Siti masih diam terpaku, mata beningnya yang kini mulai mendung menatap wajah suaminya yang sangat sulit di terka. Tangan Siti pasrah, tidak menolak namun tidak juga membalas genggaman Lee.
"Ini terlepas" Menyodorkan hijab
Siti mengambilnya dengan cepat. Tangan Siti tertahan saat dia hendak membalik badan dan menuju kamar. Siti terdiam tidak menoleh.
"Jangan marah, aku sangat tidak tenang melihat mu marah"
"Kirim segera nomer Mama"
Tin tong... ting tong...
Bel rumah berbunyi, Siti menarik tanganya namun Lee tetap menahan
"Lepas"
Namun Lee tidak melepaskan nya, dia hanya menunduk lesu.
"Lee... ada tamu, lepaskan tanganya"
Bukan nya melepas, tapi Lee menarik kuat tangan Siti dan memeluk istrinya erat.
"Lee... kamu ini kenapa?" Tangan Siti berusaha mendorong.
"Jangan marah, aku mohon"
Tubuh Siti berusaha keluar dari pelukan suaminya, bukan dia tidak suka namun suara bel rumah terus saja berbunyi.
"Biarkan saja"
"Lee ada tamu, pintunya harus di buka"
"Jangan"
Siti terus berusaha mengeluarkan tubuhnya dari dekapan Lee yang semakin erat. Terlalu lama Siti berusaha hingga dia merasa lelah dan pasrah dalam dekapan suaminya. Siti membenamkan wajahnya di leher Lee. perlahan air mata Siti jatuh di kulit leher Lee. Menyadari istrinya menangis, Lee mengelus belakang kepala Siti, sesekali mengecup kepala istrinya.
"Kenapa Lee? apa sebenarnya ini?"
"Aku tidak bisa menjelaskan apapun saat ini"
"Kamu begitu baik, tapi kamu menyakiti hatiku di saat yang bersamaan" hiks hiks
"Apapun yang terjadi aku tetap suamimu dan akan selalu seperti itu" Lee memegang kedua pipi istrinya, menatap matanya bergantian.
"Apa kamu mulai mencintai ku?"
Dengan dalam Siti menatap suaminya, dia sendiri tidak tau apa yang ia rasakan saat ini.
"Aku tidak tau, hanya saja rasanya sesak sekali disini" Menunjuk ke arah dadanya.
"Kenapa?"
"Saat kamu begitu perhatian dan tertawa dengan wanita lain"
Lee tertawa singkat kemudian mengecup kening istrinya.
"Pakai ini, jangan seperti ini jika di tempat lain"
Setelah memberikan jilbab Siti, Lee berlalu meninggalkan istrinya yang masih rersedu. Siti menatap punggung suaminya sampai benar-benar menghilang dari pandangan nya.
ponsel Siti berbunyi membuyarkan pandangannya pada suami yang sudah lama menghilang dari matanya. Pesan dari Lee yang mengirimkan nomer Bu Han.
Siti segera masuk ke dalam kamarnya dengan ponsel si telinganya.
"Assalamualaikum Mam"
"Waalaikumsalam, siapa ini?"
" Mam ini Siti"
"Oh menantuku, kenapa sayang? apa kamu membeli ponsel?"
"Hadiah dari Lee Mam, Oh iya Mam" Siti terdiam sesaat " Terimakasih" suaranya melemah.
"Ada apa ini? Kenapa sayang?"
" Terimakasih sudah baik sama keluarga Siti Mam, tadi Bapak udah ngasih tau Siti semuanya"
Terdengar suara helaan nafas dari ujung sana.
"Itu belum seberapa sayang, Mama mendapatkan lebih banyak dari itu"
"Tapi Siti tetep mau bilang makasih sama Mama"
"Iya iya, jangan di bahas lagi ya. Oh iya tadi Mama ke rumah, kalian ada dimana? mobil Lee ada tapi pintu gak ada yang bukain"
"Oh itu Mam..."
"ha ha ha. gak apa-apa Mama ngerti kok, pengantin baru emang lagi panas-panasnya"
Siti menghela nafas dalam, andai saja Siti dan Lee seperti pasangan pengantin lain nya.
"Sayang Lee udah beliin kamu gaun belum buat acara lusa?"
"Udah Mam"
"Syukurlah, tadi nya Mama mau ngajak kamu nyobain gaun hari ini, makanya Mama nyamper ke rumah"
"Ma, Siti takut"
"Kenapa? kok takut"
"Siti kan bodoh Mam, kalau Siti membuat Lee malu gimana ya?"
"jangan begitu, tetaplah jadi diri sendiri itu yang terpenting. Temen-temen Lee itu baik-baik, mereka orang yang terpelajar dengan etika yang terdidik, jadi gak akan meremehkan kamu sayang"
"Baiklah, Mam kira-kira Erlangga di undang gak ya sama Lee"
"Pasti dong mereka kan bersodara, masa gak di undang. Tapi, tunggu dulu! kamu kenal Erlangga?"
"Udah kenal lama Mam, Siti..."
"sayang Mama tutup dulu ya teleponnya, Mama haru pergi sekarang. Oya Lee udah ngasih perhiasannya belum? Mama ngasih hadiah buat kamu, nanti pakai ya buat acara di Bali"
"Iya Mam..."
Tut tut tut
Siti menatap layar ponselnya yang kini terlihat hitam.
"Terimakasih ya Allah, engkau memberikan Mama Han padaku. Alhamdulillah"
****
Perhiasan yang sederhana namun amat sangat mewah, itulah berlian. Meski kecil namun kilaunya sangat mengagumkan.
Satu set perhiasan yang ada di tangan Lee hanya bisa Lee pandang, dia berencana akan memberikan nya pada Siti saat di Bali nanti. Dia akan memberikan perhiasan ini saat acara pesat berlangsung. Pikirnya sambil tersenyum malu.
Senyuman itu hanya sesaat, bayangan Noura melintas dalam pikiran Lee, itu akan menyakiti Noura.
"Baiklah kita akan berikan ini di Bali tapi tidak di hadapan semua orang"
Di taruh nya kotak itu di dalam koper yang sudah Lee siapkan untuk acaranya di Bali, karena tidak mungkin dia hanya menginap satu malam disana.
Malam menunjukkan jam 8 malam. Mungkin saat ini Siti masih berdzikir pikir Lee. Namun saat dia keluar kamar dia mencium aroma masakan yang begitu menggoda hasrat indra pencicipnya. Perut Lee yang memang lapar semakin bersorak riang.
Benar saja, Siti berada di dapur sedang memasak, tanganya menari indah di atas wajan yang berisikan ayam dengan kuah santan yang kental.
Entah kenapa tapi Lee begitu ingin memeluk istrinya dan itu tidak bisa dia tahan.
"Masak apa?" Lee melingkar kan tangannya di tubuh Siti, Tubuh Siti terjengkat karena terkejut.
"Ya Allah astagfirullah..." Siti melirik Lee sekilas dengan spatula yang terangkat di tanganya seperti siap mendarat si wajah Lee.
"Galak bener istriku ini" Lee menaruh dagunya di bahu Siti yang terhalang jilbab besarnya.
"Kaget tauuu" Bibir Siti manyun kecil.
"Itu bibirnya jangan begitu ya di hadapan pria lain"
"Kenapa?" sambil terus mengaduk masakan.
"Pokoknya jangan Ya, itu khusus hanya boleh di lakukan di depan ku saja"
"Sepertinya sudah matang. Awas Lee aku mau ambil mangkuk sayur"
"Gak ah, tetap seperti ini sesaat"
"hemm" Dengus Siti
Hening sesaat. Tak ada kata terucap dari mulut mereka berdua. Tidak di pungkiri Siti merasa nyaman, Siti mulai merasa hatinya bahagia dan berbunga-bunga setiap di perlakukan baik oleh Lee, tapi kemudian dia sadar ada wanita lain di hati Lee, itulah kenapa Siti selalu meredam rasa dalam hatinya untuk Lee.
"Kakiku kesemutan Lee"
Mata Lee yang dari tadi terpejam di atas bahu Siti terbuka perlahan, kemudian melepas pelukannya.
Lee beranjak menuju tempat makan yang ada di atas kolam. Berdiri menyandarkan bahu kirinya ke atas tiang. Dia menatap pantulan cahaya dari lampu-lampu yang ada di rumahnya.
"Duduklah, ayo kita makan"
Suara Siti membuyarkan lamunan Lee, dia menoleh dan melihat Siti sudah duduk di atas kursi, di atas meja sudah tersaji makanan yang akan mereka santap. Opor ayam, tahu dan tempe goreng, sambal dan lalapan, tak tertinggal kerupuk.
Siti mengambil piring Lee, di isinya nasi dan opor ayam ke atasnya. Mereka makan dengan tenang, hanya terdengar suara sendok san piring yang saling bertemu dan juga suara renyahnya kerupuk yang mereka santap.
"Aku bantu ya" Lee membawa sisa makanan ke dapur, sementara itu Siti membersihkan meja dan membereskan piring serta gelas yang kotor.
"Sini aku yang cuci" Tanpa minta persetujuan Siti, Lee mengambil piring kotor dari tanganya. Dan mencucinya.
Dalam hati Siti yang paling dalam, ada rasa yang begitu istimewa, dia merasa ini sangat indah, pipinya untuk sesaat merona, hanya saja jika dia ingat bahwa hati Lee ada di tempat lain, wajah Siti yang merona memucat.
Air mata yang tidak sabar ingin melompat bebas dari pelupuk mata Siti di rendam nya sangat kuat, jemari tangannya yang putih kemerahan bergetar.
"Astagfirullah" Lirihnya pelan namun masih bisa Lee dengar, mata Lee menoleh sejengkal. Dia jelas tau apa yang Siti rasakan.
Lee mengeringkan tanganya, saat dia berbalik badan, kepalanya celingukan mencari sosok Siti yang tidak bisa dia lihat.
Lee berjalan menuju kamar Siti, namun saat kamarnya di buka Siti tidak ada di dalam.
"Siti..." Lee mencoba memanggil, namun Hening. Lee mencari kesetiap sudut ruangan namun Siti tak dia temukan. Lee memutuskan untuk naik ke lantai atas. dan duduk di balkon.
Mata Lee memandang jauh ke atas langit, dia menghirup udara dalam dalam, matanya terpejam sesaat. Menikmati lembutnya belaian angin di pipinya yang mulus. Perlahan mata Lee terbuka, hingga dia melihat sosok wanita yang sedang berjalan di bawah bayangan dedaunan yang tersorot lampu di sepanjang jalan.
Lee menatap lekat wajah istrinya yang terlihat begitu sendu, sesekali jemarinya mengusap pipi bawah matanya. Siti menangis. Ada keresek kecil di tangan satunya.
"Apa dia membeli satu cemilan dan satu minuman yang sama lagi? kenapa dia selalu jajan hanya itu-itu saja? padahal dua ATM, kartu kredit aku berikan padanya, kenapa dia begitu irit?" ucap Lee.
"Wanita ini ckk!"
Lee masih mengingat saat dia menyerahkan karti ATM dan kartu kreditnya pada Siti. Dia hanya menatap sambil membolak-balik kartu yang dia pegang.
"Yang warna kuning itu uang buat kamu belanja atau shoping atau apapun yang kamu inginkan, setiap minggu aku akan mentransfernya sejumlah 10 juta"
Uhuk ... Mata Siti membelakak
"Itu kartu yang hitam uang tabungan kita, setiap aku mendapat kan tender besar aku akan mentransfer uangnya kesana, jadi belum tau pasti berapa yang akan aku berikan"
Siti masih dengan posisi yang sama, mata melotot dengan mulut terbuka.
"Itu namanya kartu kredit, kamu bisa memakainya untuk membeli apapun, dan ini..." Lee memberikan amplop berwarna cokelat.
"di Dalam ada sejumlah uang 25 juta yang bisa kamu pakai untuk keperluan kita selama satu bulan, untuk makan dan keperluan rumah yang lainnya"
"i- ini banyak sekali Lee" Mata Siti masih membelalak, baru kali ini dalam hidupnya memegang uang sebanyak itu, bukan hanya memegang mungkin mendengar nya saja baru kali ini.
"Ahh, kenapa dia begitu polos. Tapi terimkasih ya Allah, kau kirim dia dalam hidupku". Bayangannya buyar saat melihat Siti semakin dekat dengan rumahnya, Lee berbalik dan berlari kecil menuruni tangga, dia duduk di kursi tamu, dengan menumpang kan kaki satu di atas kaki lainnya.
"Dari mana?" ucap Lee saat Siti masuk ke dalam rumahnya. Siti kaget hanya saja dia mencoba bersikap tenang.
"Mini market"
"kenapa gak minta izin?"
"Kamu saja nelpon wanita lain kenapa gak minta izin?"
Siti berlalu melewati Lee yang duduk di kursi. Lee mencoba meraih tangan Siti, namun spertinya Siti menghindar. Lee hanya diam terpaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Jaim dikit ngga apa Sit,aku dipihakmu.
bikin Lee bucin sebucin²nya
2021-03-04
4
Endch Yufita NingTiyas
asik thor.. rasain tu lee
2020-11-03
1
💚Anggun💚
kalo mslh hati yg terbagi ak jd nyesek....sensitif bgttt
2020-10-03
2