HANA LOVE STORY

HANA LOVE STORY

Bab 1

Di pagi hari itu tampak kabut tipis menyelimuti bumi, udara terasa dingin dan segar. Sedangkan tanah pun basah menandakan baru turun hujan, matahari juga masih enggan keluar dari persembunyiannya.

Hana Pertiwi, seorang gadis manis berusia 23 tahun membuka jendela kamarnya. Kicauan burung terdengar bersahutan, udara yang sejuk langsung menyeruak masuk ke kamar Hana, membuat si empunya kamar itu bernafas dengan lega dan menghirupnya dalam dalam. Berulang kali.

Hana, nama panggilannya, adalah gadis manis nan sederhana dengan pipi sedikit chubby punya lesung pipit yg indah saat tersenyum. Dengan tubuh yg tidak terlalu tinggi, berkulit kuning langsat dan berhijab. Hana sangat disenangi oleh teman temannya karena dia anak yang supel, suka membantu jika ada teman yang kesusahan.

Kisah cintanya dimulai di siang hari ini, saat ia diminta sang bunda berbelanja kebutuhan rumah tangga yang menipis dirumah. Berbekal kertas catatan ia berbelanja dari toserba yang letaknya sekitar 4 kilometer dari rumahnya.

Hana telah selesai berbelanja, ia baru keluar dari pertokoan yang lumayan ramai itu, lalu mengendarai motor maticnya untuk pulang dengan sebuah kardus belanjaan di bagian footstep depan, ia melaju dengan kecepatan sedang saat keluar dari area toko. Tak dinyana, tiba tiba ada sepeda motor dengan suara knalpot yang begitu nyaring meluncur terlalu mepet dengan sepedanya sehingga membuat Hana terkejut dan hilang keseimbangan.

BRAAAKKK!!

Sepeda Hana pun oleng ke kiri dan Hana pun terjatuh, semua terjadi begitu cepat, membuat telapak tangan Hana lecet dan parahnya kaki Hana ketiban pijakan kaki motor maticnya sehingga lecet dan berdarah. Dan sepertinya kaki Hana keseleo. Laki laki pengendara motor itu menyadari ada seseorang yang jatuh dibelakangnya segera menghentikan laju motor, dan kembali menghampiri Hana yang terkapar dibawah motor maticnya. Beberapa orang yang melihat Hana jatuh pun segera datang untuk menolong.

"Awww!, sakit ya Alloh!" Hana meringis kesakitan saat sepedanya berhasil di angkat, dia segera berdiri dibantu oleh seorang laki laki paruh baya disampingnya. "Pelan pelan mbak!" kata laki laki itu

"Terima kasih pak, tapi sepertinya kaki saya terkilir!" Hana merasakan nyeri dipergelangan kakinya dan tak bisa berdiri tegak. Darah pun merembes dari kaki yang ternyata ada luka cukup dalam.

Hana yang jijik dengan warna merah darah merinding melihat darahnya sendiri, rasanya ia ingin pingsan saat itu juga, tapi ia sekuat mungkin menahannya.

"Ini gimana sih mbak kok jatuh, aku kan gak nyenggol kamu tadi!" omel lelaki yang menyenggolnya tadi.

"Eh mas! ini mbaknya jatuh kok malah dimarah marahin, harusnya segera ditolong dong! Tuh lihat kakinya berdarah!" Seru seorang ibu ibu yang ikut merubung Hana. Hana masih diam merasakan sakit, tak ada tenaga untuk menjawab kata laki laki pengendara motor itu. Untung saja belanjaan Hana dimasukkan kardus dan dilakban tadi sehingga aman tidak jatuh berantakan.

"Itu tanggung jawab mas sudah buat mbaknya jatuh, bawa ke klinik buat diobati, tuh deket kliniknya kelihatan dari sini!"

kata ibu yang satunya lagi.

"Iya iya Bu, saya tanggung jawab, kalau tidak mah saya juga gak berhenti tadi!" ungkap pria itu agak kesal.

"Kamu bisa naik nggak ke motor aku?"

"Tolong bantu mbaknya ya pak buat naik ke motor!" serunya meminta tolong seorang bapak.

Laki laki yang membantu Hana berdiri pun membantu Hana untuk naik ke motor sport milik pria itu, sedang motor Hana diamankan oleh satpam toko.

"Kamu kenapa sih tadi kok bisa jatuh, aku kan tidak nyenggol kamu?" pertanyaan yang diulang tadi karena belum mendapat jawaban dari Hana.

"Untung aja gak di jalan raya, bisa habis kamu tadi. Kalau naik sepeda itu yang konsen, jangan sambil ngelamun." Omel pria itu sembari melajukan motornya menuju klinik terdekat.

"Aku kan tadi kaget denger suara knalpot kamu kenceng banget terus terlalu mepet tadi, jadinya aku ngerem mendadak, rem depan lagi, jadinya oleng. Itu tempat jalan kan lagi rame kenapa kamu juga naik motornya ngebut juga!" kini gantian Hana yang mengomel. Dia yang kena apes, dia juga yang malah kena omel.

"Iya maaf, tadinya aku buru buru, disuruh ibu aku buat belikan sesuatu. dan aku lagi janjian sama temen tadi, batal deh semuanya itu semua gara gara kamu!"

"Loh, kok salah aku!" Hana mendelik tak terima.

"Hhhh, aku yang apes, aku yang kesakitan, aku juga yang disalahin. Dasar nasib lagi apes!" Gerutu Hana di jok belakang sepeda pria itu.

Mereka telah sampai di klinik. Dengan susah payah Hana turun dan berjalan tertatih menuju teras klinik. Lelaki itu yang ingin membantunya, ia tepis tangannya.

"Aku kan cuman mau bantu kau. Biar cepat sampai sana!" ia menunjuk teras klinik, tapi Hana tetap menggeleng.

"Bukan mahram!" ucap Hana ketus, walau sebenarnya ia merasa sangat kesakitan. Peluhnya mengucur membasahi dahinya yang setengah tertutup jilbab.

"Dasar keras kepala, udah kesakitan gitu masih juga mikir bukan mahram, cewek aneh!" gerutu pria itu lirih, namun masih bisa didengar Hana.

"Nama kamu siapa?" tanya pria itu namun Hana bungkam tak mau menjawab, setengah kesal pria itu berjalan cepat lebih dulu menuju ruang pendaftaran, dan tak berapa lama keluar lagi karena memang tak ada pasien yang antri.

"Ayo, langsung masuk ke ruang dokter!"

"Mbak Dewi kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" Hana terbengong. Siapa Dewi?

"Dia jatuh dari motor Bu, kakinya berdarah itu!" Hana baru sadar jika yang dimaksud Dewi adalah dirinya.

"Tadi aku tanya nama kamu gak kamu jawab, aku asal aja ngasih kamu nama Dewi!" pria itu berbisik dan tersenyum tipis di samping duduk Hana, saat Hana menatapnya ingin melayangkan protes.

Walaupun Hana mendelik, nyatanya hatinya berdebar menatap pria yang menatap tajam dirinya sedekat itu, hanya jarak tak sampai setengah meter.

Hana berbaring di ranjang pasien, ia melipat dan menggigit bibirnya karena luka yang dideritanya baru menimbulkan rasa ngilu luar biasa. Tadi saat baru saja jatuh rasanya tak sesakit itu.

"Waah, ini ada luka yang cukup dalam nih mbak Dewi, ini nggak bisa dijahit, karena lukanya menganga. Saya tempel plester saja mbak, dan nanti daging yang koyak bakal tumbuh dengan sendirinya." ucap sang dokter tersenyum simpul.

Petugas medis itu membersihkan luka Hana, lalu menempelkan jaring penutup luka dan yang terakhir menutupinya dengan plester.

Setelah menerima obat dan membayar perawatan Hana, pria itu mengajak Hana pergi dari tempat itu.

Kaki Hana semakin ngilu saja, hingga berjalan pun ia sangat kesusahan.

"Dimana rumah kamu aku antar!" tanya pria itu setelah mereka naik ke motor dan ia melajukannya dengan pelan kearah timur.

"Udah, jalan aja nanti disimpang tiga yang deket taman itu, belok kanan!" ucap Hana mengarahkan.

"Nah, yang ada pagar hitam tuh. Berhenti disana!" Pria itu mengikuti petunjuk arah Hana, dan membelokkan sepedanya ke rumah dengan cat warna krem.

Pria itu memberhentikan sepedanya dekat teras rumah Hana, disaat itu ibu Mira, ibunya Hana membuka pintu dan terkejut.

"Loh, Hana? Kamu kenapa nak?"

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

hallo Hana 😍 salam kenal🙏 kasih dukungan full di karya keren ini 😍

2022-11-16

0

Yeni Eka

Yeni Eka

Hai Hana mulai baca nih

2022-11-03

0

Nda Malamsyah

Nda Malamsyah

Hana say : motor ku di sengol calon imam bu 😂

2022-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!