Selama hampir sepuluh menit, Bu Mira dan Hana saling berpelukan. Walau Hana belum menceritakan apa yang terjadi, tapi tangis pilu Hana memicu Bu Mira untuk ikut menangis.
"Hana!!" seru Ayah tiba tiba membuka pintu.
"Astaghfirullah, kamu gak apa apa kan, Nak?"
"Nak Randy menceritakan kejadian yang barusan kamu alami, sekarang dia lagi shalat!" ucap Ayah tanpa ada yang bertanya. Bu Mira menatap suaminya seolah meminta penjelasan, namun pak Hadi menggeleng. Ia juga terlihat terpukul.
"Bu, ambilkan Hana handuk dan baju ganti, biar Ayah siapkan air hangat!" kedua orang tua Hana sigap berbagi tugas, sang ibu menuntun Hana yang terlihat syok dengan kejadian yang baru ia alami.
"Kamu mandi aja dulu, biar segar. Segar badan segar pikiran!" Hana mengangguk. Bu Mira menunggui Hana yang sedang mandi di depan pintu. Sampai di dalam kamar, pak Hadi telah menyiapkan susu hangat untuk Hana, dan menyerahkan pada istrinya untuk dapat berikan pada Hana.
Wajah Hana terlihat pucat, dia duduk diatas ranjang dengan menopang dagu pada lutut.
"Ayo, diminum dulu, Han!!" ibu menyodorkan gelas ke mulut Hana. Hanya tiga kali tegukan, Hana mendorong tangan ibunya menjauhkan gelas.
"Habisin sayang, biar bertenaga lagi!" Bu Mira menyodorkan lagi gelas berisi susu.
"Udah, Bu! Hana capek, mau tidur sekarang!" Hana merebahkan tubuhnya dengan posisi meringkuk dengan kedua tangan disilangkan di dada, seperti orang yang kedinginan. Ibu yang paham segera mengambil minyak kayu putih, lalu mengoleskannya ke perut, punggung dan kaki Hana. Lalu menyelimutinya sampai leher.
"Ah, ya Alloh sampai lupa. Kamu udah makan, ibu ambilin makan ya!"
"Hana!!"
"Han!" namun Hana tak menjawab dan telah memejamkan mata.
"Baiklah, ibu tahu kamu belum tidur. Nanti kalau kamu lapar, ibu sisain nasi sama lauknya di meja makan ya! Tidurlah!" ibu beringsut dari ranjang, dengan langkah berat ibu meninggalkan kamar Hana.
"Loh, nak Randy mana Yah?" tanya Bu Mira sesampainya dia dibawah.
"Udah pulang dia!" Bu Mira duduk bersebelahan dengan suaminya di ruang tamu.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada Hana, Yah? Apa yang diceritakan nak Randy?" Bu Mira tak sabar ingin mendengar kejadian yang sebenarnya, yang membuat anaknya terlihat begitu terpukul.
"Hana...baru mengalami pelecehan, ia hampir saja...dibawa preman. Untung nak Randy datang diwaktu yang tepat!" Bu Mira menutup mulutnya, ia benar benar tak percaya, ia tadi berpikir Hana hanya bertengkar atau punya masalah dengan teman kerjanya.
Innalilahi wa innailaihi rojiun.
"Sepeda Hana juga masih ditempat kejadian. Gak jauh katanya, tapi memang agak jauh dari pemukiman, dekat sama pemakaman."
"Malam ini temani Hana tidur, Bu. Ayah khawatir sama dia!" ibu pun mengangguk.
"Ayah mau makan? biar ibu siapkan!" Ayah menghela napas.
" Ayah belum lapar, Bu! Mendengar kejadian yang menimpa anak kita, Ayah jadi shock, tiba tiba gak nafsu makan." Bu Mira mengangguk, ia merasakan hal yang sama.
"Pergi...pergi kalian! Jangan ganggu aku...!" teriak Hana dalam tidurnya dengan tubuh gemetar dan tangannya bergerak seolah menampik sesuatu. Bu Mira yang baru saja bisa tertidur disampingnya, membuka mata.
"Hana sayang, kamu kenapa nak? Kamu mimpi?"
"Pergiii! Pergi...Tolong! Ayah sama ibu menungguku. Lepaskan aku, aku mohonnn!" Hana masih saja meracau tak jelas dalam tidurnya.
"Ya Alloh, Hana! Kamu demam!" Bu Mira yang meraba tubuh Hana baru menyadari anaknya dem tinggi, dia bergegas turun dari ranjang, lalu pergi ke dapur untuk mengambil baskom, mengisinya dengan air dan meraih handuk kecil. Ia segera naik lagi ke kamar Hana!.
"Bu..!" panggil pak Hadi saat kaki Bu Mira melangkah di anak tangga paling bawah.
"Bawa apa tuh!" tanya pak Hadi heran dengan apa yang dibawa istrinya.
"Hana panas, Yah! Aku mau mengompresnya!" bergegas pak Hadi mengikuti sang istri yang melangkah lebih dulu naik.
Pak Hadi memeriksa dahi Hana, panas. Namun Hana menggigil kedinginan.
"Pergi kalian! Jangan sentuh aku, aku akan beri kamu uang tapi pergilah!" igau Hana lemah, air matanya menetes dari sudut mata.
"Nak, bangunlah! Ini Ayah, sayang!" Ayah mengguncang pelan tubuh Yg Hana, sedang sang ibu mengompres dahi dengan handuk kecil dan air yang ia bawa tadi. Perlahan mata Hana terbuka, bibirnya yang biasanya berwarna pink terlihat pucat.
"Ayah! Ibu! hikss...!" ia terisak dengan bibir bergetar. Ia memeluk pinggang Bu Mira erat.
"Tenang, Nak! Kamu akan sama Ayah, sama Ibu!" terdengar isak lirih Hana, Ayah dan ibu saling pandang, sudut mata ibu terlihat berair.
Hana teringat kejadian tadi sore, kejadian yang menjadi mimpi buruk baginya. Andai Randy tak datang tepat waktu, entahlah. Bahkan sekarang ia merasa menyesal, karena menolak ajakan Randy untuk mengantarnya pulang.
Pagi harinya, Hana mengenakan jaketnya dan bergelung lagi berbungkus selimut tebal. Ia merasa pusing dan tubuhnya terasa sangat dingin, dan perutnya terasa mual. Ia ingat, ia belum makan sejak siang.
"Hana, minum susunya ya sayang! Ibu tambahi jahe geprek dan madu tadi. Ayo, diminum selagi hangat!" Bu Mira menyodorkan susu yang baru dibuatnya untuk Hana.
"Nanti aja, Bu! Masih belum pengen minum!" tolaknya tanpa membuka selimut dan membelakangi sang ibu.
"Nak, ibu sama Ayah sudah tahu apa yang kamu alami kemarin dari nak Randy. Ibu tahu kamu pasti shock, tapi kamu harus kuat nak!"
"Untung saja, Ibu dan Ayah sangat bersyukur Alloh masih melindungi dirimu lewat nak Randy yang datang tepat waktu. Nanti, kalau kamu sudah mendingan terus ketemu Randy, berterima kasihlah dengan baik. Walaupun ibu dan Ayah sebenarnya juga sudah mengucap terima kasih sama Nak Randy." nasehat ibu panjang lebar.
Hana membalikkan badannya, dan melihat sang ibu tersenyum.
"Iya, Bu!"
"Terus, gimana dengan sepeda Hana Bu! Sepeda Hana tiba tiba gembos, itu sebabnya Hana berhenti dan menuntun sepedanya, dan.....hikks!" Hana tak sanggup meneruskan ceritanya.
"Sudah, sudah! Yang penting sekarang kamu selamat. Dan ini! diminum susunya!" Bu Mira membantu anaknya untuk bangun. Lalu menyodorkan segelas susu. Baru habis setengahnya, Hana mendorong pelan gelas itu.
"Kenapa gak dihabisin?" Hana menggeleng.
"Perut aku mual, Bu! Kepalaku juga pening!" Hana ambruk lagi dan mengangkat selimutnya yang melorot.
"Ya udah, istirahat saja. Kamu udah izin gak kerja?"
"Nanti, Bu!"
"Tadi malam, nak Randy ngajak temannya bawa motor kamu langsung ke bengkel, nanti katanya kalau sudah selesai ditambal dia antar sepedanya."
"Perasaan ibu mengatakan, nak Randy ada perasaan sama kamu! Kalau nggak, mana mungkin ia mau repot ngurusin sepeda kamu segala. Dia juga sering loh siang siang nganter makanan buat Ayah kamu ke kantornya di pabrik." Hana tak menjawab, ia telah memejamkan mata. Di saat itu terdengar suara sepeda motor yang masuk ke halaman rumah, dan terdengar tak asing lagi. Hana membuka mata dan saling pandang dengan ibunya.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Yeni Eka
aku pun setuju sama perasaan ibu , Han
2022-11-08
0
Ummi Alfa
Feeling Ibu nďak pernah salàh Han, kalau Randy emang menyimpan rasa sama kamu.
2022-06-09
0
Via🔥💰
kasihan hana masih kebayang2.. untunglah ada ibu yg menemani
2021-12-25
0