" Kamu jang menyiapkan apapun untuk besok, Mama sudah menyiapkan semuanya"
"Baiklah" Jawab Siti singkat.
"Kamu kenapa dari kemarin?"
"Tidak apa-apa. Ker hayang cicing"
//Tidak apa-apa, hanya ingin diam//
"jangan seperti ini, tolong" Muka datar.
"Lalu harus bagaimana?" Sambil menyantap nasi goreng.
"Jadilah seperti Siti yang dulu"
"Bagaimana memang nya?" Tanya Siti cuek
"Hari ini aku ke kantor sebentar ada meeting, habis itu aku segera pulang" Tidak menjawab pertanyaan Siti.
"Lama juga tak masalah"
"Kan kamu bilang sendirian di rumah itu bosan"
Itulah yang membuat Siti merasa kesal. Lee memiliki wanita lain dalam hidupnya, tapi kebaikan Lee membuat rasa dalam hati Siti terus tumbuh. Siti tidak menjawab. Bahkan tidak mengulurkan tangan untuk menyalami Lee, Lee yang berdiri di samping meja hanya menatap wajah Siti yang fokus pada nasi goreng nya.
"Aku berangkat" ucapnya setelah mencium kening Siti, Lee membelai lembut pipi istrinya dan berlalu.
Siti termenung, Dengan sendok dan garpu di masing-masing tangan nya. Dia menatap nasi goreng yang masih tersisa di atas piring, pikiran nya campur aduk, dia sedih namun merasa kesal, dia marah pada suaminya namun dia begitu rindu ingin selalu di dekatnya setiap saat.
Sudah hampir sebulan ini mereka menikah namun belum pernah tidur dalam satu ranjang, bagi Siti itu tidak masalah, awalnya.
Siti menganggap mereka selama ini tidak tidur bersama karena masih canggung dan masih butuh untuk saling menyesuaikan diri, tapi rasa kecewa itu hadir setelah Siti tau bahwa alasan Lee tidak tidur satu kamar dengannya karena ada wanita lain.
Jika ada wanita lain dalam hidupnya, kenapa Lee menikah dengannya dan tidak dengan wanita itu? Apa keluarga Lee tidak setuju? Kenapa? Siti yakin wanita pilihan Lee bukan wanita sembarangan kenapa keluarga Lee tidak setuju dan malah memilih dia wanita yang hanya lulusan sekolah Dasar dari desa yang terletak di kaki gunung.
Siti menggelengkan kepala cepat, dia bangkit dan membereskan meja, masih dengan air mata yang menetes Siti mencuci piringnya.
"Istighfar Siti ya Allah..." ucapnya. Segera Siti ke tempat wudhu, dia mulai mengambil air dan berwudhu. Siti melaksanakan solat Dhuha lebih cepat dari biasanya. Hatinya sangat bergemuruh, dia butuh ketenangan.
Lama Siti sholat dan berdzikir tanpa henti, beristigfar kepada sang khalik dengan deraian air mata.
Dengan tangan menengadah ke atas, Siti mulai berucap, berpasrah diri pada sang ilahi, meminta agar dirinya mendapat ketenangan dan kesabaran.
Dua jam berlalu Siti belum juga melepaskan mukenanya, dia masih duduk di mushola kecil dalam rumahnya itu. Pikiran nya kembali memikirkan hatinya yang sedang kemelut. Tiba-tiba dia teringat akan Bapak dan Zidan di Desa.
"Demi mereka aku harus bertahan dalam situasi ini, paling tidak mereka bahagia sekarang"
Siti menguatkan diri sendiri hanya dengan memikirkan bahwa sekarang Bapak dan adiknya hidup lebih baik dari sebelumnya.
Di lepasnya mukena lalu dia lipat. Siti beranjak dan mulai membersihkan rumahnya. Rumah Siti yang dulu jelek saja begitu bersih di tanganya, apa lagi rumah Lee yang memang sudah bagus ini.
Tidak ada yang terlewat dari jangkauan Siti, setiap inci rumah ini dia bersihkan. kecuali Kamar Lee, dia selalu mengunci pintu kamarnya saat dia berangkat kerja.
Dulu Siti menganggap mungkin Lee tidak ingin orang asing menyentuh barang- barang nya, Namun kali ini pikiran Siti berbeda, lagi-lagi Siti berprasangka buruk pada suaminya.
"Astagfirullah" Kata itu selalu Siti ucapkan berkali kali saat hatinya mulai berburuk sangka pada suaminya.
Sudah 7 jam berlalu dari kepergian Lee. Siti merasa kesal karena dia merasa Lee berbohong. Bukankah Lee mengatakan akan segera pulang?
Siti memutuskan untuk kembali ke dapur setelah beberapa saat tubuhnya terbaring di atas kasur. Dengan wajah yang lesu dia berdiri dan berjalan keluar kamar.
Rupanya di depan pintu ada Lee sedang berdiri dengan posisi tangan siap mengetuk pintu kamar Siti.
"Maaf aku terlambat" ucapnya sambil menurunkan tangannya.
"Apa kamu menemui dia?" dengan tatapan datar.
"Tidak, dia sudah sejak kemarin di Bali"
"Oh begitu rupanya" Siti berjalan melewati Lee.
"Mau kemana?" Lee membalikan tubuhnya dan mengikuti Siti dari belakang.
"Masak"
"Tidak perlu, malam ini kita makan di luar ya, aku sudah pesan tempat untuk kita berdua"
"Baiklah" Tanpa reaksi apapun Siti berbalik dan berjalan melewati Lee kembali tanpa melirik Lee sama sekali. Dia menutup pintu kamarnya dan merebahkan badan di atas kasur.
Di tatap nya lekat langit-langit kamar, pikiran Siti jauh melayang tanpa arah. Terlihat butiran bening menetes di sudut matanya. Semakin lama semakin deras hingga membasahi jilbab di bagian telinga nya.
Jam 18.30. Lee menuruni tangga berjalan ke dapur, dia melihat mukena Siti masih terlipat rapi. Lee yang sudah rapi untuk pergi makan malam memutar badannya kekanan dan kekiri, mencari sosok Siti.
"Apa dia mens lagi? kenapa begitu cepat mens nya datang lagi?"
Lee mengetuk pintu kamar Siti, namun tak ada jawaban hingga untuk beberapa saat Lee menunggu. Lee mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak terkunci.
Mata Lee langsung melihat tubuh istrinya terlentang di atas kasur, jilbab dan gamisnya yang terbuat dari bahan yang halus membuat lekukan tubuh Siti terlihat jelas.
Dengan perlahan Lee menutup pintunya, dia merapatkan bibirnya saat pintu sedikit berbunyi.
Lee berjalan dengan pandangan masih tertuju pada tubuh Siti, semakin dekat Lee bisa melihat ada jejak air mata di wajah Siti, Lee bisa melihat jilbab di bagian telinga Siti basah.
Hati Lee seperti terbelah belati, rasanya sakit dan perih, dadanya terasa panas sesak setiap melihat Siti menangis.
"Kenapa harus seperti ini ya Allah" Bisiknya pelan.
Lee berjalan semakin dekat, tatap nya tak berpaling dari wajah Siti. Lee menaiki ranjang dimana Siti tertidur lelap. Dia merebahkan tubuhnya, dan berbalik menghadap tubuh Siti, kepalanya tersangga tangannya.
Dengan pelan Lee mengusap wajah Siti, begitu lembut, dia bisa melihat nafas Siti yang teratur turun naik. Tangan Lee masih menempel di wajah Siti, sebagai laki-laki Lee sangat normal, tangan nya mulai mengusap bagian lain di wajah Siti.
"Bibir ini, kenapa begitu menggairahkan? Ahh" Lee kembali bergumam.
"Tidak Lee! jangan rusak dia" Batin Lee ikut bergumam. Lee memejamkan mata dalam. Dia menyimpan kepalanya persis di samping pipi Siti, hingga hidung Lee yang mancung menempel di pipi Siti.
Dengan lembut Lee menyimpan tangannya di atas perut Siti, dia memeluk istrinya yang sedang tertidur lelap hingga dia pun ikut terlelap.* Lupakan makan malam gaesss lebih nyaman bobo.*
Kebiasaan Siti bangun di sepertiga malam, dengan atau tanpa kokokkan ayam jantan tetangganya.
Dia mulai sedikit tersadar dari tidurnya, meski mata belum sepenuhnya terbuka, namun indera pendengaran dia sudah sedikit lebih sadar, Siti mendengar nafas seseorang, di tambah dia merasakan ada beban di atas perutnya membuat dia membuka mata lebar-lebar.
Secepat kilat Siti menoleh, dan dia mendapati wajah suaminya yang terlelap tidur di sampingnya dan memeluk tubuhnya. untuk sesaat Siti terkejut, namun selebihnya dia menikmati situasi yang saat ini sedang terjadi.
Hembusan nafas Siti yang tepat ada di depan Lee bisa Lee rasakan, dia hanya berpura-pura tertidur dan membiarkan Siti menikmati ketampanan wajahnya.
Dalam waktu sekejap mungkin Lee bisa bertahan dalam kepura-puraan nya, namun semakin lama Lee merasa GeeR sendiri.
"Berapa lama lagi mau menatap wajahku? waktu solat tahajjud akan segera berlalu"
Siti merasa sangat terkejut dengan tiba-tiba Lee berbicara, meski dengan mata yang tertutup Siti tau bahwa suaminya sudah bangun.
Siti menarik kepalanya menjauh dari wajah Lee, tapi tangan Lee yang cekatan itu menahannya, bukan semakin menjauh tapi semakin mendekat, hingga hidung mereka bersentuhan. Lee membuka matanya.
Dengan tatapan sayu karena baru saja terbangun dari tidurnya, mata Lee jauh menerobos ke dalam retina Siti, dia melihat ada sedikit rasa takut, dan ragu disana, namun dia juga mendapat kan rasa malu-malu kucing disana. Siti yang sudah terhipnotis tidak bisa melakukan apapun.
Perlahan dan lembut Lee menautkan bibirnya di bibir Siti, tak ada perlawanan, Siti hanya diam meraba raba rasa yang saat ini dia rasakan. Panas, itu rasa yang pertama Siti dapatkan, rasa panas tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Jantungnya berpacu sangat cepat, bulu kuduknya berdiri.
"Tutup matamu" ucap Lee di sela-sela ciumannya. Dengan sepontan Siti mengikuti perintah Lee.
Siti yang baru merasakan bagaimana rasanya berciuman hanya bisa menutup matanya, mulutnya masih tertutup rapat, Siti merasa tangan Lee kini meremas pinggangnya perlahan namun kuat.
Siti yang tidak tau bagaimana cara berciuman, hanya bisa menikmati kecupan-kecupan yang di lakukan Lee di bibirnya, seperti anak kecil yang sedang memakan sebuah lolipop yang manis, begitulah Lee mencium Siti.
Setelah di rasa cukup lama, Lee menarik kepalanya hingga bisa melihat wajah istrinya yang kini telah memerah seperti tomat, Matanya masih tertutup, perlahan dia menundukan kepalanya karena rasa malu yang hinggap di dalam dirinya.
Lee hanya tersenyum nakal melihat tingkah istrinya, di rengkuh nya bahu Siti, dia peluk istrinya dengan erat.
Siti tersenyum sipu, di dalam pelukan Lee, dia meraba-raba bibir nya yang tadi di jilat Lee begitu nikmatnya.
***
*ah Lee apa kau lapar karena gagal makan malam? lupakan bau iler untuk sementara waktu ya gengs.
✓✓✓✓
*Terimakasih telah membaca.
tunggu kelanjutannya ya gengs.
jangan lupa komen, like n rate n ❤️
Berikan vote kalian untuk author, author akan sangat berterima kasih untuk itu. dan pastinya akan lebih semangat lagi untuk up dan memperbaiki semuanya agar kalian bisa menikmati cerita-ceritaku.
Salam sayang dari author untuk kalian Readers🙏😍🤗**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ma Em
semoga saja siti dan lee bisa rukun rumah tangganya, dan lee segera menyadarinya bahwa tidak ada wanita lain sebaik siti, dan segera tinggalkan kekasihnya itu.
2023-05-24
0
Riza Anggelina
sampai saat ini hati ku masih was was dengan wanita yang dibali
2020-11-10
3
Ra
mungkin seiring berjalannya waktu bakalan ramai
2020-11-06
1