Setelah pamit pada bosnya, Hana meluncur ke sebuah toko yang menyediakan bahan bahan kue yang lengkap.
Keesokan harinya, dengan niat bismillah, pagi pagi Hana dan Bu Mira berjibaku di dapur membuat resep tiga jenis kue. Donat kentang, bolu pandan kukus dan brownies. Hana telah mempersiapkan sore harinya, hingga di pagi buta mereka berdua tinggal mengeksekusi.
"Hmmm, harumnya kue buatan anak kesayangan ayah. Minta dong!" goda Ayah mencium aroma yang membuat cacing di dalam perut menggeliat.
"Ayah, cuman Anak yang dipuji, ibu yang tiap hari nyuciin baju Ayah, masakin Ayah, bersihin rumah Ayah, dan lainnya yang jikalau dilakukan 24 jam dalam sehari aja gak cukup, gak pernah dapat apresiasi dari Ayah!" rajuk Bu Mira pada suaminya.
"Waduh, ada yang cemburu nih. Ya udah, ibunya Hana yang ehemmm, cantik. Pasti yang bikin bolu ijo itu ibu? Seger seger Harun gimana gitu. Coba Ayah mau icip buat temen minum kopi!" rayu pak Hadi tersenyum, mencolek dagu istrinya yang terlihat malu malu.
"Emang ibu mau dikasih apa sebagai apresiasi? Kepingin dibeliin mobil, waduh jangan dong! Uang Ayah gak cukup, cuman bisa buat beli motor. Gak papa kan Bu naik motor? Malah tambah mesra, bisa meluk pinggang, duduknya deketan, beda sama mobil, duduknya jauhan." rayu sang ayah lagi.
"Ayah gak usah kebanyakan ngomong deh, kalau gak mampu beliin mobil gak usah bilangnya gitu Memang siapa juga yang kepingin mobil? kapan ibu bilang gitu."
"Lebih baik nih, dimakan bolu kukusnya, enak, bikin kenyang. Jadi mulutnya bisa mingkem kalau kenyang!" ibu menyuapkan seiris bolu ke mulut Ayah.
"Ehmmm, cieee, ada yang nostalgia nih. Ya udah daripada zina mata liat yang lagi sayang sayangan, mandi dulu aja, ah!" Hana langsung beranjak ke kamarnya untuk membersihkan tubuh, habis itu dia akan keliling menjajakan kue buatannya. Tak memperdulikan teriakan ibunya karena belum selesai membungkus potongan potongan kue untuk dimasukkan ke wadahnya.
Jam setengah delapan, semua sudah siap. 6 buah sealware berisi tiga jenis kue akan dititipkan ke toko, masing masing berisi 10 buah donat aneka toping, 10 buah kue bolu dan 10 buah kue brownies sebagai permulaan. Semua dimasukkan dalam keranjang di jok belakang sepeda Hana.
Bismillahirrahmanirrahim. Niat ingsun menjemput rezeki.
Jam sepuluh pagi, Hana sudah sampai rumah kembali.
"Alhamdulillah, sepertinya lancar, Han?" suara Bu Mira mengagetkan Hana yang sedang membuka helm.
"Alhamdulillah, semoga Bu! Tak ada penolakan dari toko yang Hana titipin. Bahkan, Bu Rodiah, ibu kantin sekolah Hana waktu SMP dulu, minta dua box langsung. Jadi tadi ada 5 toko yang Hana titipin."
"Syukurlah. Awal yang baik, Hana. Ya udah, sekarang istirahat dulu! Dari jam 3 pagi kamu bangun, pasti sekarang capek!" Bu Mira mengelus kepala anaknya yang terbalut hijab.
Hana sedang selonjoran di sofa ruang tamu, saat ponselnya berbunyi.
Citra ia calling...
"Woi, tega Lo ya! Ninggalin kita kita. Ga ada angin ga ada hujan, tiba tiba aja resign. Ada masalah apa sih Lo?" Hana terkekeh melihat Putri dan Citra dilayar, mereka terlihat sewot dan tak terima dia resign.
"Ya, sory! Gue kepikirannya tiba tiba aja. Ibu ngajakin gue usaha kue, ini tadi gue baru pulang nganter kue ke toko toko. Masih ada kok dirumah, mampir ya! gue kasih gratis tis!"
"Hallah, mo nyogok Lo, biar kita kita gak marah sama Lo!"
"Iya kan, ngaku Lo!" imbuh Putri.
Hana terkekeh, lalu berseru.
"Hei, dibelakang ada bos tuh! Awas kena semprot!" Kedua gadis itu gelagapan, mengira benar benar ada bis dibelakang mereka.
"Mati gue!"
"Mati gue!" ucap mereka bersamaan. Lalu membalikkan badan. Celingak celinguk, kemudian saling pandang.
"Sial, kita dikerjain Hana!"
Gumam mereka bersamaan. Hanya ada para pelanggan yang sedang belanja.
Sedang Hana dirumah tertawa terpingkal, sampai air matanya keluar.
"Hahaha...gimana ya reaksi mereka?"
"Kenapa ketawa, Han? Ada yang lucu?" ibu tetiba sudah duduk dihadapan Hana. Mengamati anaknya yang tertawa bahagia.
"Ini Bu! Citra sama Putri tadi telpon, marah marah ga jelas karena aku resign mendadak dan gak bilang bilang. Aku bo'ongin aja bos ada dibelakang mereka, lagi merhatiin mereka. Auto deh, mereka kelabakan. hehehe!" ibu pun geleng kepala.
"Hmmm, jail juga kamu, Han!" komentar Bu Mira.
"Biasalah, Bu! Mereka juga sering kok ngisengin Hana sama teman teman yang lain. Biasalah, kalau gitu gak seru, yang penting ga membahayakan."
"Terserah kau lah, Han. Oiya, buat besok, udah siap semua kan bahan bahan kue? Jangan sampai ada yang kelupaan. Nanti pagi pagi nyari dimana coba!"
"Iya, Bu tenang. Sudah beres kok, baru aja aku cek barang barangnya. Tinggal nanti nunggu informasi dari warung dan toko yang Hana titipin." Bu Mira mengangguk, ia berharap usaha Hana kali ini berkembang, biar Hana tak susah susah mencari pekerjaan yang mengharuskannya keluar rumah seharian.
"Thin thin! sebuah mobil berhenti didepan pagar rumah Hana.
"Loh, Bu! itu kan mobilnya mas Farid kayaknya. Tumben kesini tuh anak!" ujar Hana yang melongokkan wajahnya dan terlihat dari tempatnya duduk.
"Hush, ga boleh gitu. Mungkin mereka memang lagi sibuk!" tegur Bu Mira pada anaknya.
"Salamualaikum!" sapa seorang wanita, Dia adalah budenya Hana, Kakak dari pak Hadi.
"Waalaikum salam warahmatullah!" jawab Hana dan ibunya barengan.
"Hana, waah! Ponakan Tante udah lama hak kelihatan makin cantik aja!" Bude Sofia memeluk Hana erat, menciumi pipi kiri dan kanan gadis itu. Kedua anak bude Sofia laki laki, itu sebabnya ia sangat menyayangi Hana seperti anaknya sendiri.
"Dek Mira, kita tukeran anak ya? Biar Farid disini, terus Hana dirumah aku. Seminggu aja!" cerocos Sofia, setelah mereka duduk santai diruang tamu.
"Hallah, kamu ini mbak! Selalu aja gitu kalau datang kesini. Tapi boleh juga, kalau cuman seminggu, tapi anaknya mau nggak?" Bu Mira memandang Hana dan Farid yang duduk di sofa depan bergantian.
"Bude itu ada-ada saja. Gini aja deh, Hana mau jadi anaknya Bude selama seminggu, dengan syarat mas Farid nikah dulu, baru nanti aku nginep dirumah bude selama seminggu."
"Laah, kalau persyaratan kamu itu berat, Dek! Kecuali kalau kamu mau ngenalin temen kamu, yang paling cantik buat calon bini masmu ini!" celutuk Farid yang sedari tadi fokus pada benda pipihnya. Membuat Hana menyebik dan melempar bantal sofa pada sepupunya.
"Huuu, wajah pas-pasan gitu, mau cewek cantik. Ngaca dulu, ngaca!" Hana dan Farid memang biasa saling meledek, saling mengolok sembari becanda.
"Ini kue beli dimana, dek Mira? Enak banget, pas di lidah!" bude Sofia mengacungkan kue bolu pandan yang dipegangnya.
"Begini ceritanya, Hana mulai hari ini bikin usaha kue kecil kecilan. Dititipin ke warung warung. Sambil ngumpulin uang buat sewa toko nantinya" Bu Mira yang menjawab pertanyaan iparnya.
Bude Sofia membelalakkan matanya.
"Ah, yang bener ini buatan Hana? Waah, ini bisa dijadiin bisnis ini! Aku yakin bakalan laris manis kuenya." bude Sofia begitu antusias, bahkan membelalakkan mata tak percaya.
" Doain aja ya mbak, siapa tahu ini jadi penghasilan Hana, gak perlu susah susah jadi karyawan."
Bude Sofia mengacungkan jempolnya.
"Aku dukung seratus persen. Bude juga mau diajak joinan. Bude yang kasih biaya, kamu yang ngejalankan usahanya, tanam saham gitu istilah kerennya."
"Makasih, Bude. Untuk saat ini belum bude, masih rintisan. Belum tahu prospeknya gimana juga. Mungkin suatu saat kalau memang bisa dikembangkan dan butuh modal, saya akan kasih tahu bude!"
"Eee, kamu jangan pesimis begitu! "Bude yakin, usahamu bisa berkembang. Pokoknya mah, Bude dukung seratus persen dengan doa. Semoga ini jadi ladang rezeki kamu, Hana!" ucap bude Sofia dengan tulus.
"Aamiin aamin! Terimakasih bude doanya. Wah, jadi moodbooster Hana nih, hari pertama udah ada yang muji muji gini." Keempat orang tertawa.
"Nah, kalau Farid sih, suka donatnya. Empuk dan creamy." Farid menegakkan duduknya, seperti teringat sesuatu.
"Bun, bukannya beberapa hari lagi bunda giliran dapat arisan ya! Kenapa gak minta Hana yang buatin kuenya?" Sofia menjentikkan jari.
"Ide bagus, Farid. Sekalian promoin usaha Hana ke teman teman Bude. Bude butuh 30 kotak kue. Eh, sekalian Bude mau bagi bagi ke tetangga. Mmm, 50 kotak deh. Isinya empat macam, lima sama minumannya."
"Gimana Han, mau nggak?" Hana tentu saja merasa senang. Dengan senyum merekah ia mengangguk mantap.
"In sya Alloh, Bude. Ashhiaap!" jawabnya menatap Bu Mira yang juga tersenyum bahagia.
Keesokan harinya, seperti halnya kemarin, rutinitas ibu dan anak berjibaku di dapur. Kali ini ditambah dengan pastel isi.
Hana mencium tangan ibu dan Ayahnya sebelum berangkat menuju warung.
"Semoga laris manis!" doa Ayah yang diamini bu Mira dan Hana.
"Hana, kuenya laris! Banyak yang kecewa karena gak kebagian. Kalau bisa saya minta dua box hari ini!" rasa syukur Hana panjatkan dalam hati, dengan wajah berbinar ia mengangguk mantap. Semua kue yang ia titipkan habis tak tersisa. Dua diantaranya minta tambah porsi. Kini dalam keranjang besar Hana tinggal 3 box kue. Ia sudah memikirkan dari kemarin kemana ia akan menawarkan kue itu. Hingga saat di pintu gerbang sebuah SD, ia terkaget karena seseorang memanggilnya.
"Hana...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yeni Eka
jadi pengen icip kue Hana
2022-11-15
0
Sitti Armilla
apalagi kalau gratis ya, Rid, farid
2022-05-13
0