"Apa ini sudah bisa belanja?" tanya seseorang tiba tiba dari balik pintu. Karena heboh sendiri mereka tak tahu didepan ada orang.
"Sebenernya kurang lima menit lagi, mas! Nyuri start aja nih mas Randy. Tapi gak papa khusus buat mas Randy." celutuk Citra sambil membuka pintu lebih lebar lagi, senyum senyum geje. Ternyata sudah ada beberapa orang yang mengantri buat belanja.
Hana meneruskan lagi langkahnya ke meja kasir, menghidupkan komputernya dan membuka kunci laci drawernya. Pura pura sibuk dengan mouse ditangan kanannya dan menatap layar komputer. Tapi percayalah, ia tak fokus dengan layar dihadapannya.
Ia teringat ledekan teman temannya tadi sesaat setelah ia datang.
Kira kira kak Randy denger gak ya? Sepertinya ini adalah hari pertama dan terakhir aku diantar jemput olehnya. Aku gak mau jadi bahan ledekan.
Hana melirik Randy yang sedang di rak yang memajang Snack, mengambil beberapa dan memasukkan dalam keranjangnya.
"Ehemm, ngelamun aja!" ucapan yang sukses membuat Hana terkejut.
"Oh, eng_enggak Kak. Udah selesai belanjanya?" Hana segera men scan belanjaan Randy satu persatu.
"Ini semua dobel barangnya, terus ini jadiin dua!" Putri dengan sigap memasukkan barang barang yang sudah di scan di dua kantong. Dan Randy segera membayar belanjaannya.
"Han, nanti aku jemput kamu jam berapa?" sebelum Randy meninggalkan kasir tiba tiba ia bersuara, Hana tak langsung menjawabnya.
"Mmm, nggak usah kak! Aku nanti barengan sama Citra aja. Makasih udah antar aku tadi. Besok besok gak perlu lagi antar aku."
"Mm, Han. Citra barengan ma gue tadi, jadi dia gak bawa sepeda sendiri. Hana pulangnya jam 6, mas!" Putri menyerobot omongan yang seharusnya Hana yang bicara, hingga Hana menatap tajam kearah Putri dan mengerutkan bibirnya. Randy tertawa.
Randy pun segera pamit dan mengatakan nanti dia bakalan jemput Hana, dan menyerahkan satu kantong kresek snack buat dibagi dengan teman temannya.
"Ih baik banget kak Randy. Mau dong satu, cowok macam dia!" Putri masih saja cekikikan, melirik Hana.
"Ya udah, tuh ambil orangnya mumpung masih di depan tuh!" menunjuk dengan dagunya, terlihat dari kaca transparan Randy sedang mengenakan helm, lalu menunggangi motornya melesat menuju tempat kerjanya.
"Beneran nih boleh gue ambil, ntar nyesel lagi Lo Han!" Hana hanya manyun tak merespon ucapan Putri.
"Ha ha, canda Han! gue kan setia kawan. Gak akan lah gue nikung gebetan punya sohib sendiri."
Sore harinya, Hana sengaja mau pulang lebih awal, ingin menghindar dari Randy, jam setengah enam ia izin dengan atasannya untuk pulang setengah jam lebih awal. Hana berdiri dipojok toko sembari menunggu ojek online yang dipesannya. Dan mendekat saat ada tukang ojek yang berhenti di halaman parkir swalayan.
"Mbak Hana, ya?" sapa tukang ojek itu. Hana mengangguk, lalu memutar hendak naik ke jok motor. Namun terkejut saat tiba tiba sebuah tangan kokoh mencekal tangannya.
"Kak Randy. Kok ada disini?" tanya Hana dengan gugup. Apa kata dunia, Hana ketangkap basah sekarang.
"Aku kan udah bilang, tunggu aku! Kamu malah sengaja pulang awal ngehindar sih!" omel Randy, masih menggenggam erat Hana.
"Pak, maaf! Ojeknya gak jadi."
"Tapi mas!"
"Tapi, Kak!" ucap tukang ojek dan Hana bersamaan.
" Ini sebagai ganti rugi Bapak. Maaf ya, cewek saya memang lagi ngambek!" Randy menyerahkan uang kertas berwarna hijau pada tukang ojek.
Setelah tukang ojek pergi, Hana mendelik pada Randy, apa apaan nih cowok ngakuin ia sebagai cewek dia.
"Iya, maaf! Habisnya kamu bandel sih, suruh nungguin aku malah mau naik ojek, nanti ayah kamu bilang aku gak amanah lagi. Menjaga kepercayaan orang tua itu penting Hana, gak semudah ucapan saja. Sekali kita ingkar, mereka bakalan mikir dua kali buat percaya lagi!" Randy malah nyerocos sembari menarik tangan Hana menuju motornya yang ia parkir sembarangan, bahkan tanpa ia matikan mesinnya.
Hana menghempaskan tangannya saat mereka berdiri didekat motor Randy.
"Kak Randy kenapa si sok perhatian sama aku. Mulai besok kak Randy gak usah antar ataupun jemput aku. Urusan kita udah selesai. Aku udah sembuh!" ucapnya dengan ketus.
"Aku itu perempuan mandiri, gak perlu bantuan kak Randy!" Randy mendekat satu langkah dihadapan Hana, hanya berjarak satu langkah kaki. Tatapannya lurus pada netra gadis didepannya, Hana yang tadinya menatap tajam membuang pandangan ke sembarang arah.
****
Dengan kesal Hana duduk di jok belakang sepeda Randy, ia kalah argumen. Namun Randy belum juga melajukan motornya.
"Pegangan dong, ntar jatuh aku lagi disalahin!" ucap Randy sambil menoleh, Hana sudah jengah berada disitu karena Citra dan seorang teman lainnya sudah senyum senyum ga jelas dari balik kaca toko. Karena Hana tak juga merespon, tangan kiri Randy menangkap tangan Hana dan melingkarkan tangan itu di pinggangnya, hingga tubuh Hana menempel dibelakang punggung Randy, dengan tangan kanan memutar gas motor.
Alhasil Citra dan kawannya menjerit histeris dari dalam melihat pemandangan itu, membuat beberapa orang yang sedang memilih belanjaan menoleh pada mereka.
"Apaan sih, lepas! Atau aku turun disini!" ancam Hana pada Randy setengah berteriak sembari memukul punggung lebar itu.
"Sorry sorry, habisnya kamu bandel sih, gak mau pegangan!" Randy melepas tangan Hana. Motor melaju dijalan raya yang cukup ramai, tak ada percakapan selama dalam perjalanan hingga sepeda berbelok ke halaman rumah Hana.
Hana turun masih dengan bersungut ria, dan menyerahkan helm dengan gerakan agak kasar.
" Mulai besok gak usah jemput lagi, aku naik motor sendiri. Makasih hari ini udah diantar jemput!" tanpa menunggu jawaban Randy yang menatapnya sendu, Hana melangkah ke teras dan mengetuk pintu karena pintu di kunci dari dalam. Suara tarhim pertanda hari menjelang Maghrib bergema dari surau dekat rumah Hana.
Pak Hadi membukakan pintu untuk anaknya, melihat Ayah Hana Randy turun dari motor dan tersenyum menghampirinya.
"Assalamu'alaikum, Pak! Mau pergi ke mushalla?" tanya Randy basa basi. Sedang Hana langsung masuk tanpa menghiraukan kedua pria beda generasi yang berbicara di teras rumah.
Hari ini sungguh melelahkan buat Hana, seharian duduk di kursi kasir nyatanya membuat kakinya masih terasa agak linu. Ia langsung menyambar handuk, dan pergi ke kamar mandi yang letaknya dekat dapur.
"Ibu...!" sebelum melangkah ke kamar mandi, Hana menyempatkan diri menyapa Bu Mira dan memeluknya dari belakang wanita yang telah melahirkannya itu.
"Hmmm, harumnya masakan ibu, jadi laper nih!" ada capcay dengan irisan bakso kesukaan Hana.
"Tumben udah pulang Han! biasanya habis Maghrib!" ibu telah mematikan kompornya dan melongokkan kepala melihat jam dinding di ruang makan. Lebih cepat setengah jam dari kepulangan Hanna dari hari biasanya.
" Iya Bu!" jawaban pendek Hana.
"Gimana kakinya, gak masalah buat duduk seharian?" Bu Mira melihat kaki anak semata wayangnya itu.
"Agak linu dikit Bu, tapi gak papa, dibawa happy aja, dirumah seharian juga suntuk, disana bisa ketemu banyak orang, jadi lebih terhibur." Bu Mira mengucap hamdalah dan menyuruh Hana segera mandi, mengingat beberapa menit lagi adzan Maghrib hampir tiba.
Sehabis melaksanakan Maghrib, Hana segera keluar teringat masakan ibunya yang menggugah selera, ingin segera menyantapnya. Namun betapa terkejutnya dia, ternyata Randy datang bersama Ayahnya menuju meja makan. Pria itu mengenakan sarung yang sepertinya dipinjami oleh Ayah sembari tersenyum menang pada Hana.
\=\=\=\=\=
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
kasih dukungan full sampai sini dulu ya 😍 nanti pasti mampir lagi 😍
2022-11-16
0
Yeni Eka
wes Rendi calon mantu Pak Hadi ini mah
2022-11-03
0
Ummi Alfa
Randy...... bisa aja cari perhatian calon mertua.
2022-06-09
0