Aku terima

"Terima kasih karena selama ini kau sudah menjadi ibu untuk anakku. Kau memberi kasih sayang seorang ibu yang tak bisa ia dapatkan dariku." Cintya tersenyum lembut.

Erina bahagia mendengar ucapan Cintya yang saat ini sudah mau menerimanya sebagai madunya.

"Bagaimana perasaan mu sekarang? Apa kau tidak mengalami gejala morning sickness?" tanya Cintya.

"Tidak, aku hanya merasa lebih cepat lelah saja sekarang. Mungkin ke depannya, Arga akan sering bersamamu. Dia juga pasti sangat rindu pada ibu kandungnya."

"Kondisiku masih seperti ini, aku tidak yakin juga karena Arga belum mengenal ku. Jika kau lelah, sebaiknya serahkan dia pada babysitter saja."

"Tidak, jangan. Aku akan berusaha untuk terus bersamanya. Aku tidak akan membiarkan dia bersama pengasuh bayi."

"Aku berjanji, jika aku sudah pulih, aku akan membantumu menjaganya."

Erina tersenyum, namun kalimat Cintya terdengar aneh baginya. 'Membantu katanya? Arga adalah anak kandungnya. Bagaimana dia bisa mengatakan itu. Ah, tapi mungkin dia hanya salah ucap saja,' batinnya.

"Erina, mulai sekarang, aku akan tidur di kamar bersama Adrian, apa kau tidak keberatan? Dia juga akan tidur denganmu. Ibu hamil harus mendapatkan perhatian ekstra dari suaminya, bukan?"

"Ya, memang seharusnya begitu. Dulunya, kamar itu adalah kamar kalian." Erina mengangguk mengerti.

"Terima kasih atas pengertian mu. Aku menyesal sempat bersikap buruk padamu. Padahal hatimu sangat baik, Erina." Cintya memegang tangan Erina dengan erat.

Erina hanya mengangguk dan tersenyum.

Terlihat Arga yang sedang berlari ke sana kemari dengan pakaian yang sudah lengkap. Karena kurang hati-hati, kepala Arga membentur pintu kamar ganti. Ia pun langsung menangis kencang. Erina segera bangkit dan mendiamkan Arga. Ia meneliti kepala Arga yang tidak mengalami memar.

"Maafkan Bunda, Sayang, Bunda tidak melihatmu. Erina mengusap kepala Arga. Anak itu sedang duduk bermanja di atas pangkuannya.

"Kenapa kau nakal sekali, Nak, kasihan Bunda," ucap Cintya yang langsung membuat Erina terkejut.

"Cintya, dia tidak nakal. Dia hanya terlalu aktif saja. Sebutan itu tidak baik untuknya." Erina mengingatkan.

"Maaf, aku hanya belum terbiasa." Cintya menunduk menyadari kesalahannya.

"Aku mengerti." Erina mengangguk.

*****

Sore harinya, Adrian yang baru saja pulang bekerja terkejut melihat Erina dan Cintya yang sedang mengobrol di ruang keluarga sambil sesekali tertawa.

"Assalamualaikum." Adrian datang sambil mengucap salam.

"Waalaikumsalam." Erina dan Cintya kompak menyahut.

"Erina, Cintya." Adrian datang menghampiri.

"Adrian, sudah pulang?" Erina langsung menyalim tangan Adrian seperti biasa.

"Peluk aku." Cintya mengangkat kedua tangannya.

Hal ini membuat Adrian bingung. Ia pun mengingat ucapan Ustaz yang ia temui tadi.

*Sebagai suatu perbuatan yang berisiko untuk jatuh kepada pelanggaran syariat, maka seseorang yang hendak berpoligami mesti memenuhi syarat kebolehannya diantaranya adalah harus berlaku adil.

Dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam QS An-Nisa: 03 Poligami, Isnan Ansory mengatakan, dasar penetapan syarat ini yaitu sebagai berikut:

“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Maha penyayang.”

Selain ayat Alquran, terdapat juga hadits dari Abu Hurairah RA. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Barang siapa yang memiliki dua orang istri dan dia lebih condong kepada salah seorang di antara mereka maka dia akan datang pada Hari Kiamat dalam keadaan salah satu sisinya miring.” (HR Nasa’i dan Hakim*).

Adrian tidak memeluknya dan malah memberi tangannya untuk kemudian disalim Cintya.

Erina tersenyum melihat Adrian yang ternyata memenuhi janjinya untuk bersikap adil.

"Katakan padaku, sejak kapan kalian baikan?" Adrian mendaratkan bok*ngnya ke atas sofa. Ia menatap raut wajah kedua istrinya yang sama-sama terlihat senang.

"Tadi pagi aku dan Erina sudah berbaikan. Aku bodoh sekali karena baru menyadari bahwa selama ini Arga bersama orang yang tepat, yaitu Erina." Tersenyum menatap Erina.

"Alhamdulillah." Adrian mengusap wajahnya pelan.

"Malam ini tidurlah bersama Cintya, temani dia sampai sembuh," ujar Erina.

Adrian menatap bingung.

"Dibanding aku, Cintya lebih membutuhkan dirimu. Apalagi sudah dua tahun kalian tidak saling bersama." Erina menambahkan.

"Baiklah." Adrian mengangguk.

"Sayang, aku haus, ambilkan air," ucap Cintya pada Adrian.

"Iya, aku ambilkan, ya. Erina, apa kau ingin air juga?" tanya Adrian.

Erina tertegun melihat sikap Adrian saat ini.

"Biar aku saja yang ambilkan, kau terlihat sangat lelah. Akan aku buatkan teh untuk kalian," ucap Erina sambil berlalu pergi ke dapur.

Di dapur, Erina masih terngiang akan sikap Adrian tadi. Ia begitu memanjakan Cintya meski keadaannya sedang sangat lelah.

"Erina, sedang membuat teh untuk siapa?" tanya Heni.

"Untuk Adrian dan Cintya, Bu," sahut Erina.

"Cintya? Apa kalian sudah berbaikan?"

"Sudah, Bu, Alhamdulillah." Erina mengangguk sambil tersenyum.

"Kau sedang hamil, kenapa malah membuat teh. Ada pelayan di sini." Heni menatap agak kesal.

"Tidak apa-apa, Bu, aku ingin membiarkan mereka mengobrol saja," sahut Erina.

"Pasti Cintya yang sudah melakukan ini, wanita itu benar-benar kurang ajar." Heni menggerutu kesal.

"Bu, tolong, jangan membenci Cintya lagi."

"Tapi dia itu,,,,"

"Bu, Cintya lah yang telah melahirkan cucu Ibu sampai dia harus koma. Lagipula, aku sedang hamil, aku tidak suka melihat pertengkaran." Erina menatap Heni penuh harap.

"Baiklah, oke, Ibu tidak akan marah lagi, tapi ini demi anak yang kau kandung. Ingat, itu." Heni meninggalkan dapur dengan wajah kesal. Ia pikir Cintya akan meminta cerai, nyatanya mereka malah berbaikan.

Sekembalinya Erina dari dapur, ia melihat Adrian sedang memeluk Cintya. Ia pun menghentikan langkahnya. Ada sedikit rasa perih melihat adegan tersebut. Namun Erina cepat-cepat menepis pikirannya. Ia harusnya sadar, bahwa ia adalah orang ketiga di sini.

Setelah Adrian dan Cintya selesai berpelukan, barulah Erina datang dan memberikan teh pada mereka. Baru saja Erina ingin mengobrol dengan mereka, ia mendengar pelayan memanggilnya karena Arga yang baru saja bangun tidur mencarinya. Ia pun segera pergi meninggalkan dua insan yang sedang mengobrol dengan begitu intim.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

susah punya 2 isteri

2024-02-19

0

𝐀⃝🥀Angelyo❤️⃟Wᵃfᴳ᯳ᷢ

𝐀⃝🥀Angelyo❤️⃟Wᵃfᴳ᯳ᷢ

sekarang jadi yang ke-dua besok yang pertama

2024-02-12

1

Rose 19

Rose 19

sabar erina udah resiko jadi yg kedua.

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!