Nadila terdiam dan terlihat bingung dengan perempuan yang tengah berada di hadapannya
'Om Tama udah punya cewek lain?'
Nadila masih terdiam, dia sibuk mencerna pikirannya
"Hallo, mbak?"
Namun suara perempuan itu membuat Nadila segera tersadar.
"Mbak mau cari siapa ya?"
"Ah itu, ini masih rumahnya Om—maksudnya pak Tama, kan?" Nadila bertanya dengan hati hati
Perempuan itu mengangguk "Masih, mbak ini siapa ya? Kok bisa kenal sama Mas Tama?"
Nadila kembali tertegun kala perempuan itu memanggil Tama dengan sebutan Mas.
"Oh nggak, saya sepertinya salah rumah, saya permisi" Nadila segera berbalik badan dan meninggalkan perempuan itu tanpa mendengar panggilannya.
"Mbak!" Sementara itu, perempuan yang membukakan pintu berusaha memanggil Nadila, namun tidak didengar
"Aneh banget, tadi nyebut nama Mas Tama, terus bilangnya nggak kenal"
"Siapa dek?" Tiba tiba Tama muncul.
Dan ternyata, perempuan ini adalah adik dari Tama yang baru saja tiba dari Aussie, bernama Adeline Jihana Hutomo, kakak dari Yuda juga.
"Tau tuh mas, tadi ada cewek mencet bel, terus aku buka kan, giliran aku tanya balik malah dia langsung pergi" terang Jihan
"Cewek?"
Jihan mengangguk
Tama tampak berpikir, karena dia sama sekali tidak pernah memberikan alamat rumah ini kepada karyawan atau teman perempuannya, hanya kerabat dekatnya yang tahu
Kecuali..
"Dek?"
"Kenapa mas?"
"Ciri ciri ceweknya gimana?"
"Ciri ciri? Ehmm orangnya tuh mungil, manis sih, terus matanya gede gitu." Jihan menjelaskan
'Bermata besar, mungil?'
"Dek, orangnya tadi bawa tas warna pink bukan?" tanya Tama kembali
"Iya mas, kenapa sih? Mas kenal sama dia?"
Tama mengeluarkan ponsel, lalu segera menunjukkan sebuah foto ke Jihan
"Eh, ini mirip cewek yang tadi mas, beneran deh, tas nya juga sama"
"Kamu yakin dia yang dateng kesini?" Tama
"Yakin mas, Mata aku kan masih normal." — Jihan
"Terus sekarang dia di mana?"
"Mungkin udah pulang, soalnya tadi dia kayak buru buru gitu deh, Mas Tama kenal ya sama cewek tadi?"
"Nanti mas cerita, titip rumah sebentar ya? Mas mau keluar dulu" Tama berucap sembari keluar dari rumah, meninggalkan Jihan
"Mas Tama kenal sama cewek tadi? Kayaknya masih muda banget deh.." — Jihan
Sementara itu, Nadila tengah berada di jalan. Dia berjalan kaki ke arah halte jalan raya untuk menunggu taksi.
"Apa iya om Tama udah lupain gue?" Nadila berguman sendiri
"Berarti Issya udah punya ibu ya? Tapi kan gue sama Om Tama belum putus."
Nadila masih berjalan dan berguman sendirian, dia menyeberang jalan sembari sedikit melamun.
Hingga menyadari tas nya terjatuh.
"Ck! Pakai jatuh segala."
Nadila segera mengambil tas tersebut, dan mengumpulkan barang barangnya yang ikut tercecer di jalan
"Ceroboh banget sih gue, pegang tas aja masih suka jatuh, gimana mau jadi istri." Nadila menggerutu
Tanpa sadar ada sebuah mobil yang melaju dari lawan arah
Tin tin!
Nadila terkejut dan segera menutup telinganya.
Sret!
Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, dan sesuatu telah menarik badan Nadila.
Nadila membuka matanya, dan dia tengah berada di pelukan seseorang.
Dari wangi parfum, Nadila sangat mengenali
"Om Tama.." guman Nadila, lalu segera mengangkat kepalanya
Tama masih memeluk Nadila dengan nafas yang tidak beraturan, dia sepertinya takut jika Nadila kenapa kenapa.
Setelah nafasnya membaik, Tama segera melepaskan pelukan, lalu menatap Nadila dengan marah.
"Kamu gila ya? Ini jalanan umum, bisa bisanya kamu berada di tengah jalan seperti itu?" Tama berucap sembari menatap seluruh badan Nadila, dia takut jika Nadila terluka
"T-tadi tas aku jatuh di tengah om, makanya aku ambil"
Tama menghela nafas dengan panjang
"Kamu tadi ke rumah kan? Kenapa malah pergi sebelum bertemu dengan saya?"
"Nggak papa, lagian di rumah Om udah ada yang jagain Issya kan?"
"Siapa?" Tama bingung dengan omongan Nadila
"Aku mau pulang om, Permisi." Nadila segera memasuki taksi yang berhenti, dia ingin menghindari Tama.
Tama ingin mengejar, namun sudah pasti tidak akan bisa, karena taksi sudah jalan.
"Jangan jangan Nadila salah paham sama Jihan?"
***
Nadila sudah kembali dari rumah, dia melihat Yuda dan Dani sedang bermain PS.
"Loh dek, Kok udah pulang?" Dani yang tahu Nadila, segera bertanya
"Tau tuh, katanya mau ke rumah Bang Tama, emang mereka nggak di rumah?" — Yuda menimpali
"Mereka ada di rumah kok, aku ke kamar dulu" Nadila segera menaiki tangga untuk kemar
"Cewek tuh kenapa ya aneh banget? Perasaan tadi Nadila kelihatan semangat, baru juga satu jam udah kelihatan asem gitu mukanya" Dani heran
"Ya namanya juga cewek, lagi Pms kali adek lo"
Dani mengangguk
'Apa terjadi sesuatu antara Nadila sama Bang Tama?'
****
Tama sudah kembali ke rumah, dia tidak mengejar Nadila karena sang kekasih juga sudah jauh
"Mas? Aku mau tanya" Jihan mendekat ke Tama
"Tanya apa?" — Tama
"Mas kok bisa punya fotonya cewek tadi? Emang mas Tama kenal?"
Tama mengangguk "Dia calon istrinya mas"
Jihan yang mendengar, terkejut.
"Nggak salah mas? Tadi kelihatan masih muda banget loh ceweknya?" — Jihan
"Nggak salah, dia emang calonnya mas, kita udah pacaran"
Jihan tambah terkejut
"Mas Tama sekarang sukanya sama sugar baby?"
"Ck! Dia bukan sugar baby, kita ketemu aja nggak sengaja"
"Papa!" belum sempat Jihan menjawab, Issya pulang dengan ceria
"Anak papa udah pulang ternyata" Tama berucap sembari memangku Issya
"Tante Jihan kok ada di sini?" — Issya
"Iya, tadi disuruh jaga rumah sama papa, kayak satpam kan tantemu ini"
"Lagian kan cuma sebentar dek" — Tama
Jihan hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Papa, kita nanti jadi ke rumah mama Dila kan?" Issya bertanya dengan antusias, karena memang Tama menjanjikan Issya untuk menemui Nadila di rumah
"Siapa lagi itu Dila? Banyak banget sih calonnya mas? Mau poligami apa gimana?" — Jihan
"Tante dila itu, calon mamanya Issya tante." — Issya
"Cewek yang tadi kesini itu namanya Dila dek."
Jihan hanya mengangguk
"Papa, ayo ke rumahnya Mam Dila sama om Dani sekarang."
"Kita antar tante Jihan ke rumahnya Oma sama opa dulu ya? Habis itu langsung ke rumah mama"
"Eh mas. Aku ikut deh, aku juga mau lah kenalan sama calon kakak ipar." Jihan ingin ikut ternyata
"Yaudah, sekalian gantiin baju Issya ya dek, Mas juga mau siap siap"
Jihan mengangguk, lalu segera menuntun Issya untuk masuk ke kamar berganti pakaian
Skip <<
Nadila sedang berada di kamar, sepertinya dia sedang galau
"Apa secepat itu Om Tama lupa sama gue? Padahal dia nggak pernah bilang putus"
Nadila menghela nafas, dia memejamkan mata untuk melupakan hal tadi.
"Dek! Dicari Issya nih!" Dani memanggil Nadila dari luar
"Issya? Kok dia bisa ke sini?" Nadila membuka mata, dan segera keluar dari kamar untuk memastikan
Sementara itu, Tama, Issya dan juga Jihan tengah berada di ruang tamu.
"Mbak Jihan kapan dateng? Kok Yuda nggak tahu" — Yuda
"Ya kan biar surprise dek, kamu kaget kan sekarang?" - Jihan
"Biasa aja sih sebenernya."
Jihan melotot, ingin menjambak sang adik
"Mama Dila!" Issya yang tahu Nadila datang segera berlari dan memeluk
"Issya kangen sama mama." — Issya
"Mama juga kangen sama Issya" Nadila memeluk sembari menciumi Issya
"Mas, Issya kayaknya deket banget ya sama Mbak Nadila?" Jihan berbisik
"Dari awal ketemu, Issya udah deket sama Nadila"
Jihan mengangguk paham, dia menatap Nadila yang terlihat bahagia bertemu dengan Issya
Sedangkan Nadila yang tengah memeluk Issya tidak sengaja menatap Jihan juga.
'Om Tama kenapa bawa perempuan itu ke rumah? Sengaja banget bikin gue cemburu'
"Dek, kenalan sana sama Nadila" Tama menyuruh Jihan untuk berkenalan dengan sang kekasih
Jihan berdiri, lalu mendekat ke arah Nadila dan juga Issya
"Hai mbak Nadila" Jihan menyapa Nadila sembari tersenyum
"Iya, Hai juga mbak..."
"Panggil Jihan aja, aku calon adik iparnya mbak Nadila"
Nadila terdiam, dia mencerna perkataan Jihan
'Calon adik ipar? Apa dia adiknya Om Tama yang di Aussie itu?'
"Mbak?" Jihan menyadarkan Nadila
"Eh i-iya mbak Jihan"
"Oh aku tahu, Pasti mbak Nadila kira aku punya hubungan sama mas Tama ya?"
Tebakan Jihan sangat benar
"Astaga, emang Mas Tama atau Yuda nggak cerita soal aku ke mbak?"
"Nggak sih, maaf ya, aku kira tadi Mbak Jihan—"
"Iya nggak papa, sekarang kan Mbak Nadila jadi tahu kalau aku ini adiknya Mas Tama dan kakaknya Yuda, salam kenal ya mbak" Jihan tersenyum
Nadila juga tersenyum kikuk, dia sedikit malu sudah salah pahan
****
Sekarang sedang bersama Nadila di sebuah taman bermain belakang rumah Nadila.
Namun sedari tadi, mereka berdua hanya terdiam sembari jalan, sepertinya sedikit canggung
"Udah selesai skripsinya?" dan akhirnya Tama membuka suara
"Sedikit lagi"
"Kapan sidangnya?"
Nadila menggelengkan kepala "Belum tahu pasti, karena besok aku baru serahin bab empatnya ke dospem"
Tama mengangguk paham, dia menatap lurus ke depan
"Sudah lama saya tidak jalan berdua dengan kamu"
Nadila hanya tersenyum tipis, dia menatap sekelilingnya karena jujur dia merasa canggung dengan Tama.
Tama menggenggam tangan Nadila, dan itu membuat sang pujaan Hati menatap ke arahnya
Tama menghentikan langkahnya, diikuti Nadila
"Kamu maunya dilamar kapan?"
Nadila terkejut sekali lagi.
"Kapan kamu siap saya lamar? Hubungan kita tidak mungkin seperti ini terus kan?"
Nadila menghela nafas
"Om Tama, tunggu sebentar ya?"
"..."
"Aku masih harus selesaiin kegiatan kuliah, aku juga harus ngomong sama papa mama soal kita"
"Kapan papa kamu pulang?"
"Mungkin lusa, Om Tama mau ketemu?"
Tama mengangguk "Saya benar benar ingin serius dengan kamu, saya ingin bertemu beliau"
"Om Tama siap menerima apapun yang terjadi?"
"...."
"Papa aku orangnya keras kepala, dan papa belum tentu setuju sama hubungan kita, apa Om Tama siap buat terima keputusan papa nanti?"
Tama terdiam sejenak, lalu segera mencium kedua tangan Nadila.
"Saya pastikan jika orang tua kamu menerima saya sebagai menantunya"
Nadila tersenyum, lalu segera memeluk sang kekasih.
Disisi lain, ada seseorang yang dengan sengaja mengikuti Nadila dan Tama dan mendengar percakapannya.
Tentu saja orang itu adalah Mahendra
Mahendra menatap tajam ke arah dua insan tersebut, dan mengepalkan tangannya
"Harusnya gue yang ada di posisi Pratama.."
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments