"Kamu sudah selesai mens?"
Suara Lee membuat Siti segera menghentikan dzikir nya setelah sholat Subuh.
"Hmm"
"Aku kira lupa lagi"
"Kemarin kamu lihat rambut aku teh basah bukan?"
Pertanyaan Siti membuat Lee harus kembali mengingat kejadian kemarin, dimana Siti hanya melilitkan handuk di tubuhnya.
"Ya ampun kenapa disini panas sekali" Bisik Lee.
"Apa?" Tanya Siti yang tidak terlalu mendengar ucapan Lee.
"Hari ini aku tidak masuk kerja, tidak ada yang harus ku urus di kantor"
"Syukurlah"
"Kenapa? kamu senang aku ada di rumah?"
"Iya, habisnya disini sangat bosan sendirian"
"Baiklah, nanti siang akan ada chef datang kesini untuk..."
"Asep siapa?"
"Asep?" Alis Lee terangkat satu.
"iya itu tadi barusan kamu ngomong"
"Bukan sep asep, tapi chef... atau koki tulang masak"
"Mau masak disini? kenapa kamu nyuruh orang buat masak? memang mau hajatan?" tanya Siti polos.
"Dia yang akan jadi guru kamu nanti, dia akan mengajarkan segalanya yang berurusan tentang dapur"
"Oh muhun, ngerti Siti sekarang" Siti manggut-manggut.
"Lee kamu tidak pernah solat?"
Lee yang melangkah untuk pergi menuju kamarnya berhenti dan menoleh ke arah Siti.
"Bukan urusan kamu" Tatapannya sinis.
Siti hanya bisa diam melihat tatapan Lee yang sepertinya tidak suka dengan pertanyaan istrinya itu.
Siti menghela nafas, dia membuka dan melipat mukena nya, berjalanlah dia menuju kamar. Setelah merasa segar dan rapi Siti keluar kamar.
"Tidak perlu berdandan secantik itu, chef yang akan mejadi guru mu itu perempuan"
"Aku tidak dandan, lagi pula kalau sep nya perempuan aku malah bahagai"
"Begitu kah?"
"Apa hari ini aku cantik nya?"
"Tidak!" Jawab Lee pura-pura dingin.
"Yakin...? tadi bilang nya gituh kok"
Siti memiringkan badan nya dan menatap suaminya dengan senyuman menggoda.
"Ck!.. sudahlah, sebentar lagi chef nya datang,,, inget ya chef bukan sep"
"Iya iya,,, chef!"
Suara bel berbunyi, Siti dan Lee yang sedang duduk di tepi kolam renang menoleh secara bersamaan.
"Biar aku ajah ya yang buka" Siti beranjak.
"Ya ampun Gusti" Siti terkejut saat melihat orang yang ada di depan pintu.
"Aa... " Teriaknya gembira. Suara Siti membuat Lee penasaran dan dia pun berjalan menuju ruang tamu.
"Lo ngapain kesini?"
"Hah! itu sambutan buat gue?"
"Lo gak di undang, balik gih"
"Ishhhh!" Wajahnya merengut, sudut bibir atasnya naik.
" Neng, lagi apa disini?" Ucapnya ramah pada Siti.
"Ih A, ini kan rumah Neng, kumaha si Aa teh"
Wajah laki-laki itu terlihat tidak senang, untuk beberapa detik dia menatap Siti tidak percaya
"Dia istri gue, lo kenal Ga?"
"Dia kembang desa yang gue ceritain ke lo dulu" ucapnya datar menatap Lee tajam.
"What?" ucap Lee pelan.
Mereka saling beradu pandang penuh arti.
"Eh ngke heula, kalian teh udah saling kenal?
// Eh nanti dulu, .....//
"Lee sepupu Aa Neng"
Siti yang begitu lugu dan polos tertawa riang, dia merasa bahagia karena Aa yang selama ini pernah baik padanya ternyata adakah sodara suaminya.
"Permisi"
Suara wanita itu membuyarkan tatapan Lee dan Erlangga.
"Ya... " ucap Siti dengan bibir yang masih merekah.
"Maaf ini rumah nya Pak. Lee bukan?"
"Iya, saya istrinya"
Mendengar jawaban Siti, Erlangga langsung menoleh ke arah Siti, ada tatapan sedih dan marah di matanya, mungkin Siti tidak menyadari nya namun Lee begitu faham arti tatapan Erlangga.
"Saya chef Rina"
"Oh ini yang mau jadi guru masak saya ya?"
"Iya Bu..."
"Hayu mari masuk... Ayo Aa juga masuk"
Langkah Siti mendahului mereka, tangannya menggandeng tangan Lee. Erlangga hanya menatap dengan perasaan yang begitu membara.
"Kalian pergilah ke dapur, masak apa saja yang ada di kulkas, aku dan Erlangga akan ke atas"
"Iya Pak" Jawab Chef Rina.
"Oh ya Aa mau di bikinin minum apa? Oh iya, kan Aa suka sekali yah sama es teh manis gulanya sedikit saja" Wajah Siti yang begitu polos dengan senyum yang merekah membuat Lee kesal karena Siti begitu mengenal Erlangga.
"Wanita ini!" Lee bergumam dalam hati.
Siti membawakan segelas es teh manis dan air mineral untuk Lee.
"Maaf ya Lee, Siti gak tau minuman yang Lee suka"
"Kamu sendiri gak nanya"
"Eh iya, ya sudah atuh suamiku yang ganteng ini mau minum apa? Nanti Siti akan buatkan dengan penuh perasaan" goda Siti.
Erlangga yang sedang duduk, menatap tajam wajah Siti. Untuk sesaat dia membuatnya bahagia, tapi dalam beberapa detik saja Siti bisa membuat hatinya bergemuruh. Gadis ini begitu lihai membolak-balik perasaan Lee dan Erlangga.
"ini sudah cukup"
"oh, ya sudah atuh aku ke bawah dulu ya, mau belajar masak"
"Hmm" ucap Lee singkat.
Lee dan Erlangga menatap punggung Siti hingga Siti benar-benar tidak terlihat, Lee menundukkan kepala dan memperbaiki posisi duduknya. Lee sadar bahwa Erlangga menatap istrinya bahkan saat Siti sudah tak terlihat lagi.
"ehem" Lee batuk kecil
"Kenapa? gak suka gue liatin dia?"
"Dia istri gue sekarang"
"Dia kembang desa gue sejak awal"
"Gue gak tau kalau kembang desa lo itu Siti"
"Kenapa lo bisa nikah sama dia? kemana Noureen?"
"Eyang yang membuat Siti ada disini"
"kalau lo gak punya perasaan sama dia, jangan lo sentuh Siti. Ambil harta dari Eyang dan ceraikan dia, akan gue ambil"
"Gue gak bisa janji"
"Maksud lo?"
"Siti itu istimewa, dan gue bangga memiliki hal yang istimewa, lo tau sendiri bukan?"
"Dia beda sama Noureen, jangan lu samakan"
"Tidak! jelas tidak!"
"Jangan bilang Lo..."
"Saat ini belum, tapi gue juga gak mau di pergi"
"Serakah Lo Lee, Lo masih nyimpen perasaan buat Noureen tapi lo juga ingin Siti jadi milik lo"
" Kita lihat saja brother, gue mau nemenin istri gue belajar masak kalau lo mau ikut boleh"
Lee beranjak dan pergi meninggalkan Erlangga, sebenarnya Lee merasa tidak nyaman duduk berdua dengan sodaranya itu, bagaimana pun juga Erlangga sudah lebih dulu menyukai kembang desa ini, tapi apapun yang terjadi Siti adalah istri Lee, dan Lee sangat tidak suka apa yang sudah jadi miliknya di incar orang lain.
Erlangga adalah salah satu pengusaha yang ikut andil dalam pembangunan Desa Siti dulu, dia adalah kontraktor dan yang menyuplai semua bahan-bahannya.
Dari mulai infrastruktur jalan dan jembatan, serta pembangunan yang lain. Erlangga memang tidak ikut terjun langsung, dia hanya beberapa kali saja datang untuk survei. Hingga dia bertemu Siti, Erlangga jatuh cinta pada pandangan pertama pada Siti, semenjak itulah Erlangga menetap di Desa Siti sampai proyek selesai.
Erlangga membangun ulang mesjid yang dulu nya kecil menjadi besar dan memilik dua lantai, itu semua dia lakukan untuk menarik hati Siti.
Erlangga mendekati Siti melalui orang lain, dia selalu menyuruh orang saat dia ingin memberikan sesuatu untuk Siti, Erlangga tau Siti adalah warga yang sangat tidak mampu.
Niat Erlangga membangun rumah Siti ternyata di tolak Bapak Siti, dia tidak menerima niat baik Erlangga, bahkan Erlangga turun sendiri dan menemui Bapak Siti. Itulah pertama kali Siti bertemu Erlangga.
Meski Erlangga dan Siti hanya bertemu beberapa hari saja, tapi Siti begitu menyimpan kenangan mereka dengan baik, bagi Siti dia adalah malaikat penyelamat yang sering memberikan bantuan padanya. Niat Erlangga membangun rumah Siti pun sudah di ingat Siti sebagai pahlawan. Namun Siti yang lugu tidak mengerti akan kebaikan Erlangga, pun Erlangga meski dia jatuh cinta pada Siti, dia gengsi untuk mengatakan nya, dia ragu keluarga nya akan menerima keadaan Siti yang miskin.
Erlangga beranjak dan berjalan menuju balkon, disana dia melihat Siti dan Lee sedang asik menyimak Chef Rina yang sedang memperagakan bagaimana caranya memasak.
"Kenapa bisa seperti ini? bahkan aku bertahun tahun tidak memiliki wanita lain hanya karena wanita ini"
Erlangga mengepalkan tanganya saat melihat Siti teriris pisau, dan dengan cekatan Lee meraih jemari Siti dan mencoba menghentikan pendarahan nya dengan mulut nya.
"Jangan sentuh dia Lee!" gertaknya pelan.
Lee menyadari bahwa dia sedang di perhatikan, dengan sengaja dia bersikap manis pada istrinya.
Bahkan Lee dengan santai merangkul pinggang Siti, membuat Siti merasa gugup dan tidak bisa fokus pada apa yang di ajarkan oleh chef Rina.
Lee sedikit membungkukkan badan nya dan merangkul pinggang Siti, membuat wajah Lee tepat berada di samping Siti, bahkan Siti bisa merasakan hembusan nafas Lee.
Wajah cantik Siti yang putih dengan jelas memperlihatkan perasaan yang sedang dia rasakan dengan memerahnya wajah cantik nya itu. Jelas Erlang yang pintar bisa mengerti, dan itu membuat hatinya serasa terbakar. Dia menggertakkan giginya sampai bersuara.
Lee melirik sekilas, sudut bibirnya tertarik sebelah ke atas. Lee sedang memperjelas bahwa Siti adalah miliknya.
Dua jam sudah. Chef Rina pun pamit, pertemuan kedua mereka akan di jadwalkan lusa, karena hari esok akan ada pendidik yang mengajarkan Siti tentang kepribadian dan pengetahuan lainnya.
Lee ingin mengajarkan segalanya kepada Siti, agar dia bisa mengimbangi gaya hidupnya, dan bisa mengikuti lingkungan kehidupan Lee yang berkelas. Bagi Lee sikap Siti baginya yang sekarang bukanlah sebuah masalah, hanya saja Lee tidak ingin Siti menjadi bahan olok-olok orang yang berada di sekitar kehidupan Lee.
"Ah Aa sini... " Tangan Siti melambai.
"Sini A kita makan, tadi Siti teh habis belajar masak, kita cobain sama-sama yah"
Siti menyiapkan piring dan makan untuk suaminya, kemudian dia menyiapkan piring untuk Erlangga.
"Neng, gimana kabarnya selama ini? Lama banget ya kita tidak pernah bertemu"
"Aa nya yang kemana saja? Neng teh udah kangen pisan sama Aa"
"Ada pekerjaan yang harus Aa selesaikan, maaf ya"
"Tidak apa-apa A, yang penting Aa baik-baik aja teh Neng mah udah seneng"
"Begitukah?"
"Iya atuh A, bagaimana pun juga Aa teh selalu ada di ingatan Neng, bagi Neng mah Aa teh laki-laki terbaik yang ada di dunia"
"Kenapa Neng nikah sama orang lain dan gak nunggu Aa?"
"Emang Aa suka sama Neng?" Wajah Siti berbinar penuh harap saat menatap Erlangga.
" Iya, sejak dulu Aa teh suka, sampai sekarang Aa belum punya pacar"
"Ah Aa mah telat, sekarang Neng udah punya suami, kalau dari dulu mah Aa bilang nya mungkin Neng teh nikah nya sama Aa"
"Emang sekarang Neng cinta sama Lee?"
"Cinta tidak cinta juga da sekarang mah udah nikah, Neng teh harus hormat sma suami A" Ucap Siti sambil mengunyah makanan tapa merasa bersalah.
Sementara Erlangga dan Lee hanya menatap Siti, mereka sepertinya tidak percaya dengan sikap Siti yang begitu cuek dan lempeng saja padahal hari mereka berdua berhasil dia aduk-aduk.
Erlangga menundukan kepalanya dengan sendok dan garpu yang masih di tangan, dia tersenyum dengan kepolosan Siti. Lain hal nya dengan Lee yang merasa dirinya sangat kesal karena Siti berhasil membuat dia malu di hadapan Erlangga, bagaimana Siti hanya bilang bahwa dia hanya menghormati Lee sebagai suami tanpa memiliki perasaan? Tapi bagaimana dengan perasaan Lee sendiri? Cintakah yang ada dalam hatinya saat ini? atau hanya karena tidak ingin orang lain mengambil apa yang dia miliki? Sebuah gengsi?
" Siti, baru sekali ini kamu belajar masak rasanya sudah sangat enak, kamu itu selain cantik ternyata pintar juga ya"
"Masa sih A? masakan Siti enak? Alhamdulillah..."
"Heem"
"Ya sudah sering-sering main kesini ya, nanti Siti masakin lagi buat Aa. Tapi... Siti baru belajar dua resep ini A" Wajah Siti merengut manja, bibirnya mengerucut imut, Ahh Siti sikapmu yang seperti itu membuat Erlangga semakin terpana, sementara Lee hanya diam dalam amarahnya saat melihat ekspresi Erlangga.
Siti dan Erlangga terus bicara mengenang apa yang pernah terjadi antara mereka berdua, meski tidak ada yang istimewa dan hanya hal-hal kecil yang mereka bahas tapi sukses membuat Lee merasa sangat marah, Erlangga tau dengan jelas untuk itulah Erlangga sengaja dan terus memancing Siti agar bisa tertawa lepas. Lee beranjak dan pergi menuju kamar nya.
Siti tidak menyadari bahwa Lee marah, karena mungkin wajah Lee yang dingin dan cuek sudah jadi pemandangan sehari-hari. Dia terus ngobrol dengan Erlangga.
Mereka bahkan membereskan meja makan dan mencuci peralatan memasak bersama. Apa yang Siti pikirkan? Dia hanya tau Erlangga adalah saudara Lee yang itu artinya saudara dia juga, tanpa berpikir bahwa Erlangga memiliki perasaan untuknya.
"Neng, susul suamimu ke atas?"
"Hemm?" Siti menoleh, dengan secangkir teh di tanganya.
"Dia marah"
"Kenapa A?"
"Apa Neng tidak tau Lee sekarang marah?"
"Nggak A, biasanya juga dia mah seperti itu" jawab Siti polos. Erlangga mengapa wajah Siti yang begitu lugu.
"Ah ya ampun kenapa wanita Desa ini begitu cantik?" hati Erlangga berbisik.
"Neng sepertinya Lee kurang nyaman kita terlalu akrab, lebih baik Aa pulang sakarang ya, dan susul Lee ke kamar"
"Secepat itu? Neng teh masih ingin ngobrol sama Aa" Rengek Siti.
"Nanti kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi, lebih baik sekarang Aa pulang, sampaikan salam Aa untuk Lee"
"Baiklah, nanti main lagi ya, biar Lee gak marah Aa kesini bawa pacar sekalian ya"
"Kan Aa gak punya pacara"
"Cari atuh A, banyak kok yang mau sama Aa mah"
"Aa nya yang gak mau Neng"
"Kenapa?"
"Ya ampun apa dia tidak mengerti apa yang aku ucapkan saat makan tadi? cih! wanita ini benar-benar membuatku gila" Batin nya.
"Aa kenapa liat Siti seperti itu?"
"Ah, tidak apa-apa Neng, ya sudah Aa pulang dulu ya"
"Ya sudah Siti antar ke depan"
Sampailah mereka depan pintu, Siti melambai kan tangan saat Erlangga berlalu. Entahlah tapi Siti merasa lega setelah bertemu dengan Erlangga, paling gak dia punya teman yang bisa di ajak cerita, itu pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Elisa Jambak
kurang suka SM sikap situ, Thor buat lah agak kalem Sorang wanita muslima itu harus tau batasan masa di depan suami begitu tp di awal dia blng belajar tafsir kyk kurang akhlak sj Thor,,,tp ttp ya Thor aq kasi like setiap bab y
2021-02-19
1
kiki rizki
aku bikin jejak di sini... bikin jejak di novel ku juga yaa
2020-04-15
3
Zaky Badut Pekanbaru D'Kompenk
mksh y kk author udh up..
semangat y kk author 😍
bisa na 3/4bab sehari..hehe
2020-04-11
2