Nadila terkejut, karena dia benar benar tidak tahu jika istri dari Tama sudah meninggal.
Karena Yuda hanya berkata jika Tama adalah seorang duda, tidak membahas tentang sang istri yang ternyata sudah meninggalkan dunia
"Om, Maaf ya. Aku nggak bermaksud buat ingetin om sama istrinya. Tapi aku bener bener nggak tahu, Soalnya Yuda nggak pernah cerita ke aku soal itu" Nadila minta maaf karena merasa bersalah.
"Tidak apa, wajar jika kamu bertanya."
Nadila melihat tatapan Tama yang sulit diartikan
Nadila berpikir, pasti Tama sangat mencintai sang istri. Apalagi dia meninggal ketika melahirkan sang buah hati.
'Berarti, Issya belum tahu wajah ibunya?'
.
.
.
Dan Sekarang, Nadila sedang berada di ruang tamu dengan Tama dan juga Issya
Issya ingin Nadila menemaninya bermain, padahal dia harusnya segera pulang, sang kakak menghubunginya karena hari juga sudah mulai petang.
Namun ketika Nadila berpamitan, Issya menangis secara tiba tiba, dia tidak memperbolehkan Nadila pulang.
Hingga akhirnya Nadila masih berada di rumah sejenak untuk menemani anak dari sang tuan.
"Tante, Issya seneng deh ada tante Dila di sini."
"Seneng kenapa? " — Nadila
"Soalnya tante Dila tuh cantik. Terus sayang sama Issya, jadi Issya seneng deh."
Nadila tersenyum, lalu mengelus kepala Issya dengan lembut.
Drrttt
Kak Dani is calling..
Terlihat Dani yang menghubungi Nadila sedari tadi, sudah pasti atas suruhan sang ibu.
"Kak Dani itu siapa? Pacar kamu?" Tama bertanya karena tidak sengaja melirik ponsel Nadila.
"Bukan om. Ini kakak aku, biasalah nyuruh pulang." — Nadila
Tama melihat jam, dan memang ini sudah malam. Pantas saja Nadila dihubungi terus menerus.
"Kalau kamu mau pulang, nggak papa. Issya biar saya yang ngurus." - Tama
"Iya om aku—"
"Tante Dila nggak boleh pulang!" Dan tiba tiba Issya memeluk Nadila dengan erat
"Ini udah malem sayang, Tante Dila harus pulang, soalnya udah dicari orang tuanya, jadi Issya sama papa aja ya?" - Tama mencoba membujuk
"Nggak mau! Issya pengen tidur sama tante Dila."
"Alissya, Tante Dila nggak bisa tidur di sini."
Memang awalnya Tama sempat menyuruh Nadila untuk menginap di sini, namun Nadila menolak, karena dia masih sangat baru di rumah ini, Nadila kurang nyaman dan merasa tidak enak.
"Issya sayang, Besok kan tante ke sini lagi. Jadi hari ini Issya tidur sama papa dulu." Nadila juga ikut membujuk
"Nggak mau! Issya mau sama tante Da!"
"Issya."
"Eh udah om nggak papa, biar aku yang temenin tidur issya." Nadila mencoba menenangkan situasi.
"Tapi ini sudah larut, pasti orang tua kamu khawatir"
"Nggak papa om, gampang urusan rumah mah."
"Yaudah, Issya ke kamar yuk. Tante temani kamu tidur."
Nadila menggendong Issya, lalu segera memasuki kamar untuk menidurkan gadis kecil itu.
Tama yang menatap, hatinya terasa hangat, tanpa sadar dia tersenyum
****
Issya sudah tertidur dengan pulas, dan Nadila sudah bersiap siap ingin pulang karena hari juga semakin larut.
"Om, Aku pamit pulang dulu ya, udah malem juga." Nadila mendekat ke Tama yang sedang di ruang tamu.
Tama menatap Nadila yang tengah membawa buku tebal, dan juga tas berwarna pink.
"Kamu pulang naik apa?"
"Naik taksi"
"Kamu yakin ingin pulang dengan taksi sendirian?"
Nadila mengangguk "Yakin, Aku mah udah biasa. Bahkan pulang lebih dari jam sembilan juga pernah."
Taeil mengangguk pelan.
"Yaudah om, Aku permisi dulu ya." Nadila segera jalan ke arah depan.
Tapi entah, Tama merasa tidak nyaman jika melihat perempuan yang keluar rumah sendirian di jam jam jam larut seperti ini.
Tama segera menyusul Nadila untuk keluar rumah.
"Oh iya om, Besok aku mau ke kampus siang. Jadi aku ke sininya cuma pagi. Tapi kalau sore ada waktu, aku bakalan ke sini." Nadila
"besok berarti kamu bisa antar Issya ke sekolah kan?"
Nadila mengangguk.
"Yaudah kalau gitu aku permisi dulu om." Nadila berucap sembari tersenyum, lalu segera melanjutkan langkahnya
Sepertinya Nadila adalah gadis yang gampang sekali tersenyum.
"Nadila?"
"Iya om?"
"Kamu jadi pulang dengan taksi?"
Nadila mengangguk "Jadi, ini aku mau ke halte depan jalan raya"
"Memang masih ada taksi lewat di jam seperti ini?" - Tama bertanya sekali lagi
"Eh iya ya, Kok nggak kepikiran sih gue." Nadila berguman, karena dia baru saja ingat jika hari sudah sangat malam.
"Mau saya antar pulang?" Tama menawarkan diri.
"Nggak usah om makasih, masa iya sih om Tama sebagai majikan aku malah antar aku pulang. ada ada aja" — Nadila
"Ya daripada kamu pulang jalan kaki?"
"Aku bisa pesen grab kok om, Tenang aja."
"Kamu itu perempuan, mana tega saya membiarkan kamu pulang sendirian?"
DEG!
Jantung Nadila berpacu ketika mendengar ucapan Tama.
"Jadi, bagaimana? Saya antar pulang ya?"
"Lah, Ini curut masih di sini ternyata??" Dan belum sempat Nadila menjawab, Yuda telah datang
"Yuda? Ngapain lo ke sini?" Nadila bertanya
"Ngapain? Suka suka gue lah, orang ini rumah punya abang gue."
Nadila hanya memutar bola mata nya dengan malas
"Ngapain Yud malem malem ke sini?" Tama ikut bertanya
"Bang. Gue nginep sini ya, Males pulang" — Yuda
Tama terdiam sejenak
"Yuda, lo anter Nadila pulang"
"Gue anterin cewek ini balik? Ogah." Yuda menolak untuk mengantarkan Nadila pulang
"Yuda, Nadila perempuan. Emang lo tega biarin pulang sendirian? Nanti kalau ada apa apa gimana di jalan?" Tama menjelaskan
"Elah, lo belum tahu aja si Dila ini gimana. Naik motor sendirian jam satu malem aja berani, jadi jangan percaya deh sama nih cewek, pencitraan paling"
Mendengar hal itu, Nadila mendengus kesal.
'Awas aja ya lo Yudi, lo bakalan gue uyel uyel besok.'
"Yuda, anter Nadila pulang sekarang, gue yang suruh"
"Biarin aja pulang sendiri lah bang, capek gue. Napa lo jadi bawel sih ah"
"Bukan gitu Yud, Nadila kan kerja sama gue. Ya gue nggak mau lah dia kenapa kenapa di jalan."
Dan Nadila tersenyum malu mendengar perkataan Tama.
'Iya sayang, Aku nggak akan kenapa kenapa kok di jalan'
"Ck! Yaudah, gue anter pakai motor buruan! Repotin aja bisanya" Dengan wajah kesal, Yuda meninggalkan Nadila dan Tama untuk mengambil motor
"Dasar, suka minta tolong, giliran dimintain tolong balik gak pernah mau" Nadila ikut menggerutu
Dan Tama yang mendengar hanya tersenyum
"Om Tama, aku pulang dulu ya, Permisi." — Nadila juga segera meninggalkan Tama untuk pulang bersama Yuda
***
Waktu menunjukkan pukul enam pagi, namun Nadila sudah terlihat rapi. Tidak seperti biasa yang suka bangun siang.
Bahkan sang mama cukup terkejut melihatnya.
"Dek, Kamu mau ke mana? Kok udah rapi banget? katanya kamu kuliah siang?" Mama Yuri bertanya
"Mau kerja lah ma, Mau kemana lagi coba?" - Nadila
"Kamu kerja apa sih emang? Sampai pagi pagi gini berangkatnya?"
"Jadi asisten rumah tangga ma."
"Hah? Serius kamu?!" Mama Yuri semakin terkejut
"Ck. Kenapa sih emang? Kan mama sendiri yang ngomong, kalau Dila itu harus cari uang sendiri." - Dila
"Iya sih, tapi mama pikir kamu kerja di cafe atau magang di kantor, kamu kan ceroboh, apalagi kalau disuruh cuci piring"
"Mama ih, sama aja kayak kak Dani." —Nadila
"Hehe, Kan emang bener, kamu cuci piring aja gemeteran gitu."
"Udah ah. Dila berangkat dulu ya ma. Mungkin nanti Dila pulang malem lagi, jadi nggak usah tungguin Dila, Assalamualaikum" Nadila mencium pipi sang mama, setelah itu keluar dari rumah
"Waalaikumsalam, Hati hati sayang."
Mama Yuri tersenyum sembari memandang sang anak bungsu, beliau terlihat senang jika Nadila sudah cukup dewasa dalam menyikapi sesuatu, karena selama ini memang Nadila sangat dimanja oleh keluarganya, jadi Mama Yuri takut jika sikap Nadila akan terbawa hingga menikah nanti.
****
Nadila sudah berada di rumah Tama, dia tidak mengantar Issya ke sekolah, karena tadi Tama menghubunginya lewat telfon bahwa Issya telah diantar oleh Yuda.
Nadila merasa bahagia dihubungi oleh gebetan.
"Selamat pagi om." Nadila menyapa Tama yang sedang berada di ruang tamu dengan senyuman
"Iya, Pagi juga."
"Om nggak kerja? Kok jam segini masih di rumah?" tanya Nadila.
"Saya menunggu kamu"
"Eh? Kok tungguin aku?" Nadila cukup heran dengan alasan Tama yang sedikit tidak masuk akal
"Tidak apa, saya memang ingin menunggu kamu saja." - Tama berucap
"Ohh aku tahu! Om Tama pasti belum sarapan ya? Yaudah aku buatin sarapan dulu ya." Nadila segera beranjak ke dapur untuk membuatkan sarapan sang tuan
"Nadila?" namun Tama mengikutinya, dan memanggil
"Iya, Kenapa om?"
"Saya tidak ingin sarapan di rumah."
"Eh? Berarti aku nggak masakin om nih?"
Tama mengangguk "Kamu buatkan saja untuk Yuda dan Issya nanti"
"Oh okee" Nadila menuruti apa kata Tama
"Oh iya, Om Tama mau—"
"Saya ingin kamu mengantarkan makan siang ke kantor saya nanti"
Dan Nadila menghentikan kegiatannya secara tiba tiba akibat terkejut mendengar permintaan Tama.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments