Nadila sedikit terkejut mendengar pernyataan Tama
'Om Tama beneran udah cinta sama gue?'
"Maaf jika perkataan saya semalam membuat kamu sakit hati, saya benar benar diluar kendali, saya tidak bermaksud menyakiti kamu"
Nadila terdiam sejenak.
"Om Tama, ayo kita selesai" Dan tiba tiba saja, Nadila berucap
Mendengar itu, Tama menegang, dia melepas pelukannya dan menatap Nadila
"Maksud kamu apa? Apa yang selesai?"
Nadila mengusap air matanya
"Setelah aku pikir, kita emang nggak cocok. Om Tama bisa menikah sama perempuan yang lebih baik dari aku, Issya masih bisa punya Ibu yang lebih baik juga dari aku"
"..."
"Kalau om Tama Cinta sama aku, tolong lupain aja Om"
Tama menatap Nadila dengan tatapan sedikit tajam, dia merasa dipermainkan oleh perasaan
"Kamu yang mengizinkan saya untuk berusaha mencintai kamu, tapi kenapa sekarang kamu seperti ini Nadila?"
"...."
"Kamu pikir hati orang bisa dibuat mainan?"
Nadila menggelengkan kepala.
"Nggak gitu om, makasih karena akhirnya om udah bisa buka hati buat aku, tapi setelah aku pikir lagi, aku emang nggak pantes buat Om Tama"
Tama menatap Nadila, lalu setelah itu tertawa.
"Wah, saya dipermainkan mahasiswa 22 tahun"
"Om Tama—"
"Dengarkan saya, Nadila Zena Askadina"
Tama mendekat dan menatap lekat Nadila
"Saya paling tidak suka ditolak"
"..."
"Apapun yang saya inginkan, saya tinggal memetik jari pun pasti akan terkabul"
"...."
"Besok orang tua saya datang ke rumah, kamu harus ikut saya makan malam, karena saya akan memperkenalkan kamu sebagai calon istri saya"
Nadila benar benar terkejut, niat dia ingin berpisah dengan Tama, tapi justru malah terjebak
"Om, Aku nggak bisa." - Nadila
"Saya tidak mau tahu"
"Jangan seenaknya Om!"
"Kamu yang seenaknya."
"..."
"Kamu mempermainkan saya, kamu ingin saya membalas perasaan kamu, tapi setelah saya bisa mencintai kamu, sikap kamu malah seperti ini, saya tidak suka dipermainkan!" Tama terlihat marah
"Aku nggak mempermainkan om Tama, aku cuma nggak mau—"
"Saya tidak ingin mendengar alasan apapun"
"Om Tama."
"Kamu memutuskan untuk bersama saya, jangan berharap kamu bisa lepas dari saya"
Nadila lama lama menjadi kesal, dia baru tahu jika Tama akan seegois ini.
"Dasar om om jahat! Tahu gini gue nggak mau pacaran sama lo! Lebih baik gue terima ajakan kak Mahen buat balikan!" Ucap Nadila setelah itu berjalan melewati Tama
Tama terdiam sembari menatap ke arah pintu dengan tatap tajam. Dia mengepalkan tangannya
"Saya tidak suka dengan Mahendra."
Skip <<
Menjelang malam, Nadila masih berada di rumah milik Tama
Karena sebentar lagi dia akan mendekati sidang, jadi Nadila mulai melanjutkan skripsinya yang sudah mendekati akhir.
Nadila memang sudah menyusun skripsi jauh sebelum dia bekerja di rumah milik Tama, namun sempat dia tunda tunda, dan dia baru ada waktu hari ini.
Nadila tergolong mahasiswa cerdas dan rajin untuk menemui dosen pembimbingnya, jadi penyelesaian ujian skripsi nya juga cepat.
"Ck! Kenapa susah banget sih bab empatnya." Nadila berucap sembari mengusap kepalanya.
Hari ini, Nadila memang menginap di rumah Tama, karena Yuda juga ada di rumah untuk melanjutkan skripsinya, dan juga Dani yang menyuruh Nadila agar menginap di sana karena dia tidak bisa menjemput.
Terpaksa, walaupun dia masih kesal dengan Tama.
"Flashdisk gue mana lagi.."
Nadila mengangkat kepalanya, dia ingin mencari Flashdisk nya.
"Kepala gue pusing banget." namun Nadila mengalami pusing secara tiba tiba.
Tes!
Namun ketika menunduk ke bawah, Nadila merasakan sesuatu yang menetes, dan ternyata darah.
Kemungkinan Nadila mengalami mimisan
Nadila membuka tas nya, ingin mencari tisu. Namun ternyata dia tidak membawa
Dan mau tidak mau, Nadila harus ke arah ruang tengah untuk mengambil tisu.
"Nad nad sayang, gue laper, beli makan yuk" Yuda yang baru saja dari kamar berniat mengajak Nadila untuk membeli makan malam, Tama juga yang menyuruh, karena Nadila tidak mau bicara dengannya.
"Nad, cari apa lo?"
"Cari tisu"
"Buat apa?"
Nadila menatap lurus ke depan, pandangannya kunang kunang sekarang. Bahkan dia hampir jatuh jika Yuda tidak menangkapnya.
"Lo kenapa sampai mimisan gini?!" Yuda terkejut melihat Nadila yang tengah mimisan.
"Jangan keras keras Yud, nanti Om Tama denger"
"Gue anterin lo ke kamar." — Yuda
"Nanti aja, gue harus selesaiin bab empat dulu"
"Lo sakit La, kenapa malah mikirin hal lain sih!" Nadila kesal
"Ck! Nggak ada waktu buat sakit, gue pengen lulus tepat waktu." — Nadila
"Ya tapi kan lo—"
Belum sempat Yuda menyelesaikan pembicaraan, bahu Yuda didorong pelan oleh Tama, mungkin Tama kira sang adik dan Nadila sedang berpelukan.
"Nah akhirnya lo dateng, Tolongin gue nih." — Yuda
Tama menatap Nadila yang tengah pucat dan masih mimisan
Tama segera mengambil alih
"Ada yang sakit?"
Nadila mengangguk "Kepalaku sakit om"
Tama mengusap wajah Nadila yang tengah keringat dingin
Tak lama kemudian, Yuda datang membawa tisu
"Bang bersihin hidungnya dulu tuh, darahnya keluar banyak" — Yuda
Tama mengambil tisu tersebut, lalu segera membersihkan hidung Nadila.
"Jangan ke atas kepalanya, nunduk aja" Tama menyuruh kepala Nadila menunduk agar darah cepat berhenti
"Lagian aneh aneh aja lo, udah tahu gampang sakit malah sok sokan ngebut bab empat" Yuda berucap sembari memberikan teh hangat untuk Nadila
Yuda juga cemas jika sang sahabat sakit seperti ini.
"Minum dulu" Tama membantu Nadila untuk minum, agar badannya hangat
"Tidur aja, besok dilanjut lagi" — Tama
"Iya tuh, daripada lo paksa, malah nanti nggak sadarkan diri" Setelah berucap seperti itu, Yuda meninggalkan Tama dan juga Nadila untuk membeli makan malam.
"Tidur di kamar saya ya?" — Tama
"Terus om Tama nanti tidur di mana?"
"Ya di kamar saya juga, kita tidur berdua. Kan sudah biasa?"
Sebenarnya Nadila ingin menolak, dia tidak ingin terlalu dekat dengan Tama sekarang
Namun karena sekarang Nadila sakit, jadi dia tidak bisa berbuat apa apa, karena Nadila juga lemas.
"Masih kuat jalan? Mau saya gendong?"
Nadila menggeleng lalu berdiri, Tama membantu Nadila untuk berjalan
"Nanti saya cium, pasti langsung sembuh"
"Om Tama."
Tama terkekeh kecil, di merangkul Nadila dan menuntunnya berjalan ke kamar.
Tama menidurkan Nadila di ranjang, lalu menaikkan selimut.
Tama mengelus kepala Nadila dengan lembut, lalu menggenggam tangannya
"Kalau sakit, bilang."
"...."
"Saya tidak kekurangan uang untuk membawa kamu ke dokter"
Nadila berdecak, lalu memejamkan mata, dia masih malas dengan Tama.
Tama mengecup telapak tangan Nadila dengan lembut
'Sepertinya saya benar benar jatuh cinta dengan Nadila'
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dian Amelia
😂😂😂😂😂
khilaf...
2021-04-25
0