Keesokan harinya, setelah memompa ASInya, Erina pun pergi ke rumah Adrian yang merupakan rumah pengusaha tempat suaminya meminjam uang.
Kini ia sudah berada di ruang tamu rumah Adrian. Tadinya ia diperbolehkan masuk karena Adrian berpikir ia akan membayar hutang suaminya.
"Silakan perlihatkan bukti bahwa kau sudah membayar hutang suamimu dan setelah itu enyahlah dari hadapanku!" Adrian menatap Erina dengan tatapan tajam.
"Maaf, Tu-tuan, sa-saya belum bisa melunasi hutang suami saya. Saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi." Suara Erina terdengar bergetar saat ini. Ia benar-benar takut akan tatapan Adrian saat ini.
"Hahaha, ternyata kau ke sini hanya untuk mengatakan hal bodoh itu? Kau kira aku peduli? Baiklah, sesuai kesepakatan, kau harus dipenjara, polisi akan segera menjemput mu."
"Saya mohon, Tuan." Erina bersimpuh di kaki Adrian. Ia tidak memperdulikan rasa sakit bekas operasi di perutnya. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya terhindar dari sanksi yang diberikan Adrian. Ia sudah kehilangan keluarganya, ia tidak mau menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji.
"Menyingkir dari kakiku!" Adrian melepaskan kakinya dari Erina.
Erina masih berlutut di hadapan Adrian. Ia menundukkan kepalanya, sambil terus menangis.
Terdengar suara tangisan bayi yang datang mendekat.
"Adrian! Bagaimana ini? Arga sudah sangat lapar. Susu terakhir telah habis beberapa jam yang lalu. Ya Tuhan!" Heni menangis sambil terus menimang cucunya. Bahkan keberadaan Erina pun tak terlihat karena kepanikannya.
"Dasar Nick bodoh! Apa dia tidak bisa bekerja!" Adrian memaki Nick sambil mencoba menghubunginya.
Dan tak berselang lama, Nick pun datang dengan wajah cemas.
Adrian langsung mencengkram kerah baju Nick. "Mana wanita itu!" teriaknya.
"Maafkan saya, Tuan. Saya sudah mencarinya bahkan sampai ke rumahnya, tapi dia tidak ada. Saya hanya dapat nama, alamat dan fotonya saja." Nick memberikan sebuah lembar foto yang berisi foto dengan nama dan alamat dibaliknya.
Saat melihat foto tersebut, Adrian terkejut karena wajah wanita dalam foto itu sama dengan wajah Erina yang kini masih berlutut di hadapannya.
"Siapa namamu?" tanya Adrian pada Erina.
"Nama saya Erina, Tuan. Erina Lestari."
"Sekarang, berikan ASI mu pada anakku!"
Erina menatap heran pada permintaan Adrian. Namun, melihat Adrian melotot semakin tajam padanya, membuat Erina langsung menghampiri Arga yang masih menangis dalam gendongan Heni.
"Di kamar saja," ujar Heni.
Erina mengangguk. Mereka pun segera pergi ke kamar tamu rumah itu. Di dalam, Erina langsung menyusui Arga yang terlihat begitu lahap menyedot ASInya hingga ia pun terlelap karena kelelahan sehabis menangis dan rasa hausnya telah sirna.
Heni memberikan Arga pada seorang pelayan. Ia pun menemani Erina menghadap Adrian.
"Bagaimana, Bu?" tanya Adrian.
"Syukurlah, Arga mau dan sekarang dia sudah tidur," ucap Heni dengan senyum di wajahnya.
"Ah, syukurlah." Adrian mengusap wajahnya pelan.
Ia pun menatap Erina yang masih berdiri di samping Adrian.
"Kemana bayimu?"
"Meninggal setelah saya melahirkan, Tuan."
"Kalau begitu, mulai sekarang kau harus tinggal di sini. Susui anakku sampai dia tidak membutuhkan mu lagi. Setelah itu, hutang suamimu aku anggap lunas."
Erina terkejut dengan penawaran Adrian. Namun, ini adalah jalan satu-satunya agar ia dapat terbebas dari jeratan hutang.
"Ba-baik, Tuan." Erina langsung mengangguk cepat.
"Tidak, Adrian, ini tidak benar. Bagaimana kalau kakekmu tahu? Kau tahu kan kalau dia tidak suka jika ada wanita yang tinggal di sini tanpa status apapun. Bagaimana dengan gunjingan tetangga nantinya."
"Bu, tenang saja. Dia hanya akan menyusui anakku. Tidak akan ada yang terjadi pada kami." Adrian meyakinkan ibunya.
"Tidak, Nak. Dia bukan pelayan atau pengasuh. Dialah orang terdekat Arga saat ini. Dia akan terus bersama Arga sepanjang waktu. Bahkan dia akan tidur dengan Arga setiap malam. Apa kau kira kakek akan senang? Terlebih lagi,,,,dia tidak,,,"
"Lalu, Ibu mau aku melakukan apa?"
"Nikahi dia."
"Apa?" Adrian maupun Erina sama-sama terkejut.
"Itu tidak mungkin, Bu. Aku tidak mungkin mengkhianati Cintya. Aku sangat mencintainya."
"Tapi itu hanya berlangsung selama Arga membutuhkan ASInya saja."
Adrian tampak berpikir serius.
"Kau tahu seperti apa kakekmu itu. Kau tidak bisa sembarangan membawa wanita lain meski dia adalah ibu susu untuk anakmu. Memang, dalam hukum maupun agama, laki-laki tidak mesti menikahi ibu susu anaknya. Tapi kau lihat realitanya, bahkan kemarin dokter mengatakan kalau Cintya sudah tidak ada harapan lagi. Alat-alat medis itu harusnya sudah dilepas, tapi kau bersikeras tidak mau."
"Baiklah, aku akan menikahinya. Tapi itu berlangsung sampai Cintya sadar dari komanya." Menatap Erina yang hanya bisa tertunduk diam.
Ia hanya mampu meremas ujung bajunya saja. Ia tak mampu berkata apapun. Melawan juga percuma, karena jika ia menolak, ia akan membahayakan nyawa bayi yang membutuhkannya dan juga dirinya sendiri yang harus mendekam di penjara.
Heni tersenyum puas. Sebenarnya ini adalah keinginannya. Melihat Adrian menikahi wanita lain agar ia bisa melupakan Cintya yang selama ini sangat ia benci karena sudah memonopoli anaknya.
Maka sejak hari itu, Erina pun tinggal di rumah Adrian sebagai ibu susu Arga. Pernikahan akan dilaksanakan saat masa Nifasnya sudah selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Angel❤️⃟Wᵃf
Erina ohhh .... pasti nanti sang CEO jatuh cinta sama kamu
2024-02-10
2
Yuli Eka Puji R
tenang erina nanti sehabis nyusuin anaknya pasti gantian nyusuin bapaknya 🤣😂😂
2022-12-10
0
Murni Aneka
kenapa masa nifas harus nya masa iddah nya karna ditinggal suami nya, kalau masa nifas paling lama 2 bln kalau masa iddah 4 bulan kan kalau ngak salah thor, seharus nya masalah seperti ini harus diperhatikan thor biar tdk jdi bumerang bagi yg baca dan salah juga dalam agama kita islam thor🙏
2022-10-05
0