Permintaan

Sejak malam itu, hubungan antara Adrian pada Erina pun mulai membaik. Erina tetap melakukan tugasnya sebagai istri meski mereka tidak saling menyatakan cinta.

Hingga tanpa terasa, dua tahun telah berlalu. Arga sudah bisa berjalan dan berlari dengan sangat lincah. Tubuhnya sehat, wajahnya persis seperti Adrian, dan ia menjadi anak yang baik dan selalu menuruti ucapan orang tuanya.

Pagi ini, mereka sedang sarapan bersama di ruang makan. Ada Heni, Adrian, dan Erina. Sedangkan Arga sedang tidur.

"Jadi bagaimana dengan proses penyapihan Arga? Apa dia baik-baik saja?" tanya Heni pada menantunya.

"Baik-baik saja, Bu. Awalnya memang agak susah karena dia terus merengek di malam pertama. Tapi setelahnya, dia sudah mulai terbiasa, Bu. Susu formula yang Ibu berikan sudah mau dia minum."

"Syukurlah. Lalu tunggu apa lagi? Rencanakan anak kedua."

Ucapan Heni sontak membuat Adrian dan Erina terkejut. Sampai-sampai Adrian terbatuk-batuk.

"Kenapa? Tidak perlu terlalu berlebihan." Heni mencibir.

"Bu, itu tidak mungkin." Adrian menatap ibunya serius.

"Tidak mungkin kenapa?"

"Karena sekarang Arga tidak membutuhkan ku lagi. Aku dan Adrian harus bercerai," sahut Erina dengan lirih.

Baik Adrian maupun Heni sama-sama terkejut mendengarnya. Adrian menatap Erina dengan serius. Tadi ia menolak permintaan ibunya karena Arga masih terlalu kecil. Kenapa tidak menunggu satu tahun lagi sampai ia benar-benar sudah siap punya adik. Tapi rupanya, Erina menanggapi dengan pemikiran berbeda.

"Tidak! Kau tidak boleh bercerai dari Adrian!" Heni menggebrak meja dan menatap tajam pada Erina.

Erina hanya menunduk sambil meremas ujung bajunya.

"Apa selama ini perhatian dan kasih sayangku padamu kurang? Kau tidak betah menjadi istri Adrian? Dan apa kau tidak kasihan pada Arga? Orang yang dia cari ketika baru bangun tidur adalah kau, bukan aku ataupun Adrian!" Mata Heni memanas saat mengatakan hal itu. Ia sangat terbakar emosi karena menantu yang sangat ia sayangi itu mencoba untuk menyerah menjadi istri anaknya.

"Tidak, Bu, tapi ini sudah perjanjian sejak awal

Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Saat Arga lebih besar lagi, maka dia tidak akan pernah mau berpisah denganku. Sekarang waktu yang cukup untuk melakukannya sebelum dia benar-benar tergantung padaku." Erina memberanikan diri berbicara dengan mata berkaca-kaca.

"Katakan padaku, apa kau memang ingin berpisah dengan Arga?" Heni mencondongkan wajahnya lebih dekat ke Erina yang ada di depannya.

Erina tidak berani melihatnya dan memilih menunduk saja. "Aku, siap," jawabnya pelan sambil menahan tangis.

"Tidak! Aku tidak percaya! Jangan pernah berpikir untuk pergi dari rumah ini apalagi sampai berpisah dengan anak dan cucuku. Bahkan Cintya pun belum sadar?" Heni masih mempertahankan prinsipnya.

"Tunggulah sampai Cintya sadar." Adrian berceletuk.

"Tidak! Tidak akan Ibu biarkan! Kalian harus tetap bersama."

"Bu, aku mohon, jangan mengikat Erina dengan hubungan seperti ini. Dia harusnya memperoleh kebebasan bersama orang yang dia cintai." Adrian mencoba memberi pengertian pada ibunya.

"Kau sangat egois." Heni pun pergi sebelum menghabiskan sarapannya. Ia benar-benar kecewa pada Adrian yang memilih mengikuti keinginan Erina.

Namun ia segera tersenyum dan diam-diam pergi ke kamar Adrian. Ia lantas mencari pil KB yang pasti diminum Erina sehingga ia tidak kunjung hamil sampai sekarang.

Pil itu berada dalam botol putih polos. Heni sudah merencanakan ini sejak awal. Ia pun menukar isi botol dengan pil yang bentuknya sama namun beda fungsi. Pil yang ia tukar berupa pil kesehatan dengan bentuk dan warna yang sama.

"Dengan begini, pasti Erina akan langsung hamil. Dan tidak ada alasan untuk Adrian menceraikannya." Tersenyum penuh keyakinan.

Erina hanya diam membisu. Ia sudah tidak berselera makan.

"Apa kau sudah yakin dengan keputusan mu?" tanya Adrian tiba-tiba.

Erina hanya mampu mengangguk lemah.

"Aku tidak menginginkan ini karena aku sudah terlanjur mencintai mu."

Ucapan Adrian langsung membuat Erina terkejut. Namun ia tidak bisa meresponnya. Menjadi istri kedua sekaligus orang ketiga dalam pernikahan Adrian dan Cintya bukanlah keinginannya.

"Aku sudah yakin dengan keputusan ku."

"Apa kau juga mencintai ku?"

'Tentu saja aku mencintaimu. Aku menyayangi Arga dan ibumu. Tapi aku tidak mungkin menjadi duri diantara kau dan Cintya,' batin Erina.

"Aku,,,."

"Undaaaaa."

Erina menoleh saat mendengar suara manis Arga.

Ternyata bocah itu sudah bangun. Ia bersama seorang pelayan yang tadi diminta Heni untuk menjaganya.

"Sayang, sudah bangun?" Erina menghampiri Arga dan memeluknya erat. Ia mencium pipi dan kening bocah tampan itu.

Arga hanya mengangguk sambil mengusap matanya yang sebenarnya masih mengantuk, namun ia ingin ditemani Erina.

"Temanilah dia, aku harus pergi bekerja." Adrian menghampiri mereka dan mencium kening Arga. Erina mencium punggung tangannya dan membiarkan Adrian pergi.

Ia pun segera kembali ke kamar dan memandikan Arga. Ia hanya ingin anak itu terbiasa hidup sehat dengan mandi pagi.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seperti nya Heni sangat menyayangi Erina

2024-02-19

3

Dika sama ibu mertua yg satu ini ayo Mama Hani berjuang u cucu kedua mu

2022-10-12

0

Ayas Waty

Ayas Waty

ibu mertua yang baik

2022-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!