Keindahan kota Bali saat ini tak di rasa indah seperti pertama Siti berdiri di kota sekuta pura ini. Bukan karena Bali tidak indah, tapi karena perasaan Siti sudah terlanjur tergores. Ya, Lee memang tidak menjawab panggilan dari Noura, tapi Siti tau dan sadar bahwa di hatinya ada wanita itu bukan dia.
Ingin rasanya Siti menangis, namun ia tahan sekuat tenaga, Siti menarik nafas berkali kali dengan cepat, agar air matanya urung menetes.
Sementara itu pikiran Lee melayang, dia memikirkan bagaimana reaksi Noura saat mereka bertemu nanti? ini untuk pertama kalinya Lee tidak menjawab panggilan dari Noura, bukan hanya tidak menjawab tapi Lee menolak panggilan Noura.
Mobil melaju menyusuri jalanan kota Bali yang indah, banyak orang berlalu lalang di sepanjang jalan, beragam busana yang di pakai orang-orang disana bahkan ada yang hanya memakai underwear saja dan dengan santai mereka berjalan di pinggir jalan sambil bercakap dengan temannya.
Pemandangan yang membuat Siti terus beristigfar dalam hati.
"Kita mau kemana?" Tanya Lee.
" ... "
"Kita makan saja ya, ada restoran di tepi pantai, makanannya enak dan pemandangan nya indah"
"Hemm"
"Kenapa?" Tanya Lee lembut, pegangan nya semakin dia eratkan, meremas jemari lentik Siti. Siti menggeleng pelan.
Dari mulai makan sampai selesai dan sampai di kamar tempat mereka menginap di sebuah resort, Siti hanya terdiam.
Lama Siti menghabiskan waktunya di atas sajadah. Dia berdzikir tanpa henti. Sesekali air matanya jatuh. Dia berusaha menguatkan hatinya, dalam benaknya masih terdengar suara Lee saat meminta izin untuk pergi.
"Aku akan keluar sebentar"
"Menemui dia?"
"Hemm, hanya sebentar aku akan segera kembali"
"Oh ... " Bibir Siti bergetar. " Hati-hati di jalan" lanjutnya lagi.
Siti memejamkan matanya dalam, dia meremas dadanya kuat membuat mukenanya terlihat sangat kusut. Jemarinya terus bergerak memutar tasbih yang dia genggam sedari tadi.
Air matanya kini mengalir deras tak tertahankan, tubuh Siti roboh, dia bersujud di atas sajadah dengan tangisnya yang terdengar sangat pilu.
****
"Kamu itu kenapa sih Kak?"
"Maaf"
"Apa dia begitu istimewa sampai Kakak melakukan ini semua padaku"?
"Bukan karena dia Raa, tadi..." Bibir Noura membuat Lee tidak melanjutkan kata-katanya, dengan lihai Noura memainkan lidahnya di dalam mulut Lee.
"Aku kangen Kak" Ucap Noura lirih di sela-sela ciuman nya.
Malam itu mereka habiskan dengan bercumbu meski tidak sampai ke atas ranjang. Namun tubuh atas Noura sudah terjamah, tidak satu inci pun yang terlewat oleh tangan nakal Lee.
Noura meremas rambut Lee dengan kasar saat puncak kedua gunung kembar Noura berdansa dengan lidah Lee.
Nafas mereka berderu dengan cepat, baik Lee ataupun Noura sama-sama terlihat lelah dengan kenikmatan yang tak sempurna.
"Kapan aku akan melakukan ini sampai selesai? Rasanya sangat menyakitkan Kak". Noura bergelayut manja di tangan Lee.
"Belum saatnya"
"Aku sudah tidak sabar lagi Kak, ingin benar-benar merasakan tubuh mu secara utuh"
"Hemm"
"Kak! Kenapa sih? Kak Lee lagi mikirin apa?"
"Raa, aku pulang sekarang ya, sudah jam 2 malam"
"Udah bobo disini aja, besok kan acaranya juga malem"
"Mama menyewa bodyguard untuk menjaga kami, aku rasa itu bukan hanya bodyguard biasa, Mama pasti menyuruh mereka memata-mataiku dan juga Siti"
Noura menarik diri nya dan mendengus kesal.
"Iya, tapi besok makan siang sama aku ya Kak?"
"Aku tidak bisa janji Raa, tapi akan aku usahakan.
"Iihhh Kak Lee!" wajahnya merengut kesal.
"Jangan begitu, gemes tau!"
Lee menarik wajah gadis belia itu dan kembali ******* bibir sensual milik kekasihnya dengan agresif. Tangan Noura melingkar di leher Lee dengan erat. Sesekali desahan Noura keluar dari mulutnya membuat Lee begitu ganas menjelajahi tubuh depan Noura
****
Lee termenung menatap tanpa ujung di kegelapan malam. Tangan nya memegang stir kemudi dengan mesin yang dalam keadaan mati.
Lee merasa dirinya sangat menjijikkan, dia mengeratkan giginya dengan kuat, terlihat garis tulang rahang menonjol di kedua sisi pipi Lee.
Ini bukan kali pertama Lee dan kekasihnya bercumbu, namun entah apa yang dia rasakan saat ini tidak begitu dia nikmati, ada rasa bersalah dalam hati Lee, mungkin karena Lee kini berstatus suami wanita lain, namun lebih dari itu Lee merasa sangat bersalah pada Noura, bagaimana tidak saat mereka bercumbu pada awalnya Lee merasa tidak bergairah, namun tiba-tiba saja terbersit dalam otaknya pada kejadian pagi hari dimana Lee bercumbu dengan istrinya, gairah Lee semakin menggebu, bagaimana bisa Lee menjamah tubuh Noura sementara yang ada dalam benak dia adalah Siti.
Lee menyalakan mesin mobil yang Siti sebut 'pendek' itu dengan perlahan, melewati jalanan kota Bali yang bahkan masih begitu ramai dan sepertinya memang sangat ramai.
Lee melihat tubuh Siti meringkuk kedinginan di atas lantai beralaskan sajadahnya saat di dalam kamar. Dengan cepat Lee mendekati Siti dan mencoba membangun kan Siti, di goyang kan nya pelan bahu Siti, namun tak bergeming.
Wajah Siti begitu dingin, segera Lee membopong tubuh istri nya ke atas kasur. Dengan perlahan Lee menaruh tubuh Siti di atas kasur. Tubuh Lee ikut berbaring, di memiringkan tubuhnya dengan sanggaan tangan, di tatap nya Siti penuh rasa bersalah.
Wajah Lee mendekat berniat untuk mencium pipi istrinya, tapi niat itu ia urungkan saat dia ingat bibir nya telah bercumbu dengan wanita lain, Lee merasa jijik dengan tubuhnya sendiri
"Aku sangat kotor" Bisiknya. Lee duduk termenung di tepian kolam renang, hawa dingin menusuk tulang tak ia hiraukan. Kakinya bergerak pelan di dalam air, membuat gelombang-gelombang kecil yang seakan berkejaran.
Lee melirik jam Rolex di lengannya, waktu menunjukan jam 3 dini hari.
"Harusnya dia bangun untuk tahajud"
"Lee..."
Belum sempat Lee mengalihkan matanya dari jam tangannya Siti sudah memanggil dirinya.
"Hemm?"
"Belum tidur?"
"Gak ngantuk"
"Baru pulang ya?"
"Gak, udah dari tadi"
"Tidur dulu Yuk, nanti sore kan acaranya takut kamu cape"
Yuk?
"Aku udah biasa kok gak tidur semalaman gak usah khawatir"
"Gak baik buat kesehatan, aku solat dulu ya"
Siti membalikan badan meninggalkan Lee yang masih memainkan kakinya di dalam air.
Melihat Siti pergi, Lee mengangkat kakinya beranjak mengikuti istrinya masuk ke dalam kamar.
"ini ganti baju, terus tidur ya"
"hemm, bangunkan aku kalau udah waktunya subuh"
"Iya"
Setalah mengganti baju Lee merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia hanya mengistirahatkan badannya tidak berniat untuk tidur.
Di tatapnya Siti yang sedang khusyuk berdoa, Lee mendengar Siti menyebutkan namanya meminta agar Lee selalu dalam keadaan sehat, meminta agar Lee selalu dalam lindungan Allah, meminta agar Lee selalu di permudah dalam segala urusannya.
"Ya Allah jika memang Lee yang terbaik untuk hamba maka dekatkan ia pada hamba lindungi pernikahan hamba. Tapi jika Lee bukan yang terbaik untuk hamba maka jauhkan ia dengan cara terbaikmu ya Rabb aaminn"
Doa terakhir Siti membuat Lee terdiam tak berkedip, jantungnya seakan berhenti untuk sesaat. Ada rasa sembilu dalam hatinya, entah kenapa rasa itu selalu mengutuk hati Lee, pernikahan mereka belum sampai 30 hari, tapi Siti begitu terikat dengan diri Lee, pernikahan ini awalnya karena paksaan Bu Amira nenek Lee, tidak mengenal bahkan hanya melihat sekilas, tapi Siti mampu membuat Lee gusar tidak karuan bahkan dia mampu hadir dalam benaknya saat Lee bersama Noura wanita yang telah menjalin hubungan dengannya 8 tahun ini.
"Siti ... "
"Ya?" Siti membuka telapak tangannya yang masih menutupi wajahnya setelah berdoa tadi.
"Apa yang kamu inginkan dari pernikahan kita? bahkan kita belum saling mengenal satu sama lain?"
"Aku ingin Allah memberikan yang terbaik untuk pernikahan kita, tidak saling mengenal tapi bisa satu kamar pun karena ridho dari-Nya, semua ini takdir Lee, kita hanya bisa menjalani nya dengan baik dan ikhlas"
"Siti, aku dan Noura sudah menjalin hubungan selama 8 tahun ini" Lee bangkit dan duduk di ujung kasur. Jari jemarinya saking bertautan erat, kedua sikut nya ia letakkan di atas lutut dengan badan condong ke depan, matanya menatap Siti dengan rasa sesal dan sedih.
"Takdir itu unik Lee dia tidak akan pernah tertukar, mungkin saat ini aku yang jadi istri kamu tapi siapa tau aku hanya singgah dalam hidupmu, kita tidak tau apa yang ingin Allah berikan pada kita Lee"
"hmm"
"Kalau kalian memang jodoh yang Allah tulis, maka dengan cara apapun kalian akan bersatu, tapi..."
Kepala Lee yang menunduk mendongak agar dia bisa melihat wajah Siti yang tidak meneruskan ucapannya.
"Tapi apa?"
"Tapi... jika..." Siti mengigit bibir bawahnya, Tangan nya mengucek mukena yang sedang ia kenakan
"Kenapa?"
"Jika Allah menginginkan kita berdua yang bersatu maka Noura harus ikhlas dan pergi dari hidup kita, begitu juga kamu, kamu harus ikhlas menjalani nya"
Lee hanya bisa menatap wajah Siti yang seperti nya merasa malu dan menyesal dengan ucapannya tadi.
"Kamu sendiri ingin Allah bagaimana?"
"Sebagai wanita dan istri, aku hanya menjalani tugas dan kewajiban ku dengan baik, apapun perasanku dan perasaan mu kini kenyataan nya kita suami istri, ada hak dan kewajiban di dalamnya yang harus kita jalani"
"Jawablah dengan singkat"
"Aku ingin kamu"
Mata Lee kini beradu pandang dengan Siti, mereka terdiam dengan perasaan nya masing-masing, tidak ada sepatah katapun yang keluar.
"Euh.. tapi... itu aku..."
"Apa kamu mulai mencintai ku?"
Tangan Siti yang bergerak kesana kemari karena kaku dan merasa salah tingkah, dia tarik ke dalam pangkuan nya, wajahnya yang semula tersipu kini mulai terlihat serius.
"Jangan khawatir Lee, aku tidak akan meminta lebih dari perasaan ku saat ini, kita memang suami istri tapi hati bukan sesuatu yang bisa di atur oleh suatu ikatan"
"Apa kamu mencintai ku?"
"Apa salah? aku merasa..."
"Apa kamu mencintai ku?" Kini suara Lee begitu tegas terdengar.
"Aku tidak tau Lee, hanya saja aku merasa sedih setiap kali kamu menemui dan menelpon wanita itu"
"Katakan saja apa kamu mencintai ku?" Lee membentak seraya berdiri dengan tegak lebih emosi.
"Bagaimana aku bisa mengatakan nya? aku saja tidak tau apa itu cinta? aku belum pernah merasakan bagaimana mencintai dan di cintai! ini pertama kalinya Siti merasa sangat sedih, sedih karena kamu menemui wanita itu" Suara Siti tidak kalah keras. hiks hiks... Tangisan Siti pecah.
"Jangan memaksa Siti untuk mengatakan sesuatu yang tidak Siti tau, bahkan jika Siti bertanya hal yang sama apa jawaban kamu?"
Lee di buat bingung dengan pertanyaan Siti, dia sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya saat ini. Rasa yang tidak pernah dia rasakan bahkan untuk Noura sekalipun.
"Kenapa diam? apa kamu juga tidak bisa mengatakan apapun?"
"Aku hanya akan menjadi suamimu, berusaha jadi suami yang baik, kita lihat saja taqdir akan membawa kita kemana?" Ucap Lee datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Aku nangis thor😭😭😭😭😭
2021-03-04
1
neli nurullailah
mewek😭😭
2020-12-08
1
Zaky Badut Pekanbaru D'Kompenk
😫😭😭😭Siti ....
Lee gk tegas ...
pilih salah satu ..gk pisah aj sama Siti .
Mash ada tuh saudara Lee yg ingin Kanya .
gk seperti Lee .uf
geram lihat lee
2020-04-13
3