Abidzar menyiapkan sendiri bubur ayam yang dibelinya dan membawanya ke kamar Khanza, ia sengaja membeli dua porsi satu untuk Farah dan satu untuk Khanza.
Begitu sampai di kamar Abizar melihat Khanza sudah kembali tertidur karena terlalu lama menunggunya.
Dengan penuh sayang Abizar membangunkan istri mudanya itu, mengecup pipinya berulang-ulang sambil mengusap pipinya satunya dengan jarinya.
Abizar terus menggoda Khanza yang sedang tertidur agar terbangun. Farah yang melihat itu hanya tersenyum dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar, ia tak ingin mengganggu mereka.
Khanza membuka matanya.
"Mas, buburnya mana?" tanya Khanza mengucek matanya.
Abizar merapikan rambut Khanza, tapi Khanza menjauhkan kepalanya, menepis tangan nya.
"Bangunlah dulu, bayi kita pasti sedang lapar Sekarang," ucap Abizar membantu Khanza untuk duduk, kemudian menyuapi nya bubur yang baru saja dibeli.
Walau Khanza tetap bersikap cuek padanya, Namun Abizar tetap bersikap lembut dan perhatian pada Khanza, tak memperdulikan sikap Khanza yang terus mendiamkan nya..
Belakangan ini nafsu makannya sangat meningkat, dengan cepat Khanza menghabiskan seporsi bubur ayam itu.
Makanan yang di makannya dari tangan suaminya entah mengapa ia merasa sangat enak, sehingga ia membiarkan Abizar menyuapinya setiap ia makan.
Setelah makan Abizar dengan telaten memberikan obat yang harus dikonsumsi oleh Khanza.
Seminggu sudah Khanza keluar dari rumah sakit, dan selama itu pula Abizar menghujaninya dengan cinta dan perhatian, Iya hanya ke kantor saat ada rapat penting saja dan menyerahkan semua pekerjaan kepada asistennya, jika ada pekerjaan penting ia akan mengerjakannya di kamar Khanza.
Abizar benar-benar mengurusnya 24 jam dan Farah mengerti dan justru Ia yang meminta Abizar untuk selalu ada di samping Khanza.
Semua perhatian Abizar membuat Khanza goyah dengan tekadnya pergi dari Abizar.
Malam hari.
Abizar tidur di samping Khanza dan tangannya memegang perut Khanza yang sudah sedikit membuncit.
Perlakuan Abizar membuat Khanza benar-benar kembali mencintai nya seperti dulu, rasa cinta yang coba dihilangkannya justru Semakin besar.
Disatu sisi ia ingin meninggalkan Abizar karena merasa kecewa yang dirasakan nya sedangkan di sisi lain ia takut apakah ia mampu menjaga dan membesarkan anaknya seorang diri, apakah dia mampu membahagiakan jika Ia memisahkannya dari ayahnya.
Jujur hatinya semakin mencintai sosok yang kini tertidur pulas sambil memeluknya.
Khanza memperhatikan wajah Abizar dengan saksama, wajah yang begitu tampan, masih sama beberapa tahun lalu saat pertama kali melihatnya, bahkan sampai saat ini jantung Khanza tetap berdetak kencang saat berada didekat suaminya. Saat melihat wajah tampannya itu.
"Apakah aku harus mengalah demi kebahagiaan bayiku. Apakah hatiku juga mampu berpisah darinya," batin Khanza mulai ragu akankah ia meninggalkan Abizar atau justru memberi kesempatan dan memulai kehidupan menjadi istri kedua dari suaminya.
Khanza mengambil ponsel dan melihat beberapa pesan Aqila disana, yang menanyakan kabarnya.
"Aku baik, jawab Khanza singkat membalas pesan dari Aqila.
"Maaf, ya! waktu itu Pak Abizar menelponku dan menanyakan tentang kehamilanmu, jadi aku memberitahu semuanya," ucap Aqila jujur jika dia pernah mengatakan tentang kehamilannya pada Abizar.
"Iya, nggak apa-apa. Waktu itu kak Abi juga memang sudah tahu tentang kehamilan ku. Maaf ya selama ini aku tak pernah menjawab pesanmu, kak Abi baru memberikan ponselku."
"Ya, sudah! Beristirahatlah agar bayimu cepat sehat," balas Aqilah mengakhiri percakapan pesan di antara mereka.
Khanza menyimpan kembali ponselnya dan menarik tangan Abizar agar lebih memeluknya.
Abizar tersenyum, dengan apa yang dilakukan oleh Khanza. Abizar semakin mempererat pelukannya.
Abizar terbangun saat mendengar Suara bergetar dari ponsel Khanza dan pura-pura tertidur saat melihat Khanza membalas chat di ponselnya.
"Semoga saja kau bisa memaafkanku," batin Abizar dan ikutan tidur bersama dengan Khanza dan bayi yang ada di dalam perut istrinya.
Pagi hari Abizar izin pada Khanza. Iya ada rapat penting di kantor yang benar-benar tak bisa ia tinggalkan.
Sebelum ke kantor, Abizar meminta Farah untuk mengawasi Khanza.
"Mas jam berapa pulangnya?"
"Setelah rapat selesai akau akan langsung pulang, semoga saja rapatnya cepat selesai!"
Farah mengantar Abizar hingga ke teras rumah sedangkan Khanza hanya melihat mereka dari balik jendela kamarnya, tersenyum getir saat Abizar mencium kening Farah.
Setelah Abizar pergi ke kantor Khanza keluar kamar dan ini untuk pertama kalinya setelah ia keluar dari rumah sakit.
"Aku bosan di kamar terus, sebaiknya aku keluar mencari udara segar," gumamnya
Khanza duduk di tepi kolam renang. Menikmati cahaya matahari pagi. Khanza bisa melihat ibu Santi sedang duduk santai membaca majalah tak jauh darinya.
Begitu juga dengan ibu mertuanya mereka berdua memang sangat kompak dan selalu bersamam
"Kira-kira kalau aku mengerjai mereka, mereka nurut nggak ya?"
Khanza berjalan pelan menghampiri mereka dan duduk di salah satu sofa yang ada di depan mertuanya.
"Bu, apa ada buah apel?" tanya Khanza berpura-pura memegang lehernya.
"Ada apa?" tanya ibu cepat merespon ucapan Khanza.
"Aku sangat ingin jus apel!"
"Sebentar, ibu buat kan," ucap Warda dengan sigap menuju ke dapur.
" Jus apel sangat baik untuk janin, sebaiknya kamu rutin mengkonsumsi nya" ucap Ibu Warda dengan cepat membuat jus apel untuk Khanza.
Semenjak tau jika Khanza tengah mengandung, sikap Warda berubah drastis. Ia menjadi sangat perhatian pada menantu nya itu.
Santi melihat sinis pada Khanza, dia mengerti jika Khanza pasti sedang mengerjai warda.
"Tante, apa Khanza bisa minta tolong?"tanya Khanza pada Santi
"Maaf yah, minta tolong saja sama ibu mertua kamu itu," tolak Santi..
"Emangnya kamu mau apa?" tanya ibu Warda yang bisa mendengar perkataan Khanza.
"Ini Bu, aku ingin rujak di depan sana!"
"Santi, tolong ya kamu beliin buat Khanza," pinta Warda.
"Aku akan minta bibi membelinya," ucap Santi.
"Bibi lagi nyuci, Khanza maunya Tante yang beliin," ucap Khanza memainkan kukunya sambil mengusap perutnya.
"Enak saja, memangnya aku pembantumu, kalau mau, pergi aja beli sendiri, ngapain juga nyuruh-nyuruh. kayak yang punya Rumah saja," gumam pelan Santi mengambil kembali majalahnya.
"Santi, kamu itu nggak ada kerjaan 'kan, apa salahnya membelikannya. Ga jauhkan, tinggal nyebrang jalan saja," ucap Warda yang masih sibuk membuat jus.
Santi masih membaca majalahnya, tak ada niat sedikitpun menuruti permintaan Khanza.
"Santi, ayolah. Menantuku sedang dalam fase ngidam, aku ga mau kalau cucuku sampai ileran. Khanza itu sedang hamil anak Abizar," ucap Warda tegas
"Iya, baiklah." Santi akhirnya mengalah dan pergi membeli rujak buah yang ada di depan rumah mereka.
Jus apel jadi dan rujak buah juga siap. Khanza makanannya dengan lahap, Santi menelan liurnya saat melihat Khanza menikmati rujak yang ia beli.
"Kenapa aku hanya membeli satu porsi," batin Santi.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca
jangan lupa ya baru dukungannya dengan memberi like, vote, dan komennya 🙏
salam dariku Author m anha ❤️
love you all 💕🤗🙏
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Ranny
gitu dong jangan emosi terus kan jadi enak baca novelnya tdk tegang terus 👍
2024-02-18
1
silva warman
kok kanza tak punya pendirian sudah di bihongin ,di hina dan direndah kan serta di pukul lagi sama si abizar masih bertahan aja di rumah itu kenapa tak pergi diam aja dari sana biar abizar dan keluarga nya tau rasa...
2023-05-09
0
Tini Jifi
kok gitu ya g punya sapon santun dah baik,,in malah tambah kurang gajar g berterima kasih kamu itu siapa si
2022-11-26
0