"Ya ampun pengantin sudah siang begini baru bangun" Goda Bu Han saat Keluarga berkumpul untuk sarapan, Lee dan Siti mereka datang sangat terlambat dimana anggota keluarga yang lain sudah hampir selesai, bahkan Pak Hermanto sudah berangkat ke kantor.
"Iya Mam, sepertinya Siti terlalu lelah semalam, sampai tidurnya bablas"
"Wajar kok" Bu Han mesem mesem
"Badan Siti rasanya sakit semua, posisinya salah, pinggang sama leher jadi sakit"
"uhuk uhuk" Bu Amira batuk kecil
"Eyang kenapa?" Siti khawatir
"Kamu itu ya Ti " Bu Han masih mesem mesem geli.
"Iya Mam, semalam Siti gak tau nama filmnya apa jadi Siti tidur di sofa, leher Siti sakit"
"Film?" tanya Bu Amira agak sedikit kaget.
"Iya Eyang, semalam itu kan Siti habis ke mini market sama Lee, beli pembalut terus kami nonton film dan tertidur di sofa"
"Pembalut?" Bu Amira dan Bu Han kompak.
"Dia mens" Jawab Lee dingin
Bu Amira dan Bu Han saling bertatapan, terlihat Bu Han menghela nafas kecewa.
"Eyang dan Mama terlalu berfikir jauh" lanjut Lee masih dengan wajah yang datar.
"ehemm" Bu Han membenahi posisi duduknya. " Ya kan siapa tau disini akan segera ada suara Tangisan bayi"
"Kak Humaira hamil ya Mam? Alhamdulillah Siti mau punya keponakan" Siti bertepuk tangan kecil. Dengan wajah yang sumringah.
"Ya ampun" Bisik Bu Amira sambil membuang muka dan terkekeh geli.
"Mam Lee ingin kami pisah rumah tidak lama hanya untuk sementara saja"
"Kenapa mendadak?"
"Mama kan tau Lee punya rumah sendiri yang Lee akan tempati saat Lee menikah, dan sekarang?"
"Biarkan saja Han, mereka pengantin baru butuh privacy, bukan begitu Lee?" Ucap Bu Amira.
"Apapun yang kalian pikirkan, Lee akan pindah sore ini"
"What? ini terlalu cepat Lee, Mama juga ingin mengenal lebih dalam tentang menantu Mama"
"Dia itu nikah sama aku, bukan sama Mama"
" Han... sudahlah biarkan mereka punya rumah sendiri, biar mereka mandiri dan lebih saling mengenal" Bela Bu Amira.
"Baiklah semua terserah kamu saja, lagi pula masih ada Zein dan Humaira disini"
"Oh iya Mam, Kak Zein dan Kak Humaira kemana? kok Siti tidak melihat mereka?"
"Mereka ada pengajian ke Bogor, Lusa baru pulang"
"Oh, begitu"
" Baiklah, Mama harus ke butik dan toko berlian Mama, sampai jumpa semua"
"Hati hati Han"
"Ok Mammy"
Siti menghabiskan sarapannya dengan lahap, sepertinya dia memang sangat lapar. Siti berdiri dan membereskan piring.
"Siti, jangan lakukan itu, biarkan pelayan yang membereskan semuanya"
" Tapi Eyang Siti terbiasa bekerja, jadi rasanya akan aneh kalau hanya diam saja"
"Lakukan itu di rumah kita nanti" Ucap Lee sambil berlalu.
Siti menyimpan kembali piring yang hendak dia bawa ke dapur, mulutnya membentuk seperti gunung kecil yang imut.
"Susul suami mu Siti, jangan di ambil hati, Lee memang sedikit cuek anaknya, dan jarang sekali tersenyum"
"Iya Eyang, Siti tau kalau Lee itu baik dan perhatian, buktinya semalam dia mau di bangunin tengah malam buat nganter Siti beli pembalut"
"hmm syukurlah kalau dia begitu"
****
"Lee, apa aku harus membereskan baju dan membawanya ke rumah kita nanti sore?"
"Bawa sebagian aja, nanti gampang beli lagi"
"kenapa harus beli lagi? itu ajah bnyak banget, sayang atuh ih mumbadzir gak kepake"
"Baju yang disini terlalu biasa, aku gak suka"
"Baiklah, kalau begitu aku beres-beres dulu"
"Nanti saja, diem disini"
"Mau ngapain? dari tadi aku disini cuma liatin kamu main Hp"
Tangan Lee yang sedang asik mengetik tiba-tiba terhenti, matanya melirik Siti. Dia mematikan ponselnya dan segera berdiri.
"Ayo kita pergi"
"Kemana?" Leher Siti memutar mengikuti arah tubuh Lee.
"Berdiri dan ayo kita pergi" Perintah Lee tegas.
Siti pun berdiri dan mengikuti langkah suaminya, Lee memegang jemari Siti menuruni tangga dan membawanya pergi. Sampailah mereka di suatu Mall terbesar yang ada di ibu Kota. Mata Siti terbuka lebar, mulutnya menganga takjub melihat Mall yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Sesampainya di dalam, kekaguman Siti bertambah, terlihat jelas di wajahnya dia sangat bahagia.
Hingga dia berdiri mematung di depan eskalator. Lee menoleh saat pegangan tangannya seakan tertahan. Lee tau Siti tidak bisa menaiki eskalator jelas saja! ini pertama kali nya dia masuk Mall.
Lee menarik tangan Siti, pergi mencari Lift agar Siti tidak terlihat takut dan kampungan.
Siti masih melihat lihat sekeliling, terutama saat masuk Lift, dia nampak sangat bingung. Hingga Lift itu perlahan naik.
Siti menyembunyikan wajahnya di bahu Lee, cengkeraman nya sangat kuat. Lee sadar kalau Siti merasa pusing. Lee memeluk istrinya.
" aku tidak mau kesini lagi pokoknya" ucap nya. wajahnya terlihat pucat.
"Lagi pula untuk apa kita ke tempat ini" Rengeknya kesal.
"Kita beli ponsel untukmu dan untuk orang tuamu di kampung, apa kamu tidak merindukan mereka?"
Wajah Siti seketika berubah. Ah.. Bapak dan Zidan sedang apa kalian sekarang? apa kalian makan dengan baik? Siapa yang akan memasak untuk kalian? gumam Siti dalam hati, kesediahan mulai menyergap di hati wanita cantik itu.
"Kamu mau yang mana?"
"Yang mana saja, aku tidak mengerti masalah ponsel"
" Baiklah, Mas tolong ambil yang ini satu, yang itu satu"
Pelayan toko mengambil sebuah ponsel termahal yang ada disana, dia berniat memberikan nya untuk Siti, dan satu ponsel biasa untuk mertuanya, Lee pikir Bapak tidak perlu ponsel yang canggih takut malah akan membuatnya bingung, cukup untuk menjalin komunikasi dan Video call dengan istrinya saat mereka merasa rindu satu sama lain.
****
"Apa ini tidak berlebihan?"
pertanyaan itu ingin dia sampaikan sejak berada di toko, hanya saja Siti malu untuk bertanya.
"itu tidak ada apa-apanya bagiku"
"Harga ponsel ini bisa memperbaiki rumahku di kampung, paling tidak Bapak dan Zidan tidak tidur kedinginan lagi" Ucap Siti sedih. Lee hanya melirik sekilas pada istri nya.
"Lain kali jangan lakukan itu lagi" Suara Siti tiba-tiba mengeras.
"Ke.. kenapa? kamu membuat ku terkejut"
"Menggendong ku di depan semua orang sampai parkiran" Teriak Siti kesal
"Kamu sendiri yang salah, kenapa tidak bisa naik eskalator"
"es... es.. es apa tadi?"
"Es Doger"
"Ihhh bukan itu"
"Es- ka- la- tor"
"Oh,, eskalator? eskalator itu apa?"
"Ah ya ampun! eskalator itu tangga berjalan, kalau yang tadi kita masuk ke ruangan kecil terus tiba-tiba kita ada di atas itu namanyga Lift"
"Oh Lift, ruangan yang tadi kamu meluk aku itu namanya Lift, ya ya aku tau sekarang"
Lee merasa wajahnya panas.
"Kenapa mukamu merah? apa gatal?"
Lee tidak menjawab. Bagaimana dia bisa mengatakan kalau dia merasa malu saat Siti mengungkit pelukan mereka di Lift tadi, Bagaimana wanita ini terlihat seperti tidak memiliki pikiran sama sekali. Bisik Lee dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
Siti ketara benar dari dusun .
2023-03-20
1