Khansa terus menangis hingga ia tertidur, sedangkan Abizar entah kemana ia melajukan mobilnya, ia ingin keluar dari semua masalah rumah tangganya nya, ia benar-benar sudah pusing dengan urusan kantor yang sangat banyak ditambah lagi masalah Khanza.
Abizar terus saja melajukan mobilnya tanpa arah tujuan, hingga ia menyadari jika ia sudah terlalu jauh dan matahari sebentar lagi terbit. Abizar memutar mobilnya Kembali menuju ke rumah. Setelah melakukan itu, ia sedikit lebih tenang.
Abizar baru sampai di rumah saat jam 5 pagi.
Abizar pun masuk ke kamar Farah membersihkan tubuhnya.
"Apakah Khanza tak makan semalam?" tanya Abizar pada Farah yang tengah duduk di sampingnya.
"Tidak, dia tak pernah berbicara saat semalam aku meninggalkannya saat sudah tertidur pulas," Jawab Farah.
"Ya sudah, aku mau mandi dulu, nanti kita bujuk lagi dia. Khanza benar-benar membuatku kehabisan kesabaran."
"Mas, Khanza itu masih sangat labil, cobalah untuk mengikutinya. Jangan melawan nya seperti ini, itu akan semakin membuat dia pergi dari kita," ucap Farah memohon agar Abizar lebih tenang menghadapi Khanza.
"Aku sudah mencoba menahannya, aku tak bisa menahan emosi ku disaat Khanza terus saja menentang ku."
"Aku mengerti, tapi Farah mohon, Mas. Kendalikan emosi kamu."
Abizar hanya mengangguk dan berjalan masuk ke kamar mandi. Ia perlu menyegarkan tubuhnya agar pikirannya bisa menjadi lebih tenang.
Saat semua sedang berkumpul dan duduk di meja makan untuk sarapan, Khanza keluar dengan membawa tas sederhana miliknya, dimana tas itulah yang pertama kali ya bawa ke rumah itu, begitu juga dengan apa yang ada di dalam. Khanza tidak mengambil sepeserpun pemberian dari Abizar, termasuk cincin kawin nya. Iya lepaskan dan simpan di atas nakas.
Khanza sudah memutuskan akan kembali ke kampung halamannya dan membesarkan anaknya bersama kakek dan neneknya.
"Khanza kau mau kemana," tanya Abizar dari tempat duduknya.
Khanza tak menjawab dan mempercepat langkahnya,
"Khanza berhenti," teriak Abizar dan berlari menghentikan Khanza.
"Kau ingin pergi kemana?" tanya Abizar memegang pergelangan tangan Khanza dan mengambil tasnya.
"Aku ingin menenangkan diri, aku tak tahan tinggal disini," ucap Khanza mencoba melepaskan genggaman tangan Abizar yang semakin mengeratkan pegangannya.
"Kau tak akan kemana-nama." bentak Abizar membuat Khanza berhenti berontak.
"Kak lepaskan aku, kau menyakitiku," ucap Khanza kembali memukul-mukul lengan Abizar.
"Aku sudah bilang, kau takkan kemana-mana, sekarang masuk ke kamarmu."
"Aku tidak mau lagi tinggal disini, aku ingin pergi dari sini, Mas bisa ceraikan aku," ucap Khanza lantang.
"Cerai! Aku takkan menceraikanmu sampai kapanpun," ucap Abizar kembali menarik Khanza masuk.
"Kenapa kau begitu egois! Aku tidak mau hidup bersama denganmu, bersama pria pengecut sepertimu," ucap Khanza memancing kembali emosi Abizar.
"Pengecut katamu?" Melepaskan genggamannya, memandang kesal pada Khanza. Selama ini tak ada berani padanya. Ia terbiasa dihormati.
"Iya, Kakak pengecut. Kakak tidak pantas disebut sebagai lelaki, sebagai seorang suami. Mana ada seorang suami yang tega membohongi istrinya. Pernikahan macam apa ini, yang didasari atas kebohongan. Hanya lelaki pengecut yang membohongi seorang gadis agar dia bisa menikahinya, kalau kakak hanya menginginkan seorang anak, kenapa Kakak tidak memintanya dari perempuan yang bisa kakak bayar di luar sana," bentak Khanza semakin meninggikan suaranya.
Abizar yang benar-benar kesal mendengar semua ocehan Khanza tanpa sadar melayangkan tangannya ke pipi Khanza.
"Mas," pekik Farah saat melihat suaminya itu menampar madunya.
Khanza yang tak siap dengan apa yang baru saja Abizar lakukan padanya terjatuh dan perutnya terbentur sudut meja.
Khanza memegang perut dan pipinya yang terasa sakit, ia masih terduduk di lantai sambil berurai air mata.
Abizar tertegun melihat telapak tangan yang sudah digunakan untuk menampar istrinya, Abizar bukanlah sosok yang menyakiti perempuan secara fisik, selama ini sekalipun ia tak pernah melakukan hal itu pada Farah semarah apapun dia.
"Khanza, dasar ya kamu, tak tahu diri. Sudah syukur Abizar mau memungut mu dan menikahimu, bukannya kamu bersyukur dan menikmati fasilitas yang kami berikan kau malah menjadi seperti ini, semakin ngelunjak," ucap wandah ikut terbawa emosi mendengar ucapan Khanza tadi.
"Begitulah, wanita dari kampung sangat berbeda dengan kalangan kita, walau tinggal di kota, dipoles seindah apapun dan tinggal di rumah mewah seperti ini. Namun, sifat kampungnya masih saja dibawa-bawa. Dasar gadis kampung," Ucap Santi menambah-nambah apa yang telah dikeluarkan Warda.
"Mah, sudahlah," ucap Farah yang ikut duduk dilantai mencoba membantu Khanza untuk berdiri.
Khanza sangat sakit mendengar semua hinaan itu dan hinaan itu diterimanya didepan suaminya, sedangkan Abizar tak melakukan apa-apa, hanya berdiri mematung dan ikut mendengarkan cacian yang ia terima.
"Apa begitu tak berharganya diriku di rumah ini," batin Khanza.
Khanza mencoba berdiri saat Farah membantunya berdiri.
"Awwaa," pekik Khanza mengeluh sakit di perutnya yang semakin sakit berbeda sakit yang tadi dia rasakan saat membentur meja.
"Khanza kamu kenapa?" ucap Farah Khawatir melihat wajah pucat dan tangan Khanza yang bergetar menggenggam tangannya.
"Perut aku sakit sekali," lirih Khanza kembali terduduk memegang perutnya.
"Bayiku," lirih Khanza pelan sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Walau Khanza mengatakannya dengan sangat pelan,tapi Farah yang berada di sampingnya masih bisa mendengar dengan jelas jika Khanza baru saja menyebut kata bayi.
"Bayi? Apa maksud kamu bayi?" tanya Farah terbata-bata, tapi yang ditanya sudah tak sadarkan diri.
Abizar yang melihat Khanza tak sadarkan diri langsung menghampirinya dan ingin mengangkatnya. Namunz ia menghentikan dan merasa sesuatu di telapak.
Abizar melihat telapak tangannya yang sudah berlumuran darah Khanza.
"Darah, bayi? Mas, cepat bawah Khanza ke rumah sakit.
Farah dengan cepat menghubungkan perkataan terakhir Khanza dan darah yang ada pada Khanza.
"Apa Khanza sedang hamil?" tanya Farah pada Abizar yang masih tertegun melihat darah di tangannya.
Abizar mengerti maksud Farah, dengan cepat ia langsung berlari sambil menggendong Khanza membaringkannya di mobil dengan hati-hati. Farah juga ikut naik dan memegangi Khanza.
Abizar langsung menancap gas mobilnya menuju ke rumah sakit.
"Apa Khanza sedang hamil?" tanya Farah sekali lqgi.
Mendengar pertanyaan Farah beberapa ingatan terlintas di pikiran Abizar. Dimana saat tengah malam ia mendengar suara Khanza sedang muntah dan saat tidur dengan Khanza, Khanza juga pernah menarik tangannya agar memegang perutnya. Apakah saat itu bayinya sudah ada di dalam rahim Khanza. pikir Abizar.
"Bagaimana ini, Mas. Darahnya semakin banyak keluar. Bagaimana dengan bayinya," ucap Farah sudah menangis ketakutan, ia takut jika terjadi sesuatu pada bayi yang dikandung oleh Khanza.
Abizar tak bisa berkata apa-apa, dia semakin melajukan mobilnya. Abizar melihat wajah Khanza yang begitu pucat dari kaca.
"Mas, lebih cepat lagi," ucap Farah.
Abizar sudah melewati batas kemampuannya berkendara, beruntung mereka tak terjebak macet.
Begitu sampai di rumah sakit, Abizar dengan sigap langsung meminta dokter menyelamatkan istri dan bayinya.
Khanza langsung dibawa ke ruang UGD dan langsung mendapat tindakan.
"Mas, apa Mas nggak tahu jika Khanza Sedang Hamil?!" tanya Farah..
"Mana mungkin aku tahu, jika aku tahu kamu pikir aku akan melakukan semua itu padanya."
"Aku 'kan sudah bilang sama, Mas. Kendalikan emosimu, lihat apa yang terjadi jika melakukan sesuatu dengan emosi. Aku tak nyangka Mas bisa menampar Khanza, aku seperti tak mengenal Mas."
"Aku benar-benar terbawa emosi dan tak bisa menguasai diriku, tanganku seakan melayang begitu saja saat mendengar Khanza yang begitu merendahkanku."
"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada bayinya?" tanya Farah kesal.
"Abizar meninju tembok rumah sakit hingga punggung tangannya mengeluarkan darah, ia benar-benar tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada bayi mereka.
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
LIKE, Vote, dan Kokennya.🙏
salam
dariku Author m anha ❤️
love you all 💕🤗
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
Mona Lisa
khansa jdi lah gadis dingin
2024-04-02
0
Ranny
kurang bersyukur ya di Khanza semua kasih sayang sudah di berikan oleh suami dan madunya tapi masih juga suka melawan padahal derajatnya sdh terangkat dr si gadis miskin menjadi nyonya kaya raya tapi tetap tak berubah sifatnya, kasihan gimana keadaan calon baby mu...
2024-02-18
0
Dinara Mata
mampuuuuy dah yatim piatu belagu , kalau loe jadi istri kedua disiasia kan baru boleh berulah ini udah dinikahin , dijaga baik" disayang diangkat harkat derajat masih nggak bersyukur berbagi suami itu biasa cuyy yg nggak biasa udah di nikahin disiasiain tuh baru boleh berulah Khanza .dasar d ia halu ikutan esmosi kan aku wkwkkwkw 🙏🏻🙏🏻✌️✌️✌️
2023-04-10
0