menghela nafas, lalu mengacak rambutnya, dia benar benar menyesal telah mengatakan hal yang buruk seperti itu kepada Nadila.

.

.

.

Setelah membuat sarapan, Nadila tengah menyuapi Issya. Issya memang sedikit manja jika dengan Nadila. Mungkin dia merasakan disayang oleh ibu.

Dan tak lama kemudian, Tama datang

"Dila, kamu siapkan baju untuk Issya bawa"

"Emang issya mau ke mana?" Nadila bertanya

"Hari ini Issya akan menginap di rumah orang tua saya"

Nadila hanya mengangguk, lalu segera ke kamar Issya untuk menyiapkan keperluannya.

"Papa, Mama Dila ikut ke rumah oma kan?"

"Nggak sayang, Mama Dila di sini sama papa, kan mama kerja"

"Kalau gitu Issya nggak mau ke rumahnya Oma. Issya mau di sini aja sama mama Dila"

Setelah selesai memakai kaos, Tama mengangkat badan Issya.

"Katanya Issya pengen Mama Dila tinggal satu rumah sama papa kan?"

Issya mengangguk

"Papa harus ngobrol dulu sama Mama Dila berdua, jadi Issya sementara di rumahnya Oma, oke?"

Mendengar itu, Issya kembali antusias, dia mengangguk menuruti perintah sang ayah.

Tak berselang lama, Nadila datang membawa tas punya Issya.

"Om Tama yang antar Issya?"

"Yuda yang menjemput"

Nadila mengangguk, lalu segera memberikan tas Issya kepada Tama.

***

Yuda telah menjemput Issya untuk dibawa ke rumah orang tuanya. Dan sekarang, Nadila hanya berdua di rumah ini bersama Tama

Walaupun memang sering berdua, tapi untuk kali ini terlihat berbeda, karena semalam Tama dan juga Nadila ada pertengkaran, jadi Nadila sedikit malas.

Sekarang Nadila sedang membersihkan kamar milik Issya, dia ingin menghindari Tama.

Namun sepertinya Tama yang terlihat mengejar Nadila sekarang.

"Kamu nggak ada kegiatan di kampus?" Tama basa basi

"Nggak." Nadila menjawab dengan singkat.

Tama mengehela nafas, lalu mendekat ke Nadila dan langsung memeluknya dari belakang.

"Aku mau kerja. Nggak usah ganggu." Nadila berusaha melepaskan pelukan dari Tama, namun tenaga Tama lebih kuat.

"Maunya om Tama itu apa sebenernya?"

"......"

"Om ngga inget kata katanya om semalem? Aku kan di sini hanya sebatas pengasuh Issya, jadi om nggak usah ganggu kerjaan aku"

"Maafkan saya. Saya tidak bermaksud seperti itu"

"Minta maaf aja terus, Om Tama sadar nggak sih setiap Om buat kesalahan, selalu minta maaf dan ujung ujungnya diulangi, Om Tama kayak anak kecil tahu nggak!" Nadila mengomel

"...."

"Padahal aku tanya baik baik, tapi malah om Tama jawab kayak gitu, Om pikir aku nggak sakit hati apa"

Tama terdiam, dia membiarkan Nadila menumpahkan kekesalannya

"Om Tama ngatain aku kayak gitu seenaknya, pasti om Tama percaya sama omongan orang orang di kampus aku" Nadila mulai terisak, karena sejujurnya dia merasakan sakit hati atas sikap dan perkataan Tama kemarin.

"Aku punya banyak temen laki laki, tapi bukan berarti aku kayak gitu" Nadila semakin menangis.

Tama semakin merasa bersalah, dia membalik badan Nadila, lalu segera memeluknya kembali.

"Nadila, saya mencintai kamu. "

To Be Continued

Terpopuler

Comments

Fitri Endang Murya

Fitri Endang Murya

bego, udah sakitin baru ngomong cinta

2020-08-15

3

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Bertemu
2 02. Mulai saling mengenal
3 03. Permintaan sang Tuan
4 04. Mulai tertarik?
5 05. Keinginan Anak
6 06. Mulai terang terangan
7 07. Jatuh cinta itu sakit
8 08. Terdengar sakit
9 09. Isi hati Nadila
10 10. Memperjelas hubungan
11 11. Effort
12 12. Pertengkaran
13 13. Akhirnya
14 14. Nadila sakit
15 15. Mulai berani
16 16. Rumit
17 17. Berkenalan dengan adik ipar
18 18. Tabrak lari
19 19. Kemarahan Pratama
20 20. Pertengkaran (Lagi)
21 21. Kebersamaan
22 22. Insiden
23 23. Kemarahan Tama
24 24. Finally
25 25. Terhalang Restu
26 26. Syarat yang cukup berat
27 27. SAH
28 28. Kenyataan yang baru terungkap
29 29. Cinta pertama Pratama
30 30. Mulai ada konflik
31 31. Hamil?
32 32. Tama Ngidam
33 33. Gejolak Batin
34 34. Sakit hatinya seorang anak
35 35. Mahendra berulah
36 36. Nadila Melahirkan
37 37. Luka yang terbuka
38 38. Keinginan seorang suami
39 39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40 40. Insecure
41 41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42 42. Jalan Tengah
43 43. Jalan hidup Issya
44 44. Sisi lain seorang Pratama
45 45. Titik terang
46 46. Rahasia Pratama
47 47. Nadila tahu
48 48. Merasa kecewa
49 49. Tama kelimpungan
50 50. Kesalahan berpikir
51 51. Mimpi apa?
52 52. Setelah sekian lama
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90 [Last Chapter]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Awal Bertemu
2
02. Mulai saling mengenal
3
03. Permintaan sang Tuan
4
04. Mulai tertarik?
5
05. Keinginan Anak
6
06. Mulai terang terangan
7
07. Jatuh cinta itu sakit
8
08. Terdengar sakit
9
09. Isi hati Nadila
10
10. Memperjelas hubungan
11
11. Effort
12
12. Pertengkaran
13
13. Akhirnya
14
14. Nadila sakit
15
15. Mulai berani
16
16. Rumit
17
17. Berkenalan dengan adik ipar
18
18. Tabrak lari
19
19. Kemarahan Pratama
20
20. Pertengkaran (Lagi)
21
21. Kebersamaan
22
22. Insiden
23
23. Kemarahan Tama
24
24. Finally
25
25. Terhalang Restu
26
26. Syarat yang cukup berat
27
27. SAH
28
28. Kenyataan yang baru terungkap
29
29. Cinta pertama Pratama
30
30. Mulai ada konflik
31
31. Hamil?
32
32. Tama Ngidam
33
33. Gejolak Batin
34
34. Sakit hatinya seorang anak
35
35. Mahendra berulah
36
36. Nadila Melahirkan
37
37. Luka yang terbuka
38
38. Keinginan seorang suami
39
39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40
40. Insecure
41
41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42
42. Jalan Tengah
43
43. Jalan hidup Issya
44
44. Sisi lain seorang Pratama
45
45. Titik terang
46
46. Rahasia Pratama
47
47. Nadila tahu
48
48. Merasa kecewa
49
49. Tama kelimpungan
50
50. Kesalahan berpikir
51
51. Mimpi apa?
52
52. Setelah sekian lama
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90 [Last Chapter]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!