09. Isi hati Nadila

Dan sekarang, Nadila tengah berada di sebuah club malam.

Ya, Nadila berakhir di tempat ini untuk menghilangkan beban pikirannya.

"Nadila, stop deh lo minumnya, ini udah berapa gelas yang lo minum heh" Juan, teman satu kampus Nadila, yang juga bekerja di club ini, mencoba menyadarkan

"Satu lagi Ju"

"Nggak! Lo udah teler begini. Gue nggak mau ambil resiko La"

"Plisss, satu gelas lagi, oke?" Nadila terlihat memohon dan meracau

Juan mengacak rambutnya. Dia bingung dengan Nadila yang seperti ini.

Walaupun Nadila sering datang ke club, tapi Juan tidak pernah melihat Nadila minum sebanyak ini, Juan takut terjadi apa apa dengan temannya.

"Juannnn"

"Nadila." Dan tak berselang lama, ada yang mendekat ke arah Nadila yang sudah mabuk berat itu.

"Bang Mahen, kebetulan lo di sini" — Juan

"Nadila kenapa bisa sampai kayak gini Ju?" — Mahen

"Gue beneran nggak tahu bang, gue dateng dia udah minum minuman di sini sendirian"

Mahen menatap keadaan Nadila yang sudah memerah. Sepertinya Nadila mulai tidak sadar.

"Dila, aku antar pulang ya?"

Nadila menggelengkan kepalanya

"Kamu udah banyak minum, nggak boleh lagi ya?"

Nadila membuka matanya, samar samar dia melihat wajah Mahen berada di depannya.

Nadila terbangun, lalu meletakkan tangannya di kepala.

"Kenapa gue selalu dianggap bayangan?"

"..."

"Gue cantik, gue berpendidikan tinggi, tapi kenapa gue nggak pernah beruntung dalam mencintai orang?"

"Dila.." Mahen semakin mendekat.

"Om Tama."

"..."

"Laki laki brengsek itu bilang, kalau gue ini mirip istrinya yang udah mati kak"

Seketika Mahen teringat sesuatu. Yang mana dia juga pernah memperlakukan Nadila seperti mendiang kekasihnya selama tiga tahun berpacaran.

Perasaan bersalah itu kembali muncul.

'Nadila, maaf'

"Rasanya sakit, tapi gue bingung harus apa"

"..."

"Gue yang bodoh, kenapa bisa gue jatuh cinta sama orang kayak Tama ini"

Pandangan Nadila kunang kunang, dia akan terjatuh ke lantai jika tidak ada yang menopangnya.

Untung saja ada tangan kekar yang sigap menahan badan Nadila.

Mahen dan Juan mendongak

"Pak Tama." Dan ternyata orang itu adalah Tama.

"Nadila sudah berapa lama di tempat ini?" Tama bertanya kepada Juan

"Sekitar jam delapan Pak"

Tama menghela nafas, lalu menatap Nadila yang wajahnya memerah.

"Kita pulang ya?" Tama berucap lirih

Bukannya menjawab, Nadila tertawa. Dia berusaha mendorong badan Tama.

Namun tenaganya tidak sekuat itu.

"Pulang."

"Iya, pulang dengan saya ya?"

"Lo pulang, brengsek"

"...."

"Gue nggak butuh kata kata manis lo lagi, gue nggak mau"

Tama berpikir sejenak, Nadila sudah tidak bisa ditenangkan dengan baik. Dia takut akan berbuat khilaf di tempat ini.

Sampai akhirnya Tama segera mengangkat badan Nadila untuk dibawa pulang.

"Mahen, tolong bantu saya untuk membuka pintu mobil"

Mahen yang mengekor dari belakang, segera membantu Tama untuk membuka pintu. Setelah dibuka, Tama segera mendudukkan Nadila di kursi depan, dan menutupnya.

"Terimakasih sudah membantu, Mahen"

Mahen mengangguk, lalu menatap Tama

"Pak?"

"Kenapa?"

"Maaf jika saya lancang, apa hubungan Pak Tama dengan Nadila?"

"Bukannya kamu sudah tahu Mahen?"

"Ah iya, saya memang sudah tahu. Tapi saya rasa Pak Tama dan Nadila semakin dekat"

Tama tersenyum tipis, lalu mendekat ke arah Mahen

"Apa kamu cemburu jika melihat saya dekat dengan Nadila?"

"S-saya—"

"Kamu masih mencintai Nadila, Mahen?"

Mahen terkejut, dia tidak mengira jika Tama mengetahui hubungannya dengan Nadila di masa lalu

"Mahendra, kamu harus belajar dari pengalaman sebelumnya. Jangan pernah memandang rendah seorang perempuan hanya karena masa lalu"

DUG DUG!!

Nadila sudah memukul pintu mobil dengan keras, Tama menyadari itu.

"Saya pergi membawa Nadila ya Mahen? Karena sekarang Nadila menjadi tanggung jawab saya, permisi." Tama segera masuk ke dalam mobil

Mahen menghela nafas dengan kasar, lalu mau tidak mau segera kembali masuk ke club malam tersebut.

Sementara itu, Nadila tengah berada di mobil milik Tama.

Tama yang merasa aneh dengan Nadila segera bertanya kepada Yuda, apa sebenarnya yang terjadi. Dan berakhir Yuda memberi tahu alamat club ini.

"Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini? Tidak ada gunanya" Tama berucap marah. Dia marah kepada Nadila yang ternyata sering ke tempat tidak baik seperti ini

"Nggak usah ngatur, lo bukan siapa siapa gue"

"Kita pulang."

"Gue mau turun!" Nadila berusaha turun dari mobil, tapi ternyata Tama satu langkah lebih cepat karena mengunci pintu mobilnya.

"Aku mau pulang om!"

"Iya, kita pulang."

"Gue mau pulang sendiri!"

"Nadila!" Tama sedikit habis kesabaran. Dia menyandarkan Nadila di kursi, dan menguncinya dengan sabuk pengaman

"Kamu tahu ruginya masuk ke tempat itu?"

"..."

"Saya tidak suka melihat kamu seperti ini"

Dan tiba tiba saja, tangan Nadila merangkul leher Tama, dan mencium bibirnya.

Tama terdiam, dia berusaha menetralisir jantungnya yang berdetak cepat.

Tama tidak ingin mencari kesempatan seperti ini, Nadila harus dijaga.

Tama melepas paksa ciuman dari Nadila

"Bibirnya om Tama manis ya.."

"Iya manis, sekarang pulang ya? Kamu nggak kasihan sama Issya hm? Dia mencari kamu terus dari tadi" Tama berucap lembut sembari mengusap kepala Nadila

Setelah dirasa Nadila tenang, Tama segera kembali ke tempat semula, dan menjalankan mobilnya.

Tama akan membawa Nadila ke rumahnya.

****

Sementara itu, Yuda tengah menunggu kedatangan Tama dan Nadila

Yuda sangat khawatir jika Nadila berakhir dengan alkohol seperti ini.

Bahkan dulu, Nadila pernah sampai menginap di rumah sakit karena banyak alkohol bersarang di lambungnya.

"Lama banget ya?" Yuda menghela nafas dengan kasar.

Tak berselang lama, Nadila datang bersama dengan Tama.

"Lama banget sih? Buat ulah apa ini cewek jadi jadian?" — Yuda

PLAK!

Dan tak disangka, Yuda mendapat tamparan dari Nadila

"Si babi malah digampar gue"

"Be-ri-sik" Nadila ingin menyerang Yuda kembali

Namun Tama segera mencegahnya

"Nadila"

"Dia berisik"

"Iya berisik, ayo ke kamar"

"Kenapa lo bawa ke sini sih bang? Bawa pulang aja sana! Biarin Bang Dani yang urus"

"Lo masuk kamar, biar Nadila yang gue urus" Tama menyuruh Yuda agar tidak mengomel lagi.

Yuda hanya berdecak, lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua

Tama menatap Nadila yang wajahnya sangat merah, dan bau alkohol di dalam mulutnya.

"Seperti ini ingin menjadi ibunya Issya?"

.

.

.

Tama telah membawa Nadila ke dalam kamarnya, karena Nadila sudah hilang kesadaran, dia tidak mungkin meninggalkan di kamar tamu sendirian 

Tama melepas sepatu dan jam tangan milik Nadila, lalu juga melepas jaketnya.

Tama melihat pakaian Nadila yang ternyata sangat minim.

Tama menggelengkan kepalanya, dia harus tersadar akan hal ini. Walaupun sejujurnya hasrat di dalam diri Tama mulai bangkit.

"Tidur, saya keluar sebentar" Tama berdiri, dia melepas jaketnya, karena merasa panas, dia ingin keluar sejenak untuk mengontrol diri.

Namun belum sempat Tama keluar, Nadila tiba tiba saja berdiri, dan memeluk Tama dari belakang.

Lagi lagi jantung Tama seperti berlari cepat.

"Aku cinta sama Om"

Deg!

"Om Tama tahu nggak sih, pandangan pertama? Aku jatuh cinta pandangan pertama sama Om" Nadila berucap sembari mengeratkan pelukannya.

"Tapi aku tahu kalau om Tama nggak cinta sama aku, om kan cuma cinta sama mendiang istri om" 

Tama terdiam, dia membiarkan Nadila mengungkapkan perasaanya, walaupun dia tahu jika Nadila tengah dibawah alam sadar.

"Aku juga tahu, kalau om Tama sering sebut nama aku waktu om—"

"Nadila." Tama segera menghentikan Nadila agar tidak semakin berbicara.

Tama melepas pelukannya, lalu menatap Nadila.

"Mau main nggak om?"

"...."

"Daripada om main sendirian, terus sebut nama aku, lebih baik aku wujudin sekarang kan?"

Tama mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Kalau itu bisa buat om jatuh cinta sama aku, nggak papa, aku—"

Belum sempat melanjutkan omongan, Tama segera memeluk Nadila dengan erat. 

"Om mau?"

Tama mengeratkan pelukannya.

"Saya mau, tapi setelah kita menikah."

"Emang om mau nikahin aku?"

"...."

"Katanya kan om Tama masih ragu, aku nggak cocok jadi Ibunya Issya"

Tama semakin mengeratkan pelukan.

"Ayo menikah"

Nadila tertawa kecil, sembari mengeluarkan air mata.

"Menikah itu kan karena cinta om, bukan karena aku mirip istrinya om yang udah meninggal"

Tama menghela nafas panjang "Tidur ya?"

"..."

"Mau saya temani?"

Nadila hanya mengangguk sembari terisak pelan.

Tama segera menuntun Nadila untuk ke arah ranjang.

Tama menaikkan selimut agar Nadila tetap hangat, dia mengelus kepala Nadila.

Setelah 15 menit, Nadila terlihat sudah tertidur pulas. Tama merapikan selimut sekali lagi

Tama berbalik badan, dia mengusap wajahnya, lalu menghela nafas dengan kasar. 

'Nadila, maafkan saya'

To Be Continued

Terpopuler

Comments

anly me

anly me

ceritanya seru

2020-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 01. Awal Bertemu
2 02. Mulai saling mengenal
3 03. Permintaan sang Tuan
4 04. Mulai tertarik?
5 05. Keinginan Anak
6 06. Mulai terang terangan
7 07. Jatuh cinta itu sakit
8 08. Terdengar sakit
9 09. Isi hati Nadila
10 10. Memperjelas hubungan
11 11. Effort
12 12. Pertengkaran
13 13. Akhirnya
14 14. Nadila sakit
15 15. Mulai berani
16 16. Rumit
17 17. Berkenalan dengan adik ipar
18 18. Tabrak lari
19 19. Kemarahan Pratama
20 20. Pertengkaran (Lagi)
21 21. Kebersamaan
22 22. Insiden
23 23. Kemarahan Tama
24 24. Finally
25 25. Terhalang Restu
26 26. Syarat yang cukup berat
27 27. SAH
28 28. Kenyataan yang baru terungkap
29 29. Cinta pertama Pratama
30 30. Mulai ada konflik
31 31. Hamil?
32 32. Tama Ngidam
33 33. Gejolak Batin
34 34. Sakit hatinya seorang anak
35 35. Mahendra berulah
36 36. Nadila Melahirkan
37 37. Luka yang terbuka
38 38. Keinginan seorang suami
39 39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40 40. Insecure
41 41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42 42. Jalan Tengah
43 43. Jalan hidup Issya
44 44. Sisi lain seorang Pratama
45 45. Titik terang
46 46. Rahasia Pratama
47 47. Nadila tahu
48 48. Merasa kecewa
49 49. Tama kelimpungan
50 50. Kesalahan berpikir
51 51. Mimpi apa?
52 52. Setelah sekian lama
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90 [Last Chapter]
Episodes

Updated 90 Episodes

1
01. Awal Bertemu
2
02. Mulai saling mengenal
3
03. Permintaan sang Tuan
4
04. Mulai tertarik?
5
05. Keinginan Anak
6
06. Mulai terang terangan
7
07. Jatuh cinta itu sakit
8
08. Terdengar sakit
9
09. Isi hati Nadila
10
10. Memperjelas hubungan
11
11. Effort
12
12. Pertengkaran
13
13. Akhirnya
14
14. Nadila sakit
15
15. Mulai berani
16
16. Rumit
17
17. Berkenalan dengan adik ipar
18
18. Tabrak lari
19
19. Kemarahan Pratama
20
20. Pertengkaran (Lagi)
21
21. Kebersamaan
22
22. Insiden
23
23. Kemarahan Tama
24
24. Finally
25
25. Terhalang Restu
26
26. Syarat yang cukup berat
27
27. SAH
28
28. Kenyataan yang baru terungkap
29
29. Cinta pertama Pratama
30
30. Mulai ada konflik
31
31. Hamil?
32
32. Tama Ngidam
33
33. Gejolak Batin
34
34. Sakit hatinya seorang anak
35
35. Mahendra berulah
36
36. Nadila Melahirkan
37
37. Luka yang terbuka
38
38. Keinginan seorang suami
39
39. Kebahagiaan yang sesungguhnya
40
40. Insecure
41
41. Curahan Hati Nadila dan Pertengkaran
42
42. Jalan Tengah
43
43. Jalan hidup Issya
44
44. Sisi lain seorang Pratama
45
45. Titik terang
46
46. Rahasia Pratama
47
47. Nadila tahu
48
48. Merasa kecewa
49
49. Tama kelimpungan
50
50. Kesalahan berpikir
51
51. Mimpi apa?
52
52. Setelah sekian lama
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90 [Last Chapter]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!