Bab 12

"Hai cantik? Sendirian aja. Kenapa motornya, mogok? Kehabisan bensin?" Hana menoleh. Dua orang lelaki berpakaian ala preman senyum senyum sembari menaik naikkan alisnya mengikutinya langkah Hana disamping dan dibelakang Hana.

"Kita dapat mangsa, Tom! hahaha!" seorang dari mereka berkata dengan tawa yang menyeramkan.

"Heh, mau apa kalian? Pergi! Aku gak butuh bantuan kalian!" hardik Hana pura pura berani, menggertak keduanya, tapi keduanya malah tertawa terbahak diantara suara adzan menggema dari kejauhan. Satu dari kedua lelaki itu dengan kurang ajar menahan sepeda Hana, sehingga Hana mau tak mau menghentikan langkahnya dan menjagrak sepedanya, karena tentu saja sepedanya tak bisa maju walau dua mendorongnya dengan kuat. Masih kalah kuat dengan tenaga lelaki yang terlihat menyeramkan dan bertato itu.

"Ahaha, gitu dong neng cantik. Kita suka cewek yang pemberani, lebih mantap!!" keduanya tertawa lagi.

"Kita tuh cuman pengen nolongin neng cantik, terus nyenengin neng cantik. Apa salah kita ya, Tom? Kok galak amat sama kita!" lelaki cungkring bertato yang dipanggil Tom tertawa menyeringai. Hujan kini bertambah lebat. Tentu saja di keadaan seperti ini suasana begitu mencekam bagi Hana. Ia melirik ke kiri dan ke kanan, berharap ada orang yang lewat.

"Yuk, ah neng cantik. Tinggalin aja motornya disini, ntar kita bantu dorong. Sekarang, ayo kita senang senang dulu!"

Ya Alloh, tolong aku! Ampuni aku atas segala dosa dosa yang pernah hamba perbuat! Kirimkanlah malaikat penyelamat untukku, ya Alloh. Jerit hati Hana.

Hana hanya pasrah sembari berdoa dengan kaki gemetar. Sambil berpikir bagaimana caranya agar ia bisa berlari dari tempat itu. Karena kedua lelaki itu ada disisi kiri dan kanannya.

"Neng cantik, ayolah jangan bandel! Disana itu ada gubuk asmara, yang bisa menghangatkan kita ditengah cuaca dingin ini. Neng cantik kan juga basah kena hujan. Yuk, aku gendong kesana, neng!" kedua lelaki itu semakin merangsek mendekati Hana.

"Pergi kalian! pergiii!" Hana menyabetkan Sling bag nya, namun malah ditangkap oleh lelaki kekar yang lebih pendek. Keduanya bertambah tertawa senang, menatap mangsanya ketakutan dibawah temaram cahaya lampu.

"Pergi kaliannn! Ayaah! Ibuuuu!" kedua lelaki berhasil menangkap kedua tangan Hana. Lalu menyeretnya mengikuti mereka. Disaat itu terdengar suara sepeda meraung dari kejauhan.

Ya Alloh, kirimkan malaikat penolong hamba yang hina ini! batin Hana sambil meronta-ronta dan berteriak ingin dilepaskan.

"Tolong, tolong lepaskan saya. Saya akan kasih uang kalian, tapi tolong lepaskan saya, jangan paksa saya!" jerit Hana hampir kehabisan tenaga untuk meronta. Kedua orang itu berhasil menyeret Hana menjauh beberapa meter dari sepedanya di pinggir jalan, dengan sekuat tenaga yang tersisa, Hana berusaha agar tetap dijalan, agar ia bisa meminta tolong pada pemilik sepeda yang suaranya terdengar semakin mendekat, karena kedua orang itu menyeret masuk ke balik sebuah tembok. Ada sebuah kesempatan ia menginjak dengan keras kaki salah satu diantaranya, hingga lelaki itu mengaduh keras dan melepaskan tangannya.

"Aaaaduuuh!"

"Kurang ajar, berani juga kau neng cantik!" hardik lelaki satunya menarik tangan Hana lebih keras lagi, dengan cepat tangan Hana yang terbebas membuka helm dan memukulkannya tepat dibagian bawah perut. Ia berteriak kesakitan.

"Ku rang a jar!" Hana sudah hendak berlari, tapi tangan lelaki yang ia injak kakinya berhasil menangkapnya. Dan mengenai kerudungnya. Disaat itu sebuah motor yang suaranya meraung tadi memperlambat kecepatannya dan berhenti. Penunggang sepeda motor tetap duduk diatas jok motor dan nggleyer nggleyer gas motor hingga suaranya meraung raung menimbulkan kebisingan di petang itu.

"Hei lepaskan dia!" teriak pesepeda motor. Fokus kedua orang tertuju pada pengendara sepeda, hingga dengan leluasa Hana memukulkan helmnya tepat di pangkal paha hingga lelaki itu juga berteriak kesakitan dan melepaskan cekalan tangannya.

Hana berlari kearah pesepeda motor itu dan dengan menangis ia berkata.

"Tolong selamatkan saya! Saya..."

"Cepat, naiklah!" seru lelaki itu yang dari cahaya temaram Hana kenali sebagai Randy. Dengan gerak cepat Hana naik ke atas jok sepeda.

"Hei, jangan ikut campur urusan kami!"

"Jangan lari, kurang ajar!" kedua lelaki berusaha mengejar, namun Randy segera melesatkan sepedanya meninggalkan kedua lelaki yang masih memegang pangkal pahanya dengan meringis.

"Aaah, hampir saja dapat mangsa. Sial!" kedua lelaki menatap sepeda motor yang semakin menjauh dibawah guyuran hujan lebat.

Sementara itu Hana mengusap air matanya yang bercampur dengan air hujan. Randy yang memboncengnya pun terdiam dengan pikiran masing masing.

"Untung aku datang diwaktu yang tepat, Han! Tadi aku merasa tak enak hati, entah kenapa aku ingin sekali ke rumah kamu!" motor telah memasuki halaman rumah Hana. Dengan tergesa Hana turun dan langsung masuk ke rumah yang telah dibukakan oleh ibunya yang masih memakai mukena.

"Loh, Han! kok basah kuyup begitu!" heran Bu Mira, namun Hana tak menjawabnya dan langsung naik ke kamarnya. Bu Mira ganti memperhatikan Randy yang masih membuka helm dan jas hujan yang melekat di tubuhnya.

"Malam Bu! Assalamu'alaikum!"

"Waalaikum salam. Loh, sepedanya Hana mana?" Bu Mira yang terheran heran karena Hana pulang dengan badan basah kuyup, ditambah lagi dengan sepeda Hana yang tidak terparkir ditempatnya.

"Hana bareng saya, Bu. Pak Hadi ada?"

"Bapak ada di mushala, biasa! Ayo nak Randy masuk dan duduk dulu. Ibu bikinin minum dulu, tapi nengok Hana sebentar." Bu Mira bergeser minggir dari tengah pintu untuk memberi ruang Randy untuk masuk.

" Maaf, Bu! Sepertinya Hana butuh ibu sekarang, sesuatu telah terjadi pada Hana. Bu Mira temuin saja dia dulu. Biar saya disini nunggu Bapak pulang dari mushala!" Bu Mira tersentak. Terlihat ia ingin sekali bertanya apa yang telah terjadi, tapi ia menuruti Randy untuk menemui anak semata wayangnya.

Tok tok tok.

"Hana! ini ibu, Nak. Bukain pintu!" tak ada sahutan dari dalam. Bu Mira lalu menekan handle pintu, tidak terkunci. Bu Mira terkejut melihat Hana yang terduduk disisi ranjang dengan wajah menelungkup, bahkan ia belum mengganti pakaiannya yang basah.

"Ya Alloh. Hana sayang, kamu kenapa Nak!"

Hana mendongak dengan penuh linangan air mata. Mata Bu Mira terlihat berkaca-kaca melihat anaknya begitu kacau.

"Ibuuuuu! Hikks..." Bu Mira melepas Mukenanya, lalu menghampiri anaknya dengan berjongkok, menyejajarkan diri dengan Hana yang terduduk di lantai dengan wajah sembab.

"Ayo, Nak! bangun! Ibu hangatkan airnya, terus mandi" Bu Mira hendak berdiri untuk keluar, namun dicegah Hana dengan memeluknya erat. Tangisnya pilu menyayat hati.

"Apa yang terjadi sama kamu, nak!" Bu Mira memeluk anaknya dan tak memperdulikan dirinya yang ikut basah. Hatinya merasa teriris, adakah sesuatu yang terjadi pada anak satu satunya itu?

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Alhamdulillah.... Randy datang tepat waktu untung Hana belum diapa2in sama tuh preman.

2022-06-09

0

Via🔥💰

Via🔥💰

untunglah ada randy

2021-12-25

0

erni yosefina

erni yosefina

vote ku untukmu Thor. up lagi dunk

2021-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!