Sore harinya, Adrian baru saja pulang dari bekerja. Pertama, ia menemui Cintya dulu, mengecup keningnya, lalu pergi ke kamar untuk menemui Arga.
Saat pintu dibuka, terlihat Erina yang tengah tertidur di atas sofa sambil memegangi buku tentang ibu menyusui. Sedangkan Arga sudah tertidur pulas di dalam box bayinya. Wajahnya terlihat tenteram dan damai. Tubuhnya mulai berisi, pipinya chubby, dan kulitnya yang sangat halus.
Adrian tersenyum menatap puteranya yang sangat tampan seperti dirinya. "Bagaimana harimu, Nak? Apa wanita itu merawat mu dengan baik?" Mengusap pipi Arga perlahan.
Terlihat Arga menggeliat karena tidurnya terganggu. Cepat-cepat Adrian menjauh dan membiarkan Arga istirahat.
Ia pun mendatangi Erina yang posisi tidurnya terlihat tidak nyaman. Ia pun membetulkan posisi tidur Erina agar tidak seperti orang duduk dan membuat tubuhnya semakin pegal.
"Sepertinya dia sangat lelah." Adrian menatap Erina dengan tatapan iba. Namun, cepat-cepat ia tersadar akan pikirannya saat ini.
Ia pun mengambil buku dari tangan Erina dan meletakkannya di atas meja. Setelahnya, ia pun berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat sudah selesai mandi, Adrian pun keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya. Menyisakan bagian atas tubuhnya yang masih terbuka dan terlihat sangat perkasa.
Namun, saat ia menoleh ke box Arga, ia tak melihat keberadaan Arga di sana. Begitu juga dengan Erina yang tak ada di sofa.
Ia pun mencari ke ruang menyusui, dan benar saja, Erina sedang menyusui Arga di sana. Erina pergi karena sudah menyadari keberadaan Adrian dalam kamar itu.
Adrian yang tak ingin Erina terkejut dan terganggu, memilih ke ruang ganti dan mengganti pakaian dengan setelah santai.
Ia pun memainkan ponselnya di atas sofa sambil menunggu Erina dan Arga selesai.
Tak berselang lama, Erina keluar dari ruangannya dengan Arga yang terlihat sangat tenang.
"Berikan padaku, aku ingin menggendongnya," pinta Adrian.
"Maaf, tapi sterilkan dulu tanganmu sebelum menyentuhnya."
"Aku baru saja mandi, dan belum menyentuh apapun."
"Ponselmu berkuman, dan itu tidak baik untuk Arga, cucilah dulu tanganmu dengan sabun."
"Apa kau baru saja,,,,,," Adrian menggantung kalimatnya saat mengingat ucapan sang ibu tadi pagi. "Baiklah, aku akan mencuci tanganku."
Adrian pun pergi ke kamar mandi dan mencuci tangannya. Setelah itu, barulah ia diperbolehkan menggendong Arga.
"Hai, anak Papa, sudah bangun, ya." Adrian tersenyum pada Arga yang kini tertawa melihatnya.
"Sekarang pergilah mandi dan istirahat lagi, aku yakin tidurmu tadi belum cukup. Biar Arga aku yang menjaga. Saat dia membutuhkan ASI saja baru aku akan memanggilmu," ujar Adrian.
Erina tertegun mendengar ucapan Adrian yang seperti mengatakan hal diluar dugaan.
"Kenapa? Apa kau tidak ingin mandi dan istirahat?" tanya Adrian lagi.
"Maaf, tapi aku sudah mandi, istirahat ku tadi sudah cukup."
"Ya sudah, kalau begitu, pergilah kemana kau suka agar aku terlihat seperti suami yang peduli."
Erina mengernyitkan dahinya.
"Ibu yang menyuruh ku bersikap baik padamu demi Arga. Kalau kau sedih dan stres, itu akan berpengaruh pada ASImu dan Arga juga akan terkena dampaknya, jadi jangan berbangga hati dulu."
"Baik, aku mengerti. Lagipula aku tidak merasa sedih dan stres karena merawat anak adalah keinginan ku. Aku sudah sangat menyayangi Arga."
"Sudahlah, kenapa harus protes, iyakan saja apa yang aku katakan."
"Baiklah, iya."
"Sekarang pergilah kemanapun kau suka. Kau bisa jalan-jalan, shopping, ke salon, mall, atau tempat wisata. Aku akan di sini menjaga Arga."
Erina terdiam mendengar ucapan Adrian.
"Kenapa diam? Pergilah dan segarkan pikiranmu."
"Maaf, jika aku pergi, lalu siapa yang akan menyusui Arga?"
Adrian langsung menyadari kekeliruannya. "Maksud ku, besok-besok, bukan sekarang."
"Besok atau lusa pun akan tetap sama jika Arga tidak bersamaku."
"Kau bisa membawanya."
"Ya, kalau begitu, lebih baik aku di rumah saja. Luar ruangan yang penuh dengan hiruk pikuk akan membuat Arga merasa tidak nyaman. Dia masih berusia satu bulan lebih, tubuhnya masih rentan."
"Aku membicarakan beberapa bulan lagi, bukan sekarang."
"Baik."
"Baiklah, kalau begitu, mainkan saja ponsel mu."
"Tidak, aku tidak ingin menyakiti Arga dengan bermain ponsel di dekatnya."
"Kau banyak alasan, padahal hanya disuruh bersantai dan istirahat."
"Sepertinya kau sama sekali tidak mengerti ucapan Ibu." Erina tersenyum tipis.
"Aku sangat mengerti."
"Tidak, kau hanya mengerti ucapannya, bukan maksud dibalik kata-katanya."
"Apa maksud mu?"
"Tidak ada, maaf."
"Tunggu! Kenapa kau tidak memanggil ku Tuan lagi seperti biasanya?"
"Karena Ibu yang menyuruh ku. Kau suamiku, bukan majikanku."
"Astaga, Ibu." Adrian menggelengkan kepalanya. Namun tiba-tiba, ia merasakan cairan hangat membanjiri tangan yang menopang tubuh bagian belakang Arga.
"Arga mengompol, sini, biar aku ganti dulu." Erina mengambil Arga dan membawanya ke dalam ruang ganti.
Selesai mengganti pakaian Arga, Erina kembali ke Adrian yang entah sejak kapan sudah mengganti bajunya.
"Kenapa tidak memakai diapes?"
"Dia memakai diapers saat malam saja, agar dia merasa nyaman dan bebas."
"Kau membuat dirimu lelah."
"Aku hanya ingin yang terbaik untuknya." Tersenyum pada Arga, lalu mencium kening bayi mungil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
@ Mmh adil @
jujur tapu menyakitkan , dasar s Adrian ..
2024-07-12
0
cinta semu
cerdik sekali kau Erina 😂😁 Adrian mana tau peran seorang ibu 😁😁.... Adrian kan ayah
2024-02-21
1
Yunerty Blessa
jangan bantah Adrian
2024-02-19
0