Siti yang baru pertama kali naik pesawat berusaha mencoba untuk tetap tenang, dia hanya mengikuti langkah Lee dari belakang, mengekor seperti anak kucing yang mengikuti majikannya.
Tak pernah sekalipun dia melepaskan tangan dari genggaman Lee, dia begitu takjub melihat bandara yang baru kali ini dia lihat.
"Saat pesawat akan terbang bersandar di sini" Lee menunjuk bahunya.
"Kenapa?"
"Karena rasanya akan lebih parah dari naik Lift di mall" ujarnya.
Siti ingat saat dia ke mall menaiki Lift, dia merasa jantungnya terhempas, kepalanya berasa kliyengan, dan enek di dalam perutnya. Siti semakin erat menggelayutkan tangannya membayangkan di pesawat akan semakin parah dari apa yang dia rasakan di Lift.
Lee menoleh sekilas, tangan nya memnelai pip Siti lembu. Mereka pergi tidak hanya berdua tapi dengan rombongan yang tidak terlalu banyak.
Lee membawa asisten pribadinya dua orang, bersama dengan MUA tiga orang untuk merias Siti besok malam. Entah kenapa dengan Bu Han, karena dia mengirim ajudan empat orang untuk menemani mereka ke Bali, ajudan perempuan untuk Siti dan yang laki-laki untuk Lee.
"Mama tidak ingin ada yang menyakiti menantu Mama disana" Jawab Mama saat Lee mempertanyakan kehadiran para ajudan itu.
****
Sampailah mereka di Bali, kini wajah Siti tidak bisa di sembunyikan lagi, wajahnya begitu terlihat bahagia, mulut nya terus terbuka Dengan senyuman yang merekah, matanya terus menelusuri setiap jengkal sudut kota Bali. Mata Lee melihat sekilas dan tersenyum kecil melihat Siti sambil terus mengetik di layar ponselnya.
"Kita sampai Tuan" ucap sang sopir. Lee mematikan ponselnya dan menoleh ke arah Siti.
"Ini tempat kita menginap ayo turun"
"hmm" Siti menganggukkan kepala, seperti biasa Siti duduk manis menunggu Lee membukakan pintu mobil untuknya. Lee menyodorkan tangannya saat Siti akan turun dari mobil. Dengan senyum yang bahagia Siti menyambut tangan Lee.
Setelah check in, Siti dan Lee berjalan menuju kamar mereka.
"Kamarku mana?" tanya Siti polos, Siti hanya melihat Lee membawa satu kunci.
"Hanya satu kamar, kita akan tidur dalam satu kamar"
"Lho Kenapa?"
"Kalau Mama tau kita tidur pisah kamar, menurutmu apa yang akan Mama lakukan? lagi pula suami istri memang harus tidur satu kamar bukan?" Lee berusaha menggoda Siti dengan tatapan yang nakal dan seringai kecil.
Muka Siti memerah seketika, jantung nya kembali berpacu dengan cepat, tubuhnya terasa panas namun Tangan nya beku dan dingin seperti balok es. Tiba-tiba Siti teringat akan kejadian tadi pagi, masih bisa ia rasakan saat bibir Lee bermain nakal di bibirnya.
"Mau masuk gak?"
Lamunan Siti buyar, dia mengikuti langkah Lee ke dalam kamar. Kamar yang sangat besar lengkap dengan fasilitas di dalamnya, layaknya rumah namun tipe yang sederhana, lengkap dengan kolam renang di luar balkon yang menghadanp ke hutan, pepohonan besar dengan dedaunan yang begitu hijau. Udaranya juga terasa sejuk. Mata Siti berkeliling melihat-lihat keadaan sekitar, setiap sudut ruangan dia puji dengan kagum, kamar dengan design serba kayu, mengingatkan dirinya pada kampungan halaman, wajah Siti berubah sedih.
"Kenapa?" Tanya Lee yang sedari tadi menatap istrinya.
"Inget kampung"
Lee mengeluarkan tangan dari saku celananya, berjalan menghampiri Siti. Tubuhnya menunduk agar poisi wajah mereka sejajar.
"Kita akan kesana nanti, sekarang nikmati saja suasana disini" Mata Lee menatap mata Siti bergantian. Dengan kedua tangan menopang di lututnya.
"Bener?" Wajah Siti berbinar, dengan sebulan merekah memperlihatkan semua Gigi putihnya. Lee mengerjapkan mata pelan tanda meng iya kan.
Siti berjingkrak, dengan sepontan dia meraih tengkuk suaminya, dan membenamkan wajah Lee di leher nya.
Lee kaget, namun kemudian dia menikmati pelukan istrinya, Lee membalas pelukan istrinya dengan badan yang sedikit membungkuk.
"Besok malam acaranya, kita masih ada waktu untuk kita berkeliling, Mau?"
Siti melepaskan pelukannya untuk dapat melihat wajah suaminya, dengan bibir yang di gigit wajah Siti begitu sumringah dan mengangguk cepat.
Ah! Siti itu kenapa bibirnya begitu menggoda, Lee yang begitu tidak tahan langsung menarik pinggang istrinya dan mencium mesra bibir Siti.
Siti yang sepertinya sudah tidak asing lagi dengan adegan itu tidak merasa terkejut lagu, dia membiarkan Lee bermain di bibirnya.
"Buka" bisik Lee dengan nafas yang memburu.
"Hem?" Siti tidak mengerti apa maksud Lee.
"Buka mulutnya"
Siti mengerjapkan matanya beberapa kali dengan cepat, dia masih tidak mengerti apa maksud Lee. Lee memegang kedua pipi Siti dengan sedikit tekanan hingga mulut Siti sedikit terbuka. Lee yang sedari tadi mencoba menahan gejolak hasrat dalam dadanya segera menautkan bibir nya kembali, kali ini ciumannya sedikit nakal dia tak lagi mencium istrinya dengan lembut. Lidah menerobos masuk ke dalam, membuat mata Siti terbelalak namun diapun tidak bisa menolak Siti hanya mencoba menikmati nya, Siti melingkar tangan nya di leher Lee. Lee merasa mendapat izin lebih dengan sikap Siti menarik kuat tubuh Siti dan membuat tubuh mereka begitu rapat satu sama lain.
Lee mendorong kedua bahu istrinya dengan lembut, Lee menatap wajah Siti yang begitu merah, bibir Siti basah karena ulahnya. Lee menatap tajam mata Siti penuh arti. Seakan meminta izin untuk melakukan hal yang lebihnya dari ini. Siti tidak mengerti apa maksud tatap Lee dia hanya tersenyum tipis.
Lee mengambil jarum pentul yang mengunci jilbab Siti dengan perlahan. Jilbab terbuka memperlihatkan leher Siti yang jenjang mulus, Lee membuka jilbab Siti dan menjatuhkan nya begitu saja ke belakang tubuh Siti. Dada Siti turun naik dengan cepat.
Lee mendekat kan kembali wajahnya, kali ini dia mengincar leher Siti, ingin rasanya dia membiarkan lidahnya bermain perosotan di leher mulus Siti bak kapas itu. Hanya tinggal seruas jari mulut Lee mendarat di leher Siti, ponsel Lee berdering. Siti yang telah memberikan ruang pada Lee untuk menggapai lehernya pun segera menundukan kepalanya lagi. Lee menatap ponselnya dengan kesal, hingga ponsel berhenti berdering.
Wajah Lee menatap Siti sejenak, lalu kemudian dia mencium leher Siti dengan cepat, hanya sekali jilatan ponsel itu kembali berdering.
Lee mendengus dengan kesal, dia menurunkan tangannya dari kedua bahu Siti dan berjalan dengan kesal untuk mengambil ponselnya yang berada di atas kasur.
Wajah Lee berubah saat melihat nama di layar ponselnya. Dia merasa ragu untuk menjawab karena sadar ada Siti di dekatnya.
"Apa wanita itu?" Tanya Siti. Lee tidak menjawab. Siti kembali memakai jilbab nya dan berjalan mendekati Lee yang masih menatap layar ponselnya.
"Jawab saja, aku akan pergi keluar" Baru selangkah Siti berjalan, Lee menarik pelan tangan Siti. Siti tidak menoleh pandangan nya lurus ke depan dengan mata yang terasa panas.
"Aku tidak akan menjawab nya, jangan pergi"
Hati Siti yang terlanjur sakit tidak bisa menahan air matanya untuk jatuh membasahi pipinya yang masih memerah karena adegan tadi.
Lee melempar ponselnya ke atas kasur dan memeluk Siti dari belakang. Dia memeluk tubuh istrinya erat, Lee mencium pipi istrinya begitu lama, mencium seperti seorang ibu pada anaknya.
"Ayo kita jalan-jalan".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Tri Widayanti
kasih pelajaran dikit pada Lee thor
2021-03-04
1
Yustri Warni Warni
dada qu ikut sesak thorrr
2020-10-05
4
Zaky Badut Pekanbaru D'Kompenk
ihhhh Lee geram ha.....
2020-04-13
3