Hujan deras tidak berhenti dari siang. Raya menunggu di parkiran sekolah sampai hujan reda. Ia melirik mobil milik Aska masih ada di parkiran sekolah.
Tidak lama Aska muncul dengan tas ranselnya. Ia terlihat cool dan tidak mempedulikan Raya. Aska mengendarai mobil sportnya meninggalkan gedung sekolah. Karena sekolah sudah sepi, Raya jadi cemas dan ia nekat pulang kehujanan dengan sepedanya.
Di perjalanan ada kayu besar tumbang, jalanan itu cujup sepi dan jarang di lalui kendaraan. Raya menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan ada orang lewat. Tapi tidak ada satupun orang lewat. Raya mengangkat sepedanya perlahan sampai bisa melalui batang pohon yang tumbang.
"Hei nona manis, kenapa hujan-hujanan nanti bisa sakit...hahahaha!" segerombolan pemuda terlihat di gubuk pinggir jalan. Mereka nampaknya sedang minun untuk menghangatkan badan.
Raya tidak menggubris dan bergegas mengayuh sepedanya. Dua orang dari pemuda itu mengikuti Raya denagn berlari menerobos hujan. Raya mengayuh sepedanya dengan kecepatan maksimal. Tapi rantai sepedanya putus dan ia terpaksa berhenti.
"Hei kemarilah biar kami bantu, berteduh dulu dengan kami" Kata dua orang pemuda itu sambil tertawa.
Raya melihat pinggir jalan itu adalah jurang. Ia tidak tahu harus bagaimana. Raya berlari dengan panik, ia berlari sekuat tenaga seolah napasnya akan putus.
Dua orang pemuda tadi berhasil mengejarnya dan menarik tasnya. Raya memandang patahan kayu di pinggir jalan. Ia mencoba mengambil patahan kayu itu untuk membela diri.
Tapi sial salah seorang pemuda menendang patahan kayu itu sampai terjatuh ke jurang. Raya menangis panik, ia berdoa dalam hati memohon keselamatan.
"Tuhan kirimkan malaikat untuk menjagaku dari mereka" kata Raya sambil ketakutan menatap wajah beringas kedua orang di hadapannya.
Raya memejamkan matanya sampai sebuah suara yang dikenalinya terdengar berteriak pada dua pemuda itu.
"Hei! bukan kah ini teman kalia!" Aska?..... ya Aska dengan tidak diduga oleh Raya ternyata si tuan muda itu muncul di hadapannya.
Aska menarik baju seorang pemuda yang terseok-seok di sampingnya. Pemuda itu babak belur karena Aska menghajarnya.
"Siapa kau?! jangan ikut campur urusan orang!"
"Lihat dia teman, sepertinya dia orang kaya bagaimana kalau kita ambil saja tasnya. Pasti dia banyak uang!" kedua pemuda itu tertawa dan berlari menghampiri Aska.
"Aska awas!" Raya berteriak....Dalam hitungan detik Aska sudah membuat dua orang itu babak belur.
"Bibi huang, tolong telpon tuan Hyuk aku di keroyok suruh anak buahnya menjemputku. Di jalan dekat sekolah"
Aska memasukan ponselnya kembali ke dalam tas ranselnya yang tahan air.
"Gadis bodoh, kenapa kau berdiri saja disana?!" Raya segera berlari mendekati Aska. Aska menarik tangan Raya. Keduanya berjalan cukup jauh karena Aska memarkir mobilnya di dekat jalan raya.
"Kenapa kau lewat jalan buntu ini?"
"Apa? jadi jalan ini buntu?"
"Dasar kau ini, disini sangat berbahaya kenapa kau bisa tidak tahu?"
"Tuan muda kenapa kua bisa mengikutiku?"
"Aku melihat sepedamu berbelok ke arah jalan ini, jadi aku mengikutimu"
"Terimakasih sudah menolongku...." Kata Raya tulus. Kali ini ia benar-benar selamat. Doanya terkabul mungkinkah Tuhan mengirim Aska untuk menolongnya..entahlah yang jelas mereka berdua selamat.
Aska mengantar Raya pulang dengan mobilnya. Raya memintanya untuk mampir, sekalian memberi kue dan teh sebagai tanda terimakasih.
"Maukah kau mampir sebentar, aku akan membuatkan teh hangat dan kue untukmu sebagai ucapan terimakasih"
"Aku bertaruh nyawa menolongmu dan kau hanya memberiku kue dan teh?"
"Maaf aku tidak punya apa-apa, jika kau tidak berkenan tidak masalah..."
"Baiklah..." Aska turun dari mobilnya. Ia mengikuti langkah Raya menuju rumah sederhana milik keluarga Raya.
"Ini rumahmu?"
"Benar, aku tinggal bersama ibu dan adikku. Disebelah itu rumah paman dan bibiku"
"Aku tidak bertanya kenapa kau menjelaskan panjang lebar? cerewet sekali...."
Sabar Raya, dia sudah menyelamatkanmu. Jangan hiraukan ucapannya yang setajam pisau itu.
"Ibu ada tamu...temanku" Ibu Raya berjalan ke ruang tengah menemui Aska. Ibu tampak tercengang memandang Aska. Ia seperti seorang pangeran dari negeri dongeng. Perawakan tinggi tegap kulit putih bersih dan wajahnya tampan.
"Kau teman Raya?"
"Benar, Raya memaksaku untuk mampir..."
"Oh ibu ini Aska dia sudah menolong Raya. Hampir saja ada pemuda jahat yang mau mencelakai Raya bu. Untung ada Aska"
"Oh begitu, kenapa kau diam saja ayo cepat beri handuk bersih untuk Aska dan tehnya mana? kue ambilkan kue yang paling enak yang ibu buat cepat..."
Aska terheran melihat ibu Raya. Nampaknya ibu dan anak sama lincahnya.
Raya datang dengan nampan berisi teh hangat dan kue. Aska menikmatinya, ia merasa kue itu enak sekali. Bahkan kue mahal yang biasa di beli bibi Huang kalah rasanya.
Pantas saja mama berlangganan kue di sini. Rasanya memang enak.
"Aku harus pulang, terimakasih untuk kuenya"
"Kami yang berterimakasih, lain kali mampirlah di toko kue ibu di depan sana"
Aska berjalan pergi menuju mobilnya. Ia meninggalkan rumah Raya dengan perasaan nyaman. Rumah sederhanna tapi terlihat hangat. Ibu dan anak yang sangat kompak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Atik Bunga
sepertinya aska sudah mulai menyukai raya tp masih gengsi mengakuinya
2024-04-20
0
susi 2020
🤭🤭
2023-11-26
0