Beberapa hari kemudian, Erina sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ia sedang duduk di dalam kamar sambil memandangi foto almarhum suaminya.
"Kenapa kau begitu cepat pergi? Kau bahkan tidak meninggalkan pesan apapun padaku." Memeluk foto Feri dan semakin menangis terisak.
Tokk tokk tokk.
Terdengar suara pintu diketuk. Erina langsung keluar membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah seorang pria berpakaian rapi dan dua orang pengawal bertubuh kekar.
"Si-silakan masuk." Erina mempersilakan orang yang sebelumnya pernah menemuinya beberapa kali untuk menagih hutang suaminya.
Setelah pria itu duduk, ia langsung menyerahkan sebuah map pada Erina. "Ini adalah rincian hutang yang sebelumnya sudah Anda bayar dari hasil penjualan rumah dan aset lain milik suami Anda. Tapi maaf, semua itu masih belum bisa membayar hutang suami Anda."
"Maafkan saya, Tuan. Tapi saya belum bisa membayar hutang-hutang saya pada bos Anda. Saya bahkan menyewa rumah untuk tinggal." Erina menatap memelas.
"Maafkan saya, Nona. Tapi itu diluar kuasa saya. Di sini saya hanya menjalankan tugas. Pesan dari Tuan Adrian, jika Anda tidak bisa melunasinya, maka beliau akan menjebloskan Anda ke penjara. Waktu yang diberikan hanya satu minggu."
"Tuan, saya mohon, jangan lakukan ini." Erina mulai bergetar ketakutan.
"Maaf, Nona, saya sudah menyampaikan pesan dari Tuan Adrian. Kalau begitu, saya permisi."
Pria itu pun langsung pergi meninggalkan Erina yang kini tengah menangis dan bergetar ketakutan.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lalukan?"
Erina berjalan mondar mandir sambil memikirkan ide.
"Bagaimana kalau aku kabur. Ah tidak, kalau aku kabur, sama saja aku bunuh diri. Tuan Adrian sangat berkuasa. Lari ke lubang semut pun dia akan tetap menemukanku."
Erina masih tampak berpikir dalam kebimbangannya. Hingga terlintas sebuah ide yang ia rasa cukup berani.
"Baiklah, sepertinya aku harus mendatanginya langsung. Aku akan memohon padanya agar memberikan ku kelonggaran waktu." Erina menatap penuh keyakinan.
*****
Di sebuah rumah mewah di tengah kota.
"Bagaimana, Nick, apa kau sudah menagih hutang-hutang para pembisnis payah itu?" tanya Adrian.
"Sudah, Tuan. Namun ada satu orang yang sepertinya akan mengalami kesulitan dalam membayar. Namanya Nona Erina, istri dari Feri Ariawan, pembisnis yang meninggal beberapa bulan yang lalu."
"Aku tidak peduli, mereka harus tetap membayar. Jika tidak, maka aku akan memasukkan mereka ke dalam penjara." Adrian menatap tajam ke sembarang arah.
Tak berselang lama, terdengar suara langkah kaki datang mendekat. Seorang wanita separuh baya yang merupakan ibu Adrian yang bernama Heni datang sambil membawa seorang bayi.
"Adrian, bagaimana ini? Arga tidak mau meminum susu formula. Ibu sudah membeli semua jenis susu, tapi ia tetap tidak mau."
"Bagaimana dengan ASI, Bu? Yang sudah kita cari di rumah sakit?"
"Ibu sudah memberinya. Tadi dia mau bahkan meminumnya sampai habis, tapi stok di rumah sakit tidak ada lagi karena pasien tersebut sudah pulang. Hanya tersisa dua botol lagi yang hanya cukup sama besok. Sebelumnya Ibu sudah memberikan ASI yang lain, tapi dia tidak mau. Dia juga terus memuntahkannya. Sepertinya dia hanya ingin ASI pertama yang dia minum."
"Baiklah, aku akan menanyakan ke pihak rumah sakit siapa wanita yang memberikan ASI nya pada Ibu. Aku akan membawanya ke sini."
"Kau harus cepat. Ibu tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa dengan Arga."
"Bu, jangan bicara seperti itu. Kita harus yakin Arga akan baik-baik saja. Berikan dia padaku, Bu." Adrian menggendong putranya. Perlahan, bayi yang baru berumur beberapa hari itu tertidur dengan nyenyak.
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah akan melakukan semuanya untukmu." Adrian mengecup kening putranya, lalu menyerahkan pada ibunya.
Heni pun langsung membawa Arga ke dalam kamar.
"Nick, hubungi pihak rumah sakit dan tanyakan dimana keberadaan wanita itu. Bila perlu kau ke sana dan menjemputnya. Dia harus datang ke sini. Berapapun biayanya akan aku bayarkan padanya asal dia mau menyusui Arga."
"Baik, Tuan. Tapi sepertinya saya harus datang ke sana mengingat ASI yang diberikan pada Tuan Arga tidak hanya dari satu orang."
"Terserah, yang penting besok wanita itu harus sudah ada di sini. Waktumu sampai besok pagi setelah Arga bangun."
"Baik, Tuan, saya permisi." Nick yang merupakan asisten Adrian pun pergi ke rumah sakit.
Sementara Adrian pergi ke sebuah kamar yang di dalamnya terdapat sang istri yang sedang koma. Ia mengusap kepala istrinya dengan lembut, lalu mencium keningnya.
"Bangunlah, Sayang, aku mohon." Bulir air mata pun menetes dari pelupuk mata Adrian. Terlihat jelas betapa besar cintanya pada istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Angel❤️⃟Wᵃf
Weh setiaa yaaaa mungkin hanya di novel yaa khaaaannn 🤣
2024-02-07
2
Nani Sunarni
klw dunia nyata si istri LG koma suami menikah LG 🤫😀😀
2023-02-20
1
Murni Aneka
apakah itu erina pasien yg sudah pulang nya?
2022-10-05
1