Dua hari kemudian adalah hari Senin.
Pukul delapan pagi.
Bu Mira menyiangi tanaman bunganya sambil berjemur, titik titik keringat terlihat di dahinya yang sedikit keriput. Hana memperhatikan apa yang dilakukan ibunya sembari duduk di kursi plastik membelakangi sinar mentari.
"Bu, kapan kaki ini sembuh. Jemu nih dirumah gak ngapa ngapain!" keluh Hana membuat sang ibu menghentikan aktifitasnya.
"Han, kok kamu sakit berapa hari aja udah ngeluh sih? Harusnya kamu bersyukur, cuman lecet dikit. Bentar lagi juga sembuh. Coba kalo sampe patah tulang, gegar otak atau yang lainnya. Amit amit, jangan sampe deh!"
"Sabar ya, Nak! kalau kamu bosen, kamu kan bisa nonton tivi, main hape. Atau, mau dipanggilin Citra apa Putri?"
"Mereka kan kerja Bu!" ibu mengelus bahu Hana.
Hana mengerucutkan bibirnya, sinar mentari yang mengenai punggungnya juga sudah terasa hangat. Ibu sudah kembali pada aktifitasnya.
"Bu, aku masuk dulu, ya! Panas nih." ibu mengangguk. Hana berdiri sembari menggunakan kursi plastik sebagai tumpuan untuk berjalan. Disaat itu ada sebuah sepeda motor masuk melalui gerbang yang setengah terbuka.
Itu kan Randy, ngapain dia kesini?
tatapan heran Hana tertuju pada pengendara sepeda motor.
"Assalamu'alaikum, Hana!" Hana tergagap menjawab salam pria yang kini berdiri dihadapannya, menenteng kresek berwarna putih sembari menatap kaki Hana yang luka.
"Eh, nak Randy pagi pagi udah datang!" Randy yang tak menyadari adanya Bu Mira ditempat itu menoleh dan tersenyum.
"Iya, Bu! mampir sebentar sebelum berangkat kerja."
"Sambil nengok keadaan Hana!"
Keduanya kini duduk di teras berdua. Bi Mira ke belakang setelah menyuguhkan teh dan martabak yang tadi dibawakan Randy.
"Obat kamu harusnya dah habis, kan Hana?"
"Gimana apa masih sakit?"
"Ini, kak! Yang udah kering itu rasanya gatel, terus yang ini kan lukanya agak dalam, jadi masih proses menutup." Hana menunjuk bagian kaki yang masih di perban.
"Ya udah, aku anter ke klinik lagi ya! Biar cepat kering lukanya." Hana langsung menggeleng.
"Nggak usah Kak! Nanti juga sembuh sendiri!" tolak Hana merasa tak enak hati. Ia tersenyum canggung pada pria yang menatapnya lekat, merasa grogi.
"Ish, Kak Randy jangan ngeliatin aku kayak gitu. Entar jatuh cinta lagi sama aku!" canda Hana mengibas tangan mengusir rasa canggung membuat Randy tertawa lepas tanpa suara.
"Biarin lah, jatuh cinta sama cewe secantik kamu juga. Ya itu sih kalau belum ada yang punya, gak ada yang marah?" tanya Randy mengimbangi candaan Hana yang memanyunkan bibirnya.
"Ya, tentu aja ada yang marah. Kak Randy jangan suka godain aku lah, ntar kalau ketahuan ceweknya kak Randy marah lagi. Aku juga bakalan kena imbasnya!"
"Di minum itu tehnya, keburu dingin tuh. Jangan ngegombal terus!" Hana menatap keluar pagar, disaat itu melintas Bu Daniel, tetangga Hana yang super kepo terlihat karena gerbang setengah terbuka. Bu Daniel mesam mesem melihat Hana duduk berdua dengan lelaki.
Wes angel ki angel, angel!
"Kalau aku sih gak bakalan ada yang marah. Predikat jomlo masih melekat nih, disini ada tulisan, belum ada yang punya!" canda Randy menunjuk dadanya membuat Hana ikut tersenyum sedang Randy tertawa tawa begitu senangnya.
"Udah kalau gitu, aku pamit dulu. Udah punya bekal moodbooster buat kerja keras hari ini liat muka baby face dan senyum kamu tadi." Randy masih saja menggombal, ia berdiri sembari tersenyum. Teh yang dihidangkan untuknya telah tandas.
"Pagi pagi udah kenyang sarapan gombal mulu dari tadi." gerutu Hana dengan pipi memerah. Ia memalingkan muka.
****
Dua minggu sudah Hana cuti kerjanya sebagai kasir swalayan yang ternyata tak jauh dari kafe tempat kerja Randy.
Pagi setengah jam sebelum berangkat kerja, ia sudah rapi dengan pakaian casualnya, namun menutupi aurat dengan sempurna.
Ayah Hana rencananya akan mengantar terlebih dulu Hana ke tempat kerjanya, lalu berbelok lagi ke tempat kerjanya sendiri ke sebuah pabrik.
"Ayo Hana, nanti Ayah bakalan telat nih kalau gak buru buru!" tegur sang Ayah saat Hana masih asyik mengaca dengan style hijab terbarunya hasil kreasi saat melihat di YouTube.
"Sempurna!" gumamnya sembari menjentikkan jari.
Ayah sudah mengeluarkan motornya, dan siap diatas jok motor saat Hana menghampiri dengan pelan karena masih agak pincang. Disaat itu terdengar suara klakson sepeda motor yang membuat mereka menoleh ke gerbang.
Randy datang dengan senyum khasnya, ia tahu hari ini Hana akan berangkat kerja.
"Han, ayo berangkat sama aku? Tempat kerja kita kan satu arah!" pinta Randy setelah mengucap salam dan berbasa-basi dengan pak Hadi.
"Tapi, kak!" Hana ingin menyangkal tapi telah keduluan Randy uang meminta izin pada ayah Hana.
"Pak, izinkan saya ngantar Hana! Tempat kerja saya gak jauh dari tempat Hana. InsyaAlloh saya amanah, akan saya antar dan jemput Hana tepat waktu!" cerocos Randy meminta persetujuan pak Hadi.
"Bener nih, gak ngerepotin nak Randy?" Randy mengangguk mantap.
"Nggak pak! Betul!"
Pak Hadi menatap anaknya yang mengatupkan bibir.
"Gimana Han, mau gak? Ayah kan kalau ngantar kamu harus balik arah lagi. Agak jauh juga!"
Kasian juga ayah, tapi kalau nunut sama kak Randy tiap hari bakalan gak enak hati juga.
"Ya udah deh, gak papa. Ayah berangkat kerja langsung aja. Hana bareng kak Randy. Hati hati, Yah!" Hana mencium tangan Ayahnya, diikuti oleh Randy.
"Bukannya kak Randy kerjanya jam sepuluh, ya? Gak terlalu kepagian nanti kamu datangnya?"
"Haah, apa Han?" Randy agak menolehkan wajahnya, agar bisa mendengar ucapan gadis yang ada di jok belakang.
"Gak kepagian datangnya kak Randy, ini kan masih jam delapan, kak Randy kan kerjanya jam sepuluh?"
"Ooowh!" respon Randy setelah paham apa yang dikatakan Hana.
"Gak apa, sekalian nemenin tukang bersih bersih, hehehe!"
Tak lama mereka sampai di depan toko. Hana meminta Randy menurunkan dirinya di tempat yang agak jauh, yang tidak terjangkau oleh pandangan teman temannya, tapi Randy jelas tak setuju karena kaki Hana baru sembuh.
Dan benar dugaan Hana, kedua temannya sudah menunggu dari balik pintu harmonika yang belum terbuka sempurna.
"Naaah, ketahuan kan?" Citra terkikik melihat Hana yang syok karena kaget. Reflek tangan Hana memukul Citra.
"Ciee cieee, yang dianter do'i. Pejenya dong!" Putri menimpali ledekan Citra dan melakukan tos.
"Peje apanya, orang kita gak ada apa apa! Suerr!" Hana mengangkat dua jarinya.
"Halaah, gak mau ngaku juga. Ngapain juga dia nganter Lo, kalau gak ada apa apa. Ngibulnya nanggung Lo!" seloroh Citra masih terkikik melihat Hana yang cemberut.
"Hissh, emang Lo Cit, Hana anaknya pak Hadi, orang yang terkenal alim dikampung kita, begitu juga keluarganya. Bukan tukang ngibul, emang Lo!" bela Putri karena Hana terus dipojokkan. Citra langsung memanyunkan bibirnya.
"Eit.. eit...tadi gue denger ada yang jadian nih. Boleh dong kepo!" satu lagi karyawan nimbrung dan berkumpul ngegosip.
"Tauk tuh!" Hana sudah tak memperdulikan teman temannya. Ia melangkah menuju kasir, baru dua langkah ia pergi seseorang menyapa dari luar pintu.
"Apa ini sudah bisa belanja?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
Randy sweet 😍
2022-11-16
0
Yeni Eka
Si Rendy bolak balik rumah Hana terus, modus nih
2022-11-03
0
Memes
lanjut
2022-07-07
0