"Ya Alloh! Hana, kamu kenapa nak?" sontak Bu Mira membuang asal sapu yang akan dipakainya menyapu dan mendekati anak gadisnya.
"Ya Alloh, Hana!" Bu Mira mencoba membantu Hana turun dari sepeda.
"Ssssh, sakit Bu!" keluh Hana sembari meringis, tertatih di papah ibunya masuk ke dalam rumah.
"Nak, ayo silakan masuk dulu!" hampir saja Hana dan ibunya melupakan pria yang membawa pulang Hana.
"Makasih Bu!"
Ketiga orang kini duduk di sofa ruang tamu.
"Sebenarnya kenapa kamu sampe kayak gini, Han!" Hana sudah hampir membuka mulutnya, tapi pria yang bersama mereka menyahut lebih dulu.
"Hana kecelakaan tunggal, Bu. Kurang hati hati nyetirnya, jadi oleng deh!" Hana mendongak dan mendelik pada pria dihadapannya yang memasang muka tak bersalah dan sedikit menyunggingkan senyum.
"Hana hati hati kok, Bu! Cuma ya itu tadi Hana kaget, denger sendiri kan ibu suara knalpot dia, berisik banget. Ya Hana kaget, dong!" Hana protes dan menatap tajam pria dihadapannya.
"Oiya, ya Alloh! tamunya dianggurin. Maaf, Nak! Namanya siapa kalau boleh tahu?" pria itu tersenyum dan mengangguk.
"Nama saya Randy, Bu! Saya tadi kebetulan nyalip Hana, saya gak sampai nyenggol dia kok, tapi tiba tiba Hana sudah oleng di belakang saya. Dan saya bawa dia ke klinik setelah itu saya antar pulang!" Pria bernama Randy tanpa Bu Mira minta menerangkan apa yang terjadi pada Hana.
"Oalah, gitu to kejadiannya. Nduk ngimpi opo yo kamu semalam? Kaki mulus gini jadi belang." ucap Bu Mira bernada prihatin meneliti kaki anaknya yang selonjoran di sofa. Lalu beralih menatap Randy yang duduk diam didepan mereka.
Randy menahan senyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu tersenyum pada Bu Mira.
"Bu! maaf sekali lagi ya! Saya tidak bermaksud mencelakai Hana, tapi saya janji saya yang akan membayar semua biaya perawatan Hana." kata Randy pada bu Mira.
"Eh! ya nak Randy, yang penting Hana gak apa apa. Oiya, sebentar. Biar ibu bikinin minum dulu, buat Nak Randy!" Randy mengangguk dan mengucap terimakasih sebelum Bu Mira beranjak ke dapur.
Randy menyesap teh melatinya yang dibuatkan Bu Mira sembari menatap lurus gadis yang sedang mendesis karena sakit dihadapannya.
Manis. Randy tersenyum tipis.
"Setelah ini, kamu segera minum obatnya gih, biar sakitnya berkurang!"
Ucap Randy sembari membuka kresek obat Hana. Lalu mengambilkan dengan telaten satu persatu tablet dan pil obat yang berjumlah empat sesuai petunjuk dokter dan menaruhnya di lepek bening tempat Bu Mira menaruh cangkirnya tadi.
"Kamu biasanya kalau minum pil pakai apa? air putih, atau pisang, atau nasi? Biar aku ambilkan!" tanya Randy dengan mimik serius. Namun Hana menggeleng.
"Nanti aja, biar diambilkan ibu aku!" jawab Hana pendek.
"Oiya, aku sudah gak apa apa. Kamu lebih baik pulang, nanti kamu dicariin ibu kamu lagi. Tadi kamu bilangnya di suruh ibu kamu 'kan?" Randy tersenyum meletakkan gelas tehnya yang telah kosong.
"Kamu ngusir aku? Jutek banget jadi cewek. Ya udah, aku pamit dulu. Dua hari lagi aku kesini antar kamu ke klinik buat kontrol."
"Sekarang, aku mau ambil motor kamu dulu!" Hana tersentak menyadari dan teringat sepedanya masih di tempat kejadian dia jatuh tadi. Ia menggeleng, menolak permintaan Randy untuk mengambil motornya.
"Gak usah! Nanti biar Ayahku yang ambil motornya. Juga buat kontrol lusa.Terimakasih udah mau nolong aku. Bawa aku berobat dan sudi mengantar sampai rumah. Padahal kan kamu gak salah!" kata Hana tulus, ia berusaha berdiri namun di cegah Randy.
"Sudah, gak masalah kok. Mana coba kuncinya?" Randy menengadahkan tangan. Terpaksa Hana memberikan kunci dari saku celananya.
"Ya udah, aku pergi dulu!" tanpa mendengar jawaban Hana, Randy pergi meninggalkan rumah Hana dengan motornya yang berbunyi nyaring.
"Loh, nak Randy kenapa udah pulang Han?" tanya ibu tergesa menemui Hana karena mendengar suara sepeda motor Randy.
"Iya, Bu! barangkali sedang buru buru. Tapi tadi minta kunci motor aku, katanya mau minta tolong satpam toko buat ngantar sepedanya kesini. Emang kenapa sih?"
"Padahal ibu udah selesai masak. Biar dia ikut makan siang disini, dia kan udah baik hati nolongin kamu!" Hana melengkungkan bibir ke bawah.
"Udahlah, Bu! kita gak kenal dia. Ngapain juga pake acara ngajak makan siang. Enggak banget deh, ibu ini." keluh Hana.
"Hana, gak ada salahnya kan, kita berbuat baik sama orang, cuman ngajak makan siang biasa. Dia kan udah nolongin kamu loh! Lagian tadi dia juga gak mau uangnya diganti, gimana sih kamu ini Han!" omel sang ibu lalu Bu Mira beranjak ke belakang, datang lagi membawa sepotong pisang.
"Nih, biasanya kamu minum pil pakai pisang kan? cepetan diminum dulu habis itu istirahat ya, Han!" Hana mengangguk menerima pisang yang dibawakan ibunya.
Ia menelan satu persatu obat dengan pisang sampai habis.
Saat ibu menuntun Hana ke kamarnya, dua sepeda motor terdengar masuk ke pekarangan rumah, Hana hafal itu suara motornya. Dan satunya lagi, punya pria yang bernama Randy.
"Sebentar ya Han, ibu mau nemuin nak Randy dulu! Mau ajak makan disini kalau mau!" setelah mendudukkan Hana di kursi, sang ibu tergesa keluar menemui Randy yang datang bersama satpam toserba.
Semoga aja gak mau! gumam Hana lirih, namun ibu masih bisa mendengarnya.
Terlihat olah ibu, Randy memberikan uang pada satpam itu, setelah mengangguk pak satpam segera pergi.
"Eh, pak Satpam! Nak Randy! Jangan pulang dulu."
"Sebagai rasa terimakasih, yuk kita makan siang dulu, ibu sudah nyiapin buat makan siangnya!" seru Bu Mira dan pak satpam yang sempat berbalik mengucap terimakasih karena ia sudah makan siang tadi.
"Tapi Nak Randy belum kan? Ayo masuk lagi dulu!" tak enak hati menolak, Randy mengangguk mengikuti Bu Mira ke ruang makan.
"Ayo, nak Randy. Maaf masakan ibu ya cuman seperti ini! Gak ada yang istimewa." Bu Mira merendah.
"Ibu baru nyoba resep bikin rawon, nih. Cobain ya, Nak Randy!"
Nasi dan lauk rawon dengan kuah warna hitam itu beraroma menggugah selera, tak lupa kerupuk udang disajikan sebagai pelengkap membuat cacing diperut Randy memberontak.
"Waah, Bu! sepertinya ini enak sekali." begitu antusias Randy menyuapkan nasi ke mulutnya setelah membaca doa.
"Hmmm, enak Bu!" dengan lahap Randy memakannya.Hana yang duduk disebelahnya melirik dan menyebikkan bibir.
Kayak orang gak makan seminggu aja!
"Ayo Han! kok cuman diaduk aduk aja nasinya!" tegur Bu Mira pada anaknya.
"Kan, tadi barusan makan pisang sambil minum obat Bu, udah kenyang." jawab Hana.
"Lah, kan cuma pisang, mana kenyang. Kalo gitu kenapa tadi mau ibu ambilin nasi!" protes ibu pada Hana yang hanya diam saja. Kakinya serasa senut senut.
"Kakiku sakit buat digantung, Bu! biar Hana selonjoran disitu ya, ibu tolong buang nasi aku!" Bu Mira dan Randy menatap Hana yang beralih ke sofa dekat tempatnya tadi.
"Bu, ini sayang nasinya kalau kebuang, biar saya makan aja ya, Bu!" pinta Randy tanpa ada rasa jaim jaimnya. Padahal juga baru sekali ini dia datang ke rumah ini. Itupun karena mengantar Hana sebab kecelakaan. Bu Mira bengong dan tak merespon beberapa saat. Apalagi Hana, ia menoleh pada Randy yang menatap ibunya.
"Eh, jangan! Biar ibu buang. Itu udah sisa aku, udah aku makan!" ucap Hana merasa tak enak hati.
"Eh, iya. Nak Randy ambil nasi sama lauk yang baru. Ini masih banyak kok, biar itu ibu yang makan!" Bu Mira meminta piring Hana yang diambil Randy.
"Gak papa kok Bu! Hana gak lagi sariawan 'kan? Gak punya penyakit menular kan?
Lagian gak baik buang buang makanan!" Hana menelan ludah, Randy sudah makan nasinya tadi yang sudah Hana makan tiga sendok.
Ini orang benar benar ya!
Hana menunduk, merasa malu dan kesal. Andai ia tak sakit, ia akan berlari meraih piring itu dan merebutnya,
Kenapa ia sama sekali gak jijik makan sisa orang yang bahkan baru saja ia kenal. Pipi Hana semburat, sembari meringis menahan sakit.
Acara makan telah usai. Ibu membersihkan piring dan sendok serta mangkuk bekas mereka makan ke belakang.
"Kenapa kamu lakukan itu?"
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
langsung favorit ❤️
2022-11-16
0
Yeni Eka
baik banget ibunya Hana, langsung dikasih makan nih yg udh nyenggol anak gadisnya
2022-11-03
0
Isna Lahami
berakhir cinta nih😊😊
2022-06-27
0