Kau adalah istriku

Erina baru saja sampai di rumah. Ia tidak menghabiskan waktu sampai dua jam karena ia memang berniat mempersingkat waktu bersama Dani. Ia tidak ingin kalau Sisil, istri Dani tahu bahwa mereka bertemu. Hubungannya dengan Sisil memang mulai merenggang sejak suami Erina meninggal. Dani sampai cuti bekerja selama seminggu hanya untuk mengurus Erina.

Namun tiba-tiba, sebuah tangan menarik paksa Erina. "Ikut aku!"

Ternyata itu adalah Adrian yang entah sejak kapan mobilnya sudah berada di halaman rumah. Dengan raut wajah kesal, Adrian menarik Erina menuju kamar.

Disaksikan beberapa pelayan yang hanya diam saja, Adrian membuat Erina seperti orang berlari karena harus menyaingi langkahnya.

"Adrian, kenapa?" Erina kebingungan.

Adrian diam saja. Ia terus menggenggam tangan Erina dengan sedikit kuat. Menandakan bahwa ia sedang emosi.

Setelah masuk ke dalam kamar, Adrian langsung mengunci kamar tersebut. Ia lantas menarik Erina ke ranjang, lalu menjatuhkannya dengan kasar.

Adrian lantas membuka kemejanya, hingga memperlihatkan tubuhnya yang atletis itu.

"Adrian, apa yang kau lakukan!" Erina mencoba berdiri, namun Adrian kembali mendorongnya hingga terjungkal ke ranjang.

Setelah bagian atas polos, Adrian langsung merengkuh tubuh Erina. Dengan paksa, ia mulai menciumi dan mencumbui Erina tanpa henti.

Erina memberontak, mendorong dada Adrian agar pria itu sedikit memberi ruang. Namun Adrian malah semakin bringas. Kini tangannya menarik paksa pakaian Erina hingga kemeja yang dikenakan Erina robek. Kancing berhamburan ke lantai, Adrian mencampakkan baju Erina sembarangan. Ia juga melepas Br* yang masih menempel di dada Erina.

Setelah melepasnya, ia langsung melahap gundukan besar yang kini semakin membuatnya bergairah. Sudah hampir dua bulan ia tidak mendapatkan kebutuhan biologisnya.

"Adrian! Sadarlah!" Erina mencoba memperingatkan Adrian, namun pria itu tidak memperdulikan.

"Diam! Kau adalah istriku! Sudah sepantasnya kau menuruti semua perkataan ku! Apa hanya laki-laki itu yang boleh memegang tangan dan pipimu? Ha!" Adrian menatap sangat tajam.

"Tidak, dengarkan aku. Itu semua tidak benar."

"Simpan omong kosong mu." Adrian pun membuka seluruh pakaiannya, lalu pakaian Erina secara paksa. Terlihat jahitan di bagian perutnya, bekas operasi caesar yang sudah menyatu. Padahal waktu itu Erina ingin melahirkan normal saja. Tetapi, karena anaknya tidak merespon, maka terpaksa dilakukan operasi Caesar.

Dalam satu hentakan, Adrian pun akhirnya menguasai Erina. Tubuh mereka telah menyatu dalam hasrat yang menggebu tapi hanya berlaku bagi Adrian.

Adrian akhirnya menikmati setiap sensasi kenikmatan yang ada. Ia mulai menggerakkan tubuhnya dengan tempo yang sama.

Erina hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil menangis. Tidak, seharusnya ia tidak menangis, karena ini memang tugasnya. Tapi, perlakuan Adrian yang dilatarbelakangi emosi membuat hal ini bukan hal yang benar.

Sebuah erangan panjang dari Adrian pun mengakhiri pertempuran mereka siang itu. Setelah kembali menguasai dirinya, Adrian kembali memakai pakaiannya. Ia melirik Erina yang masih menangis di atas ranjang dengan ditutupi selimut.

"Hentikan tangisan mu itu! Kau seolah seperti wanita yang baru saja diperkosa orang asing. Kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu!"

"Maaf, hanya saja, aku terkejut kau melakukan ini. Apalagi dalam keadaan emosi."

"Emosi? Memangnya suami mana yang tidak emosi melihat istrinya bermesraan dengan pria lain di tempat umum!"

"Apa kau mengikuti ku?"

"Ya, aku mengikuti dan menyaksikan semuanya. Awalnya aku hanya ingin memastikan tidak ada media di sana. Tetapi, aku malah melihat pemandangan yang menjijikkan itu!"

"Adrian, aku dan Dani berusaha sejak kecil. Tadi dia hanya reflek memegang tanganku." Erina mencoba menjelaskan.

"Oh ya? Bersahabat? Apa sahabat akan meminta sahabatnya menjadi istri keduanya?"

'Apa? Dia mendengarnya? Tapi bagaimana bisa?'

Tiba-tiba Erina teringat sesuatu. "Apa kau orang yang duduk sambil menutup wajah dengan koran tepat di belakang kami?"

"Kalau iya kenapa? Kau mau marah? Silakan! Marahlah, agar aku bisa melakukan hal seperti tadi padamu!"

"Adrian, maafkan aku, tapi kau juga pasti dengar, kan bahwa aku menolaknya. Aku tidak ingin menjadi duri dalam pernikahan mereka."

"Lalu, jika seandainya istrinya tidak ada, apa kau akan tetap menerimanya?" Tatapan mata Adrian semakin menusuk saja.

"Tidak, aku tidak akan menodai persahabatan kami." Erina menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kau menjawab hal yang ingin ku dengar. Rasa takutmu membuatku semakin kesal saja." Adrian pun pergi ke ruang kerjanya. Ia memilih membersihkan dirinya di sana, lalu setelahnya kembali ke kantor. Ada sahabatnya yang sedang menunggu dengan setia demi dirinya yang tadi melakukan misi pengintaian pada Erina.

Terpopuler

Comments

nadya_hime

nadya_hime

Waaah Adrian lu udah makan Erina, bakal ketagihan lu, gw jamin ereksi lu cuma sm Erina.. wkwkwkwk..😅

2024-05-29

0

Dewa Dewi

Dewa Dewi

udh ketagihan ya

2024-02-20

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

cemburu mu membuat Adrian dan Erina bersatu dalam paksa

2024-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!