"Heii, kenapa kau lakukan itu?"tanya Hana saat ibu sudah tak terlihat. Ia begitu kesal bercampur malu pada ibunya.
Setelah ini ia pasti akan diberondong pertanyaan oleh sang ibu.
Ibu pasti gak akan percaya begitu saja jika ia dan Randy tak saling mengenal sebelumnya, setelah kejadian tadi.
"Aku melakukan apa?" ucapnya tenang.
"Kenapa kamu ngeyel makan sisa nasi aku. Ibu pasti berpikir macam macam tadi karena hal itu!"
"Memang apa, salahnya dimana? Kamu gak punya penyakit menular kan?"
"Aku udah terbiasa makan sisa adik adikku."
Tapi kan aku bukan adik kamu!
"Dan aku juga menyayangkan gadis secantik kamu suka buang buang makanan. Padahal di luaran sana banyak orang yang sulit walau cuman buat nyari sesuap nasi. Dan kamu dengan seenaknya buang makanan."
"Di belakang ada ayam, ada bebek juga. Kami biasa memberikan sisa nasi sama hewan itu. Toh nanti kalau ayam sama bebeknya besar bisa disembelih buat dijadikan lauk makan. Kamu jangan sok bijak, cari muka? Buat apa?" sewot Hana yang kala itu langsung menutup mulut karena ibu datang dari arah dapur.
"Waah, ternyata ibu pelihara ayam sama bebek ya? Ibu bener bener kreatif, bisa memanfaatkan sisa nasi biar tak terbuang. Maaf tadi kalau saya lancang makan nasinya Hana. Saya pikir itu mau dibuang ke got. Saya tak terbiasa buang buang makanan, Bu." ibu tersenyum, lalu duduk lagi dimeja makan setelah membereskan semuanya.
"Lagi pula masakannya ibu enak banget. Sayang kalau cuma berakhir di makan ayam."
"Nak Randy bisa aja mujinya. Saya tadi masih belajar kok, baru liat resep di YouTube juga."
"Ibunya nak Randy pasti juga jago masak!" senyum cerah Randy berubah sendu. Ibu pun langsung meminta maaf, tak tahu salah apa pada kata katanya.
"Saya tak pernah tahu seperti apa ibu kandung saya, apalagi makan masakannya!" jawab Randy sembari memasang raut muka sedih. Ibu Mira dan Hana saling pandang.
"Oh, maaf nak Randy kami tak tahu..." suara ibu tercekat di tenggorokan. Randy melanjutkan bicaranya.
"Sejak bayi saya tinggal di panti asuhan. Tanpa tahu siapa Ayah dan ibu saya. Dan karena saya sudah dewasa dan punya penghasilan sendiri, saya keluar dari panti dan mencari kontrakan. Ingin hidup mandiri. Dan Alhamdulillah, saya bisa seperti sekarang ini!" tanpa diminta Randy bercerita, Hana mendengarnya diam seribu bahasa. Sedang ibu, air mukanya berubah sendu, tak menyangka ada anak semalang Randy.
Tadi bilangnya disuruh ibunya belanja, sekarang bilang gak punya ibu, yang benar yang mana? Dasar modus doang tuh pastinya.
Awas ya, suatu hari aku akan bongkar kebohongan kamu! Hana.
"Sekali lagi ibu minta maaf! tak sengaja menyinggung nak Randy!" Randy mengangguk dan berdiri.
"Gak apa Bu! Saya biasa aja kok!"
"Saya sudah kenyang nih, Bu! Saya pamit dulu. Lusa saya kesini lagi buat nganterin Hana kontrol. Terimakasih makan siangnya! Assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam." Randy menyalami Bu Mira sebelum pergi dan hanya melirik Hana sebentar sebelum melangkah. Hingga tatapan mereka bersirobok.
****
"Shhhh, awww. Sakit!" Keluh Hana yang berjalan menuju kamarnya.
"Hati hati Han!"
"Ibu sangsi kalau kamu gak ada apa apa sama pemuda itu, buktinya dia mau makanan yang udah kamu makan." komentar ibu setelah Hana berbaring dikamarnya. Hana memutar bola matanya, apa yang dipikirkannya tadi menjadi kenyataan saat ini.
"Ya Alloh, Bu! Gak percaya amat sama anak sendiri. Kapan aku bohong sama ibu!"
"Hana sumpah, liat cowok itu juga baru tadi. Gak pernah bertemu sebelumnya."
"Hana tadi juga sempat protes sama dia, terus dia bilang apa coba? Dia bilang dia udah terbiasa makan sisa adik-adiknya yang gak habis makannya." sungut Hana.
"Masya Alloh, ada pemuda seperti itu di zaman ini, langka loh Han!"
" Langka! Hewan purbakala, kali!" seloroh Hana.
"Ish, kamu ini!"
***
Selama dua hari, yang bisa dilakukan Hana adalah tidur, main game di ponselnya, makan dan tidur.
Pagi itu, ayahnya sudah memanaskan sepeda, hendak mengantar kontrol Hana ke klinik. Beliau bahkan izin sama atasannya untuk dengan alasan ada kepentingan yang tak bisa ditinggalkan.
"Sudah siap, Han?" tanya ayah agak keras dari teras, sementara Hana duduk di sofa ruang tamu.
"Udah, Yah!" Hana mencangklong tasnya. Saat ia dituntun ibunya keluar rumah, ada sebuah sepeda motor masuk dari gerbang rumah.
Randy datang tidak mengendarai motornya yang kemarin. Tapi memakai sepeda matic yang ramah suaranya.
"Assalamu'alaikum, Pak!" Randy menyalami Pak Hadi, ayah Hana.
"Waalaikum salam. Apa ini yang namanya Randy?" tanya Pak Hadi sembari menunjuk dengan jari.
"Iya, Pak. Saya Randy, saya mau ngantar Hana kontrol, Pak!" Pak Hadi menatap anaknya, yang menggelengkan kepala pelan. Dengan isyarat mata Hana berkata pada ayahnya ia ingin diantar ayah saja.
"Silakan duduk dulu nak Randy!" sapa ibu Mira sembari tersenyum.
"Harusnya sih, nak Randy gak usah repot repot. Kan kecelakaannya bukan murni kesalahan nak Randy, lagian kemarin udah bayarin sama nganter Hana pulang juga, kan?" kedua pria itu duduk. Hana ikut duduk di samping Ayahnya karena tak kuat terlalu lama berdiri. Di teras rumah Hana ada empat buah kursi dengan meja kecil bundar ditengahnya. Jadi pas untuk duduk mereka berempat.
"Tapi saya sudah janji sama Hana, Pak. Bukannya janji harus ditunaikan ya?" pak Hadi manggut manggut, merasa sedikit kagum pada pemuda dihadapannya. Apalagi kemarin beliau juga mendapatkan cerita yang dinilainya positif dari sang istri.
"Iya, betul itu nak Randy. Tapi saya juga standby nih, malahan tadi izin gak ngantor. Padahal lagi banyak kerjaan saya. Mungkin nanti sehabis ngantar Hana, bapak kepaksa ngantor juga!" ujar pak Hadi mengabaikan penolakan Hana, dan Randy pun langsung tanggap.
"Ya sudah pak, kalau begitu bapak berangkat ke kantor saja sekarang, mumpung belum terlalu siang, belum telat. Urusan Hana, serahkan pada saya. Insyaallah, saya amanah pak orangnya! Saya bakalan antar Hana sampai pulang dengan selamat." ucap tegas Randy menawarkan diri. Pak Hadi berbinar matanya, ia menoleh pada sang istri.
"Beneran ini nak Randy? Bu, biar Hana sama nak Randy ini ya! Ayah gak jadi izin kerja!" Pak Hadi meminta pertimbangan sang istri.
"Asal gak merepotkan nak Randy aja. Ibu gak apa apa! Tapi, apa nak Randy gak kerja hari ini?" tatapan menyelidik Bu Mira pada Randy.
"Tenang, Bu! saya kerjaannya gak kayak orang kantoran. Saya kerja di kafe, biasanya saya berangkat jam sepuluhan, Bu!"
"Oh, kalau gitu kebetulan. Ya udah, Ayah sana ganti baju terus berangkat kerja, masih ada waktu buat bersiap pergi!"
Pak Hadi meminta izin pada Randy untuk ke dalam berganti pakaian kerja, sedang Bu Mira mengikuti suaminya, hendak menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh sang suami. Randy tersenyum melihat kekompakan dan keharmonisan keluarga kecil Hana.
"Kemarin kamu bo'ong kan tentang Ibu kamu? Ngaku deh sama aku!" setelah beberapa saat diam Hana membuka suara. Mereka kini dalam perjalanan menuju klinik.
"Bo'ong tentang apa? Sama siapa?"
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
kasihan Randy
2022-11-16
0
Yeni Eka
Jgn suudzon Hana, mungkin memang benar loh Rendi enggak punya ibu
2022-11-03
0