"Bu, ibu ini ngomong apa?" jengah Hana mendengar perkataan ibunya saat suasana seperti ini. Bukanlah waktu yang tepat. Di saat itu terdengar suara sepeda motor yang masuk ke halaman rumah, dan terdengar tak asing lagi bagi mereka. Hana membuka mata dan saling pandang dengan ibunya.
"Eh, itu dia yang diomongin datang. Panjang umur ya, Nak Randy!"
"Kenapa sepagi ini dia datang, Bu?" Bu Mira mengedikkan bahu. Pertanda ia sendiri tak tahu.
"Mana Ibu tahu, Han! Mungkin mau pergi kemana, terus kebetulan lewat jadi mampir!" Bu Mira memikirkan sebab Randy datang sepagi ini.
"Nanti temui dia dan bilang terimakasih, ya?!" bujuk Bu Mira yang langsung mendapat gelengan kepala Hana.
"Gak ah, Bu! Lain kali aja, Hana masih lemes pengen tidur sekarang." Hana menarik selimut lagi dengan posisi meringkuk. Ibu pun mengalah.
"Ya udah, tidur aja dulu." setelah ibunya menutup pintu, Hana membuka mata. Perlahan ia turun dari ranjang, membuka pintu dan bersembunyi mencuri dengar pembicaraan Randy dengan ibunya di luar kamar.
"Hana Alhamdulillah, baik. Cuman semalam dia demam, dan baru aja ibu dari kamarnya, katanya mual sama pusing. Jadi ibu suruh dia buat izin kerja dan sekarang lagi istirahat."
" Makasih nak Randy, udah khawatirkan Hana. Padahal, nak Randy bukan siapa siapanya Hana, tak ada ikatan darah, tapi sudah seperti keluarga di rumah ini." puji Bu Mira.
"Hana itu anak tunggal. Dulu, Ayahnya Hana kepingin banget Hana itu punya adik. Ayah tuh kepingin banget punya anak laki laki, tapi gak keturutan. Alloh tak memberi kita rezeki anak lagi." cerocos Bu Mira, Hana yang mendengarnya dari kejauhan menggerutu, Randy tersenyum mendengar ocehan ibunya Hana sembari mengetuk jari telunjuknya di paha.
"Iya, Bu. Gak tahu kenapa saya juga nyaman dirumah ini, Bu Mira dan pak Hadi sangat baik sama saya. Serasa saya punya orang tua, hal yang tak pernah saya dapatkan selama ini. Ibu panti juga baik pada anak anak asuhnya. Hubungan kita disana juga seperti antara anak dan ibu."
"Bunda Hilma, dan semua pengasuh di panti sudah seperti saudara. Terutama bunda Hilma, ia telah menjadi janda karena suami dan mertuanya menginginkan anak. Sedang bunda Hilma telah diangkat rahimnya karena penyakit kanker, hingga bunda Hilma bersedia dimadu, tapi tak bertahan lama. Setelah istri keduanya hamil dan punya anak, Bunda Hilma dilupakan, dan memilih bercerai daripada sakit hati, dan tak mau menikah lagi sampai sekarang."
"Beliau juga yang menemukan saya masih bayi dalam sebuah kardus, yang sepertinya memang sengaja dibuang didepan rumah Bunda Hilma. Hingga saya dibesarkan disana sampai jadi seperti ini!" Bu Mira menyimak ungkapan Randy dengan perasaan tak karuan. Ia menepuk dadanya, merasa prihatin. Bagaimana bisa seorang ibu tega membuang bayinya, padahal diluar sana banyak pasangan suami istri yang menempuh berbagai cara untuk bisa mempunyai keturunan. Sungguh ironi.
"Eh, maaf Bu! Saya jadi nyerocos nih! Hehehe...!" ucap Randy merasa tak enak hati. Bu Mira tersenyum.
"Gak apa apa, jadi ketularan cerewet kayak ibu nih, nak Randy." keduanya tertawa.
"Suatu hari nanti, ibu pengen ketemu dan kenalan sama bunda Hilma, wanita mandiri dan hebat menurut ibu" harap Bu Mira.
"Iya, Bunda Hilma memang wanita hebat, sekuat tenaga yang ia mampu untuk membesarkan kami, mencukupi kami dengan kasih sayang dan cinta. Walaupun kami tak ada hubungan darah dengan beliau. Dan tak mengharap balasan duniawi. Bunda hanya nitip pesan setiap saat pada anak anaknya dari kecil hingga dewasa, tak jemu mengingatkan untuk selalu mendoakan beliau. Apalagi jika beliau nanti telah tiada nantinya." urai Randy panjang lebar yang membuat Bu Mira terharu mendengarnya.
"Sungguh mulia bunda Hilma!" Randy mengangguk menyetujui.
"Oh iya, ya Alloh. Ibu sampai lupa gak ngasih minum, dianggurin dari tadi. Ibu buatkan minum dulu ya, tunggu sebentar." Bu Mira beranjak dari duduknya.
"Sebentar Bu! Tadi kata Bu Mira Hana sakit ya?" Bu Mira yang sudah berdiri menoleh dan menghentikan langkah lalu mengangguk.
"Iya, mual sama pusing katanya. Tadi malem dia langsung tidur tanpa makan dulu. Kenapa?" mendapat pertanyaan seperti itu, Randy menggaruk rambutnya.
"Bu, apa gak sebaiknya Hana dibawa berobat? Saya siap ngantar, kalau Hana mau ke klinik. Biar sakitnya cepat reda!" Randy berbicara sambil berdiri.
"Iya, nak Randy. Sebetulnya tadi Ayah sama ibu sudah bujuk dia berobat, tapi Hana gak mau. Dia cuman butuh istirahat katanya...!"
"Hatcihh!" saat itu terdengar suara orang bersin dari atas.
"Tuh kan, Bu! Sepertinya ini efek dari kehujanan tadi malam. Lebih baik ibu bujuk Hana lagi, biar mau berobat!" mereka berdua menoleh keatas. Walau tak kelihatan siapa tadi yang bersin.
"Ya udah, nanti ibu bujuk lagi Hana. Ibu ke belakang dulu kalau begitu." Bu Mira segera berlalu. Sesaat kemudian, Randy duduk lagi mengeluarkan hape dari saku jaketnya, dan mengetikkan pesan. Ia tersenyum samar.
Ting Ting...
Ponsel Hana berbunyi.
"Kalau kangen sama aku, turun aja ga usah malu. Daripada ngintip sambil ngumpet dari atas!"
\=\=\=\=\=\=
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Hadeuh....... malunya mau di taruh di mana nih muka ketauan juga akhirnya.
2022-06-09
0
Via🔥💰
wkwkwk bisa aja randy.. ga ush ngintip ya ran lansung turun aja
2021-12-25
0