Hari-hari Khanza sangat bahagia, usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 6, bayinya sudah terasa bergerak. sesekali Khanza bisa merasakan bayinya itu menendang.
Abizar semakin memanjakannya, menghujaninya dengan Cinta, begitu juga dengan ibu mertuanya yang kini mulai mendukungnya. Ia bahkan meminta Santi melakukan apa saja yang Khanza inginkan.
Khansa memanfaatkan itu, ia meminta Santi untuk melakukan ini dan itu untuknya. Walau marah Santi tetap melakukannya, ia tak mungkin membantah ucapan Warda. Mengingat dia hanya menumpang di rumah mereka. Ia juga harus terus bersikap baik pada Warda agar tetap mendapat kepercayaan nya.
Khanza benar-benar membalaskan sakit hatinya pada Ibu dari madunya itu.
Farah juga sedikit demi sedikit mulai mendekatkan diri kembali pada Khanza, ia memanfaatkan keahliannya dalam memasak untuk mengambil hati Khanza yang belakangan ini selalu ingin makan ini dan itu.
Beruntung Khanza sangat menyukai masakannya.
Tak jarang Farah memasak masakan untuk Khanza di tengah malam, di saat Khanza memintanya membuat makanan yang tiba-tiba diinginkannya.
Farah melakukan semuanya dengan ikhlas, agar bayi yang ada di dalam kandungan Khanza tumbuh menjadi bayi yang sehat.
"Khanza! Apa kamu masih marah sama mbak?" tanya Farah pada Khanza yang sedang makan.
Khanza menghentikan makannya,
"Sebenarnya kenapa Mbak melakukan semua itu kepadaku? Aku sudah menyayangi Mbak seperti kakakku sendiri." ucap Khanza menatap mata Fatah.
"Mbak juga sangat menyayangimu, nggak pernah menganggap kamu sebagai madu, tapi aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri. Selama ini Mbak membantu dan menemanimu tak ada maksud apapun. Mbak melakukannya tulus karena menyayangimu" ucap Farah mencoba meyakinkan Khanza.
"Lalu mengapa kalian semua merahasiakan pernikahan Mbak dan kak Abi kepadaku?"
"Khanza, beberapa tahun terakhir Mbak terus mencari wanita yang tepat untuk mas Abi, untuk menjadi ibu dari anaknya, Kamu pasti bisa mengerti perasaan Mbak, Mbak tidak bisa memberikannya anak untuk mas Abi, mbak merasa bukankah istri yang baik untuknya. Saat Mbak tahu jika dia menyukaimu Mbak tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan memintanya untuk menikahimu. Awalnya kami ingin jujur kepadamu, tapi di suatu kesempatan kau mengatakan tak ingin menjadi istri kedua dari seorang pria. Kami pun memutuskan untuk merahasiakannya dan akan mengatakan setelah kau menikah dengan mas Abi," jelas Farah dengan hati-hati.
"Tapi, itu semua menyakitkanku mbak.Kalian sudah tahu jika aku tak menerima dimadu, tapi kenapa kalian seperti mencoba menjebakku ke dalam pernikahan ini, Aku menggantungkan banyak harapan dari pernikahan ini, Mbak. Yang aku dapatkan hanyalah penghianat dan kebohongan."
"Aku mengerti perasaanmu, tapi percayalah Mas Abi sangat mencintaimu, bahkan saat ini aku merasa mas Abi lebih mencintaimu daripada diriku.
"Benar, kak Abi sangat mencintaiku karena ada janinnya di dalam rahimku. Mungkin setelah aku melahirkan bayi ini, ia akan merebutnya dariku dan akan kembali kepada Mbak. Aku bisa melihat dari mata kak Abi. Jika dia lebih mencintai Mbak dari pada aku, aku tak ada artinya di mata kak Abi."
"Aku sudah bersama dengan mas Abi semenjak kami duduk di bangku Sekolah menengah atas. Mbak sudah mengenalnya lama sebelum menikah dengannya, aku tak tahu perasaan kami cinta atau hanya persahabatan, tapi yang pasti Mbak bisa meyakinkanmu jika mas Abi juga sangat mencintaimu dan percayalah pada cintanya."
"Kalau mas Abi mencintaiku, aku tetap tak bisa berbagi Mbak, aku ingin memiliki suamiku seutuhnya, aku tak bisa berbagi. Walau aku mengatakan iya, tapi hatiku tetap tak terima."
"Mbak bisa merasakan apa yang kau rasakan, kita mencintai pria yang sama, kita menjadi istrinya. Mbak mengerti apa yang kamu rasakan selama ini karena mbak juga mengalaminya."
"Tak ada yang mengerti perasaan aku Mbak, kecuali aku sendiri. Tidak Mbak, tidak mas Abi tidak siapapun, kalian semua jahat sama aku," ucap Khanza berdiri dari duduknya meninggalkan Farah yang hanya bisa melihat dengan penuh rasa bersalah.
Abizar menyandarkan badannya di tembok dapur, tadinya ia ingin mengambil air minum dan ia tanpa sengaja mendengar pembicaraan kedua istrinya.
Abizar mendengar semua percakapan mereka, ia tak menyangka dibalik senyum kedua istrinya ternyata mereka semua merasakan hal yang sama. Mereka merasakan sakit yang namanya diduakan, berbagi cinta itulah yang mereka lakukan saat ini di dalam rumah tangga nya, Abizar harus membagi cintanya secara adil untuk keduannya. Ia sudah berusaha melakukannya selama ini, tapi ternyata ia gagal dan justru menyakiti hati keduanya.
Pagi ini Khanza menikmati udara pagi di balkon kamarnya, menghirup udara segar yang sungguh sangat sejuk dan menyegarkan.
Abizar menghampiri dan memeluknya dari belakang mencium tengkuknya dan mengelus perut buncitnya.
Abizar tersenyum bahagia saat merasakan tendangan dari bayinya.
Khanza mencoba melepas pelukan Abizar dan menjauhkan tubuhnya, tetapi Abizar semakin mempererat dan menciumi sekitaran leher jenjangnya.
"Kak, cukup. Hentikan," ucap Khanza yang merasa geli dengan apa yang dilakukan Abizar.
"Bisakah kau berhenti marah padaku," ucap Abizar mengelus perut tanpa mengubah posisinya.
"Kak, Aku sudah sehat begitu juga dengan bayiku, Aku ingin menagih janjimu," ucap Khanza.
"Janji? Janji apa? Apa masih ada yang kurang yang aku belikan untukmu?" tanya Abizar yang selama ini selalu memanjakan Khanza dengan barang-barang branded tas, sepatu, semua yang disukai wanita ia belinya hanya untuk menyenangkan hati Khanza. Namun sepertinya itu semua tak berhasil. Khanza belum juga sikap jutek kepadanya. Saat beberapa kali Abizar meminta haknya Khanza pun masih menolaknya.
"Janji untuk membawaku ke kampung. Aku sangat merindukan kakek dan nenek," ucap Khanza.
"Iya, aku janji akan membawamu, tapi tunggulah sampai bayi kita lahir, aku takut terjadi apa-apa saat di jalan. Sekarang kandungan kamu sudah semakin besar," ucap Abizar.
"Kakak sudah janji, kenapa Kakak terus mengingkari janji Kakak," ucapnya penuh penekanan.
"Ok, baiklah. Aku akan mengantarkan ke kampung bertemu dengan kakek dan nenekmu, tapi kita harus periksa dulu dan meminta pendapat dari dokter kandungan mu."
"Terserah kakak aja," ucap Khanza kembali ingin melepas pelukannya.
"Biarkan seperti ini beberapa saat, aku mohon. Aku sangat merindukanmu," ucap Abizar kembali mempererat pelukannya, menghirup aroma tubuh Khanza yang begitu dirindukannya.
Khanza bisa merasakan cinta Abizar dari perhatian dan sentuhannya. Namun hatinya masih terasa sakit karena kebohongan yang pernah ia lakukan.
Khanza sudah memaafkan mereka semua.
ia sudah mencoba menerima jika ia harus berbagi cinta dengan Farah. Namun, hatinya tetap merasa sakit saat melihat mereka berduaan.
Khanza sadar pernikahan itu bukan hanya untuk satu atau dua hari, tapi untuk selamanya. Khanza tak sanggup untuk hidup seperti ini selamanya, salah satu dari mereka harus mengalah.
"Jika Mbak Farah tak ingin melepaskan kak Abi, biarlah aku yang melepaskannya. Aku tak sanggup hidup dengan rasa sakit seperti ini selamanya. Aku sadar kak Abi mencintaiku dan mbak Farah. Ia tak akan bisa memilih antara kami berdua," Batin Khanza memandang jauh kedepan.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
Jangan lupa like vote dan komennya 🙏
salam dariku Author m anha ❤️
love you all 💕🤗🤗❤️
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ranny
kau pikir cuma kau sendiri yg terluka Khanza, kau salah si Farah malah lebih terluka hatinya untuk mengikhlaskan suaminya jadi milik perempuan lain...
2024-02-18
0
Ranny
hadeh si Khanza mulai kumat lagi, sudah lah terima saja nasibmu jadi istri ke dua yg penting hidupmu serta anak mu terjamin dan kau kan tetap mendapatkan kasih sayang dr suami dan madu mu...
2024-02-18
0
🌼 Micky Miienar 🌼
kasihan sih kanzha tpi lebih kasihan si Farah ...!!!
gak ada orang ,wanita apalagi seorang istri yg bisa berbesar hati ikhlas suami menikah lagi ,,
2022-07-19
1