Sadar

Satu bulan telah berlalu. Erina sedang menyuapi Arga makan malamnya.

"Bagaimana? Enak?" tanya Erina pada bocah lucu itu.

"Nak, au agi."

"Mau lagi? Oke bos, ayo buka mulutnya, aaaaa." Erina siap menyuapi Arga.

Namun hal mengejutkan terjadi.

"Adrian." Suara seorang wanita terdengar tak jauh dari mereka.

"Cintya!" Adrian dan Heni berdiri menyaksikan Cintya yang sedang duduk di kursi roda.

Dari belakang, terlihat sang perawat datang tergopoh-gopoh. "Nyonya!"

"Ka, kau sudah sadar?" tanya Adrian dengan ekspresi terkejutnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Heni pada sang perawat.

"Tadi saya tinggal mandi, namun tiba-tiba Nyonya menghilang bersama kursi roda."

"Adrian." Cintya tersenyum menatap Adrian yang masih diam membisu.

Pandangan Cintya pun beredar saat menyadari tak hanya Heni dan Adrian di meja makan itu. Ia melihat seorang bocah laki-laki tampan yang sangat mirip dengan Adrian.

Ia tersenyum lebar melihatnya, dan seketika senyumannya hilang saat melihat seorang wanita yang berada di samping Arga dengan sendok kecil yang dalam posisi akan masuk ke mulut Arga.

Adrian menghampiri Cintya dan memeluknya. Hal ini membuat hati Erina seakan teriris.

"Apakah anak itu anak kita?" tanya Cintya sambil menunjuk Arga.

"Ya, dia anak kita. Namanya Arga."

"Arga? Itu nama yang bagus."

Adrian mengangguk sembari tersenyum.

"Siapa dia? Apa dia pengasuh anak kita?" Kini Cintya menunjuk Erina yang hanya diam saja.

"Tidak, dia itu is,,,,"

"Ya, dia pengasuh anak kita."

Ucapan Heni dipotong Adrian karena ia tidak mungkin memberitahu Cintya sekarang. Cintya baru sadar dari komanya, ia takut hal itu akan berakibat fatal pada kesehatannya.

"Unda,,,,akan." Arga merengek pada Erina karena sendok berisi makanan yang dipegang Erina masih menggantung di depan bibirnya.

Erina terkesiap dan langsung menyuapi Arga.

"Apa katanya? Unda? Bunda?" tanya Cintya.

"Emm, dia memang sering dipanggil bunda di daerah tempat tinggalnya, jadi Arga ikut terbawa," sahut Adrian.

"Siapa namamu?"

"Nama saya Erina, Nyonya."

"Erina, terima kasih ya karena kau telah menjaga anakku."

"Iya, Nyonya, itu memang tugas saya."

"Bolehkah kau bawakan Arga padaku? Aku ingin memeluknya."

Dengan perasaan gugup, Erina langsung membawa Arga pada Cintya.

"Hai, Arga, sini sama Mama." Cintya menaikkan kedua tangannya untuk menggapai Arga.

Saat sudah berada dalam gendongannya, Arga langsung menangis dan berteriak sambil menaikkan tangannya untuk menggapai Erina. Bahkan, ketika ia sudah menggapai tangan Erina, ia langsung menggenggam dengan erat tanpa mau melepasnya.

"Unda!!!"

Erina langsung mengangkat Arga karena takut melukai Cintya yang belum pulih sepenuhnya.

"Kenapa Arga seperti itu padaku?" Cintya menatap Adrian dengan mata berkaca-kaca.

"Ya jelas saja! Kau koma selama dua tahun. Dia tidak mengenali dirimu. Apa kau kira dia itu orang dewasa yang akan langsung mengerti," ucap Heni dengan nada dan tatapan sinis.

Cintya langsung menunduk sedih. Bahkan saat dirinya baru sadar setelah koma karena melahirkan cucunya pun, ibu mertuanya masih saja ketus padanya.

"Bu, jangan begitu, Cintya baru saja sadar." Adrian langsung membawa Cintya ke dalam kamar. Ia pun memanggil dokter untuk mengecek kondisi Cintya.

Setelah diperiksa, dokter mengatakan jika keadaan Cintya baik-baik saja meski ia perlu therapy agar dapat berjalan.

"Bagaimana Nyonya naik ke kursi roda?" tanya sang dokter.

"Aku menyeret kakiku."

"Baiklah kalau begitu, saya akan memberikan obat untuk pemulihan Nyonya. Therapy akan dilakukan di rumah ini saja. Saya akan mengirimkan perawat tambahan untuk membantu pemulihan Nyonya."

"Terima kasih, Dok."

Setelah dokter pulang, Adrian pun diminta bercerita tentang apa yang terjadi selama ia koma.

Adrian hanya menceritakan kegiatannya dan pertumbuhan Arga selama dua tahun ini. Ia tidak bisa bercerita tentang dirinya yang menikah dengan Erina atau dia yang menyusui Arga.

Setelah itu, Adrian menyuruh Cintya istirahat. Ia pun bergegas pergi untuk menemui Erina. Kejadian hari ini diluar dugaan. Cintya sudah terlanjur melihat Erina dan Arga tidak mau lepas dengannya. Dengan begini, Erina terpaksa tetap berada di rumahnya sebagai pengasuh Arga sampai Arga bisa menerima Cintya.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar Erina

2024-02-19

0

istripak@min

istripak@min

sedih klw dibayangkan menjadi cintya

2024-02-15

2

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

bagus nek semoga arga cepet punya dedek bayi

2022-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!