Bab 7

Menjelang isya, setelah makan malam dan mengobrol dengan ayah Hana, Randy pamit untuk pulang, namun masih dicegah oleh Pak Hadi, Ayah Hana mengajak Randy ke mushala lagi untuk shalat isya. Hana yang mendengar dari balik dinding bahwa ayahnya mencegah Randy pulang ngedumel dalam hati.

Ish, ayah nih apa apaan coba nyegah cowo rese itu pergi. Bisa bisa ge er dia.

"Kenapa sih, Han! sejak tadi muka kamu gak enak banget diliatnya. Lagi bete sama siapa?" tanya sang ibu yang duduk disisinya.

"Ah, nggak kok Bu, ini cuman mungkin kaget aja, udah dua Minggu gak kerja badan kok ya rasanya sakit semua ya Bu! Mana kaki masih senut senut juga!" kilah Hana sembari memijit pelan kakinya agar sang ibu percaya.

"Kalau memang belum sehat betul, lanjutin aja cutinya, Han! Kamu harus lebih mentingin kesehatan, daripada maksa kerja, terus kaki kamu sakit. Pilih mana coba!"

"Mmm, mungkin besok Hana mau minta izin kerja setengah hari aja Bu, sebelum kaki ini bener bener sembuh. Kan lumayan bisa buat beliin jajan sama pulsa, sama keperluan Hana lainnya." kekeh Hana yang membuat sang ibu geleng kepala.

"Kamu itu ya kalau sudah ada maunya! buat uang jajan sama pulsa, ibu masih bisa ngasih buat kamu kok Han! Jangan dipaksain kerja ibu bilang. Butuh uang berapa coba, tapi ibu minta kamu cuti aja dulu, sampai bener bener sembuh. Jangan sampai dikata ibu sama ayah dzalim sama kamu, karena kamu itu masih tanggung jawab ayah sama ibu!" ibu terdengar agak sewot, karena anaknya tak mengindahkan kata katanya.

"Udahlah, Bu! Hana juga butuh hiburan. Butuh menghirup udara di luar rumah. Ibu jangan gitu ah, Hana kan nggak keluyuran. Hana tuh kerja, Buuu!" akhirnya sang ibu mengalah, percuma juga berdebat dengan anaknya yang keras kepala itu.

Tak terdengar lagi suara para pria, rupanya mereka telah berangkat menuju masjid.

Adzan subuh berkumandang, namun mata Hana masih terpejam sempurna. Semalam ia tidur larut, karena sang ayah maupun ibu mendesaknya untuk segera mencari pasangan. Pilihannya ada dua, mencari sendiri, atau Ayah dan ibu yang mencarikan jodoh untuknya. Ayah dan ibu ingin segera menimang cucu, itu alasan mereka.

Hingga tak terasa kesadaran Hana melayang lagi, hampir satu jam setelah adzan subuh ia masih asyik terbuai di alam mimpi.

Sayup sayup Hana mendengar orang mengetuk pintu, tapi ia terlalu mengantuk dan sulit untuk membuka matanya. Hingga setelah itu....

"Aaaaaaa.... hantuuuu....ibuuu... aku takuuut" Hana langsung menutupi wajahnya dengan bantal, dengan deru napas ngos ngosan dan jantung yang bertalu kencang.

"Eh.. eh... hei Han... Hana... Hanaaaa... iki ibu Han.... enak wae ibuk diarani hantu... " sungut ibunya Hana sambil mengguncang bahu sang anak yang masih bermuka bantal.

Terdengar nafas Hana terengah-engah, entah karena takut dan terkejut. Ia mengintip sedikit, ternyata sang ibu memakai mukena putihnya.

"Ibuuuu.. ngagetin Hana aja.... jantung Hana mau copot nih. huuuh.. " Hana membuka bantal dan memegang dadanya yang terasa bergetar.

"Iyo iyo.. ibu njaluk sepuro ngagetne Hana... iki wis mletek serngenge kae lo nduk kowe kok malah turu ki pye durung subuhan, ayo tangi tangi"

" (Iya iya ibu minta maaf mengagetkan Hana. Ini sudah muncul matahari itu loh nak kamu kok malah tidur gimana sih. Ayo bangun, subuhan dulu!")

"Iya bu.. Hana ketiduran, habisnya ngantuk banget, capek juga Bu.... " Hana menggeliatkan badannya dan menguap.

"Lagian, Hana lagi datang bulan Bu, tadi malem baru mulainya."

"Yah, Bu! Hana mau nyetir sendiri. Gak apa apa kan?" sang ayah yang sudah standby di samping motornya menoleh pada Hana.

"Beneran nih, udah gak apa apa nyetir sendiri? jangan dipaksain ibu udah bilang!" Hana memeluk ibunya, lalu mencium pipinya.

"Makasih ya, Bu! udah ngejagain Hana, khawatirkan Hana. Hana tahu itu bentuk sayang ibu buat Hana, tapi bener Bu! Hana udah sembuh, bisa naik motor sendiri!" sekali lagi mencium ibunya.

"Hmmm, Ayah gak dicium nih, Ayah kan juga turut andil membesarkan kamu, ngejagain kamu!" rupanya sang Ayah merasa keki Hana memeluk dan menciumi ibunya. Kini gantian Hana mendekati sang ayah dan memeluknya serta mencium pipinya.

"Ya udah, Ayah berangkat duluan! Makasih sayang moodboosternya. Ayah keburu telat nih, Assalamu'alaikum!"

Hana mencium punggung tangan Ayahnya mengikuti sang ibu.

"Waalaikum salam.Hati hati Yah!" pak Hadi mengangguk.

"Kamu juga hati hati."

Hana telah mengeluarkan sepedanya. Dan saat menstarter motornya tak mau nyala.

Waduh, apa ini karena kelamaan gak dipake ya, gak pernah dipanasin lagi! Mana Ayah udah berangkat duluan.

Hana mendecak. Ia lalu mengeslahnya, menyalakan motor secara manual. Namun karena tidak terbiasa ia pun tak bisa, apalagi dengan kakinya yang masih sakit.

"Ya ampun! Aaah!"

Astaghfirullahal adzim. Hana menghela nafas, lalu membuangnya lewat mulut untuk mengurangi rasa kesal.

Lebih baik pesen ojek online ajalah. Eh, minta jemput putri aja....

Hana menjentikkan jari mendapat ide brilian.

Sambungan telpon tersambung, namun tak juga putri mengangkatnya.

"Apa dia udah berangkat ya? ckkk!" ucap Hana bermonolog.

Citra.

Telpon tersambung.

"Iya, halo Han, ada apa? gue mau berangkat nih!"

"Eh, Cit! Tolongin gue dong. Sepeda gue macet, Bokap keburu berangkat duluan. Samperin gue ya, gue nebeng Lo?" tak ada jawaban per sekian detik.

"Tapi, Han. Gue ...!"

"Alah, gak usah banyak Cang cingcong. Jemput gue sekarang, atau Lo gue end!" ancam Hana langsung memutus telpon. Ia tak tahu yang disana menahan kesal setengah mati.

"Ada apa Han? Kok belum berangkat, sepedanya rewel?" Hana menoleh ke teras, Bu Mira yang belum mendengar deru motor anaknya keluar halaman menengok lagi ke depan.

"Iya, Bu. Efek kelamaan gak dipake kayaknya ini. Ayah juga gak mau manasin sih!" sang ayah pun jadi sasaran kekesalan Hana. Sungguh pagi yang buruk. Membuat Hana langsung merasa badmood.

"Terus gimana, kamu pesen ojek online atau...!"

Thin thin...

Sebuah sepeda motor sport berhenti, dan pengendaranya tak lain dan tak bukan, adalah orang yang menambah moodnya tambah buruk di pagi itu.

"Pagi Bu! Hana." sapa Randy tersenyum pada keduanya.

"Pagi, nak Randy. Mau berangkat kerja ya?" Bu Mira berbasa-basi dengan Randy. Randy mengangguk sopan mengiyakan.

" Yuk berangkat bareng, Han!" sebuah tawaran yang menguntungkan sebenarnya. Tapi ia langsung teringat kata katanya kemarin, ia mengatakan kalau ia perempuan mandiri dan gak perlu bantuan Randy, maka ia pun menggeleng.

"Maaf, aku udah janjian sama Citra. Kak Randy duluan aja deh!" belum juga Randy menjawab, Citra datang dengan sepedanya. Dan, eng ing eng...

Ternyata Citra berboncengan dengan Putri.

"Maaf, Hana. Aku boncengan sama Putri, sepeda Putri masuk bengkel!" Hana menatap kedua temannya itu.

Ini pasti akal akalan kalian doang. Gue udah yakin. Seyakin yakinnya.

"Nah, itu mereka boncengan. Apa kalian mau boncengan bertiga?" Randy tersenyum dikulum menatap Hana yang terlihat bermuka kesal.

Senyum merekah di bibir Randy, tatkala Bu Mira membelanya, dan Hana akhirnya mau berboncengan dengannya.

Entah mengapa sebabnya, hari ini Hana merasa ia terkena apes melulu sedari pagi. Apa ada ritual buang sial? wkwkwk

Terpopuler

Comments

Yeni Eka

Yeni Eka

Hana Hana ibunya malah dikira Hantu. ini pasti kamu lagi ga konsen karena mikirin ayang Beb terus

2022-11-06

0

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Kamu sih anggapnya kesialan coba kalau kamu anggapnya swbuah keberuntungan pasti happy.

2022-06-09

0

Rosni Lim

Rosni Lim

Lanjuf

2021-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!